Spiritual itu bukan rasa

Berbeda antara spiritual dan rasa spiritual, sama bedanya dengan minum kopi dengan rasanya minum kopi. kalau minum kopi adalah melakukan minum kopi sedangkan rasa kopi adalah rasa yang ditimbulkan oleh minum kopi atau rasa yang ditimbulkan karena lidah kita terkenan minuman kopi. Jadi jelas sangat beda. Orang yang belajar spiritual terlalu fokus kepada rasa kopi padahal dia tidak minum kopi sama saja dengan bo’ong, orang yang berspiritual dia akan banyak cerita tentang bagaimana cara minum kopi atau bagaimana cara berspiritual. Dia tidak mau bercerita tentanga rasa kopi atau rasa spiritual. Sebab dia tahu benar bercerita tentang rasa spiritual akan menimbulkan kesombongan diri dan akan membuat orang “muak” dengan cerita cerita tersebut. dan memang bahwa rasa spiritual itu berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Saya memiliki rasa spiritual yang khas dan berbeda dengan orang lain. Orang lain pun demikian. Orang yang berspiritual tapi banyak cerita rasa spiritual biasanya orangnya belum mendalami benar benar dengan apa yang diceritakannya. Karena bisa jadi rasa spiritual yang diceritakan merupakan cara dirinya untuk menutupi bahwa dirinya kurang dalam berspiritual.

Anda dapat membaca buku buku spiritual yang tebal tebal pasti isinya mbulet, membingungkan dan tidak bisa diterapkan. Isinya pasti lebih banyak tentang rasa bukan tentang cara. Buku buku spiritual yang seperti itu memang menjemukan bahkan bagi saya memuakkan. karena ada semacam “saya mengkonsumsi” kesombongan orang lain. bagaimana rasanya jika anda tidak punya mobil lalu ada orang menceritakan enaknya punya mobil … ditambah dengan ceritanya mengandung kesombongan dirinya.

kalau anda ikut suatu komunitas spiritual hanya banyak bercerita minus praktek… pasti disitu ada kesombongan kesombongan spiritual yang dibalut dengan ungkapan rendah diri, ungkapan sok spiritualis.

Spiritual itu sederhana, spiritual itu tidak rumit. Cerita cerita rasa inilah yang membuat spiritual itu menjadi sulit dan menjadi bertele tele.

mengajarkan spiritual tidak seperti mengajarkan sastra, sekali lagi bahwa spiritual juga bukan seni, spiritual itu apa adannya. Tulisan tulisan spiritualis itu juga apa adanya, adanya jelek ya jelek adanya baik ya baik. kalau spiritualis itu sedang diilhami dengan masalah seksual maka spiritual juga bercerita tentang seksual apa adanya, tidak ditutup tutupi. seolah spiritualis itu memang sudah tidak ada akunya lagi, yang ada adalah ilham dari Allah. Apa yang dia terima ya itu yang di sampaikan. kejujuran terhadap pemahaman spiritual inilah yang sebenarnya spiritual asli.

tulisan saya ini saya peruntukkan bagi siapa saja yang ingin berspiritual, bagi yang hanya ingin menikmati rasa spiritual (tidak berspiritual) mungkin tulisan saya ini tidak cocok. kalau saya mengajarkan kepada kawan kawan yang memang akan berspiritual, bukan yang mencari rasa spiritual. Di padepokan patrap yang saya dirikan khusus bagi siapa saja yang ingin melakukan spiritual, kalau hanya ke padepokan patrap bertujuan menghilangkan stress, mencari kebahagiaan, ketenangan maka nanti pasti berhenti ditengah jalan. Karena didikan di padepokan patrap adalah dididikan laku bukan didikan rasa rasa. Saya akan mengajak minum kopi sama sama bagi siapapun yang suka kopi, saya tidak akan rekomendasikan bagi siapa saja yang ke padepokan patrap untuk mencari rasa kopi.

dari yang saya amati lebih banyak orang yang belajar menikmati rasa spiritual dari pada melakukan laku spiritual. banyak orang yang mengurai uraikan rasanya spiritual tapi sedikit yang mengajak orang untuk melakukan spiritual. Melakukan spiritual yaitu membawa orang untuk berjalan menuju kepada Allah. berat memang, bagi yang tidak ada niat, tapi akan sangat menyenangkan bagi yang memang berniat ingin berjumpa Allah.

sebagai kesimpulan, spiritual itu diatasnya rasa, jangan banyak cerita rasa. ada spiritual ada emosi (rasa) dan ada kognisi (pikiran). jadilah peminum kopi jangan jadi orang yang menikmati rasa kopi, karena bisa tertipu, kalau minum sendiri itulah spiritual sejati.