keberhasilan hidup

keberhasilan hidup tergantung masa sebelumnya. Ketika anak anak menjelang remaja maka kita bersiap siap meninggalkan masa anak anak, untuk mempersiapkan masa remaja, masa inilah yang dimaksud dengan transisi. pada masa ini kita harus benar benar menjadi seolah olah sudah remaja meski masih tahap belajar, demikian pula ketika masuk remaja setelah kita mampu beradaptasi kita harus bersiap siap untuk menjadi dewasa, kita harus benar benar mempersiapkan diri untuk memasuki masa dewasa jangan sampai nanti kita gagal menjadi orang dewasa.

setelah dewasa kita sudah berkeluarga, memiliki rumah, anak dan istri kita harus bersiap siap untuk menjadi orang tua, untuk menjadi tua, usia ini di mulai pada usia 40an tahun. Ketika kita sudah mulai menginjak usia ini maka kita harus siap siap untuk sukses menjadi orang tua, sukses menjadi pensiunan dan sukses menjadi orang yang bermanfaat bagi alam sekitar kita. Apa yang kita lakukan sudah bukan karier lagi namun lebih dari itu yaitu saatnya untuk mengolah spiritual lebih matang lagi. sayang kalau kita memasuki spiritual tapi sudah tua, otak kita tidak akan secerdas ketika masih usia 40an dalam menerima ilham ilham laduni Allah SWT.

keberhasilan hidup kita saat ini kita tentukan masa lalu kita, keberhasilan hidup masa depan kita tentukan sekarang.

Note:

saya menulis ini sambil mendengarkan lagu dari wall adik saya Dwi Utomo, terasa mak cles ….selamat jalan kekasih yang dinyanyikan crisye

saatnya meninggalkan masa lalu untuk menghadapkan diri masa depan…

penghafal al quran rejeki ditangung Allah, mungkinkah?

jawab saya adalah tergantung, kalau Quran hanya sebatas dihafal saja tidak ada tindak lanjutnya maka jelas Allah tidak akan menjamin rejeki bagi penghafal al quran. sangat tidak mungkin hanya duduk deres quran kemudian tiba tiba uang datang uang atau datang rejeki. Ada beberapa motivasi para penghafal quran yang mendasarkan pada : bahwa rejeki penghafal ini akan di tanggung Allah.

Saya sangat mengkritisi ini agar niat dalam menghafal al quran tidak di kaitkan dengan target duniawi tetap niat menghafal adalah agar mudah dalam menjalankan alquran. Orang yang hafal al quran pada dirinya sudah ada alquran yang setiap waktu bisa diakses kapanpun dan dimanapun. beda dengan mereka yang tidak hafal al quran mereka harus bertanya kepada “mbah google” untuk mendapatkan informasi tentang al quran, atau melalalui ustad atau kyai.

Jika menghafal al quran tujuannya untuk mendapatkan kemudahan akses pedoman hidup maka saya berani mengatakan bahwa rejeki penghafal akan dintanggung Allah. Sebab Al Quran ini tidak hanya untuk sebatas di hafal tapi untuk diamalkan. Misalnya begini orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya. Maka dengan menjalankan syukur ini hidupnya akan bahagia dan akan ditambah nikmatnya. Coba jika ayat quran tersebut hanya sekedar di hafal saja apakah Allah akan menambah nikmatnya ? saya kira tidak, sebab kunci ditambah nikmatnya ini adalah dengan bersyukur.

Jika quran diamalkan maka jelas rejeki akan lancar, itu sudah kunci. Kemarin saya ngopbrol dengan salah satu penghafal quran memang masih ada para penghafal quran yang menghafal sekedar menghafal belum sampai pada taraf memahami isi alquran terlebih mengamalkan, hal ini tentunya menjadi perhatian kita terutama sekali para pengelola sekolah menghafal al quran. Sangat disayangkan jika sekolah atau pondok hufad atau madrasah hufad yang fokus hanya pada menghafal saja. seharusnya mereka diajarkan ayat demi ayat dari yang mereka hafal untuk diamalkan.

saya pernah mendengar dari guru saya ust abu sangkan bahwa mukjizat al quran ini akan muncul jika isinya diamalkan, jadi tidak sebatas hanya dihafal saja. Saya berani mengatakan bahwa 75% lebih kesejahteraan para penghafal di indonesia kurang sejahtera, hal ini sangat disayangkan. Bukannya kemudian kita memberikan santunan ke para penghafal namun ada kesalahan pendidikan pada ponpes hufad ini yaitu mereka tidak diajarkan hingga mempraktekan bagaimana mengamalkan ayat demi ayat dari ayat yang mereka hafal. Kalau ust Yusuf mansyur membuat program menghafal ayat demi ayat al quran maka kita seharusnya berani  buiat program mengamalkan ayat demi ayat dari al quran (tidak hanya satu hari menghafal ayat tapi satu hari mengamalkan 1 ayat).

Masalah rejeki ini masalah kesejahteraan hidup, maka para penghafal harus juga di ajarkan bagaimana mencapai kesejahteraan hidup, artinya jangan hanya diminta menghafal pagi dan siang dan malam, kasihan jika nanti mereka sudah hafal kemudian tidak tahu lagi mereka harus melakukan apa? padahal mereka tentunya juga punya anak dan punya istri. Mereka dituntut untuk bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.

Tulisan saya ini jangan dianggap tulisan matre, atau fokus pada materi, dalam tulisan ini saya mengkritisi sebaiknya memang fokus sekolah menghafal lebih di fokuskan pada pengamalan al quran. Atau minimal memperkenalkan santri bagaimana mengiplementasikan hafalannya untuk hidup bahagia di dunia.

lepaskan ego pertahankan diri sejati

Berspiritual harus bisa melepaskan ego untuk menemunkan diri sejati. Diri sejati ini harus tetap ada agar kita tidak masuk dalam wilayah “jadzab”. orang yang jadzab dia berarti masuk terlalu dalam hingga lupa akan siapa diri sejatinya. Orang jadzab sudah bisa menghilangkan ego tapi kebablasan.

Sebagai seorang hamba Allah kita harus bisa melepaskan ego dan harus bisa mempertahankan diri sejati sebagai identitas seorang hamba. Rasulullah adalah contoh yang paling baik dimana beliau sudah masuk dalam wilayah lepas ego namun masih mempertahankan diri sejati beliau sebagai seorang hamba yang sujud, sholat, haji, berserah diri dan lain lain. Kalau orang tidak mencontoh Rasulullah maka dia akan kebablasan dan akhirnya menganggap dirinya tidak ada yang pada akhirnya tidake mau mengikuti syariat nabi SAW.