Quran bukan bahan bacaan dan hafalan

 

quran bukan bahan bacaan dan hafalan

 

Selama quran hanya sebatas menjadi bahan bacaan dan hafalan maka tidak akan memberikan dampak apapun dalam perilaku seseorang. Gambar diatas merupakan peringatan bagi kita semua … seorang gembong teroris di paris memamerkan quran dan bendera bertuliskan la ilaha ilallah… Quran jika di artikan sebagai buku al quran bukan wahyu dan menjadi bahan untuk di baca berkali kali… berulang ulang sampai  selesai .. diulang lagi selesai di ulang lagi tanpa memahami apa perintah Allah dalam kitab wahyu tersebut maka tidak akan berdampak kepada lembutnya hati seperti yang tertera di dalam isinya.

pengaruhnya hanya sebatas mengulang saja tidak lebih dari itu. maka wajar saja jika kemana mana bawa al quran tapi akhlaknya tidak seperti di al quran … internaslisasi al quran akan terjadi jika yang membaca benar benar “iqro” tentang apa maksud Allah di dalam setiap ayat yang dibaca. Internalisasi quran bukan dengan membaca sampai khatam berulang ulang. quran berjalan adalah pemahaman terhadap perintah Allah yang sudah terinternaslisasi dalam diri sehingga bisa running setiap saat.. jadi sekali lagi bukan karena bacaan atau di hafal sampai 30 juz.

Fenomena sekarang ini menunjukkan meski tidak secara langsung kenapa semakin banyak penghafal … jumlah umat islam yang terjebak menjadi teroris semakin banyak…. dan umat islam semakin menjadi bulan bulanan… terjadinya islam phobia sebenarnya sindiran keras kepada umat islam untuk merubah paradigma atau cara menggunakan Al Quran.

Islam ini kan katanya tinggi … tapi mengapa bisa menjadin  bulan bulanan orang kafir yahudi dan nasrani. ternyata basic pedoman hidupnya sudah di melencengkan jauh … adanya lomba menghafal dan musabaoh tilawatil quran dengan bagus bagusan suara sebenarnya penyesatan quran ke arah yang sebenarnya. Seharusnya lomba yang diselenggarakan adalah lomba memahami perintah Allah dalam tiap ayat al quran ….ya kalau memang tidak bisa dilombakan ya tidak perlu dilombakan. kalau mau ngomong bidah … lomba menghafal dan lomba MTQ ini biangnya Bidah.

Kita buktikan kalau umat islam ini masih menjadi quran sebagai bahan bacaan bahan hafalan dan bahan tafsir tafsiran .. maka kehancuran islam tinggal menunggu waktu… saat ini iraq dan syuriah… sebentar lagi negara arab lainnya dan indonesia serta melayu menunggu giliran. berdoalah kepada Allah … tapi selama kita tidak menjadikan quran sebagai WAHYU maka doa kita batal… sebab tidak sinkron antara doa dengan perilaku terhadap quran.

 

 

Wirid tanpa guru tidak berbahaya

wirid tanpa guru tidak berbahaya, yang penting ketika wirid hati benar benar ihlas karena Allah. Bukan karena mencari fadhilah wirid. Kalau wirid itu diniatkan untuk mendapatkan khadam, untuk mendapatkan ilmu ghoib atau sejenisnya maka ini yang berbahaya. jadi berbahaya atau tidak suatu wirid tidak ditentukan ada gurunya apa tidak tapi niatnya karena Allah apa tidak. Kalau niatnya bukan karena Allah maka berbahaya tapi kalau niatnya karena bukan yang lain sama sekali tidak berbahaya.

Wirid tanpa guru tidak berbahaya, tapi kalau pelaku wiridnya itu menggunakan wiridnya sebagai sarana mencari sesuatu… misalnya mencari tenang, mencari sensasi dzikir pasti ini berbahaya.

Tugas guru dalam hal wirid sebenarnya sebagai pengarah saja agar murid tetap lurus di jalur tauhid. Bukan sebagai regu penyelamat ketika murid berdzikir, karena memang tidak diperlukan jika si murid lurus ke Allah. Kadang guru guru ini over acting… seolah olah dialah penyelamat murid… bukan Allah. Dia mengalahkan Allah sebagai Dzat yang membolak-balikan hati seseorang. maka sekali lagi agar wirid tersebut tidak menimbulkan akibat negatif maka dalam menjalankan wirid tersebut niat harus ihlas karena Allah.

Kita kitab mujarobat dan sejenisnya sebenarnya lebih banyak mudharatnya, sebab kitab ini secara terang terangan lebih mengutamakan amalan dari pada Allah. Bahkan seolah Allah dapat diperintah melalui amalan amalan tertentu. maka bahaya wirid wirid dari mujarobat ini banyak menimbulkan akibat negatif baik secara kejiwaan maupun secara keimanan. untuk saran saya tinggalkan saja wirid wird yang berasal dari amalan yang sumbernya tidak jelas dan mengarahkan pada kesaktian, keghoiban dan sejenisnya. Wirid tanpa guru