Belajar ilmu tasawuf tanpa guru

kalua belajar ilmu tasawuf harus pakai guru, ambil saja guru yang bisa baca kitab kuning misalnya kitab ihya, kitab al hikam atau kitab tasawuf lainnya.Kemudian ikuti majelisnya ikuti pengajiannya. kalau ilmu tasawuf berbeda dengan makrifat. kalau ilmu tasawuf belajarnya tanpa guru tanpa ustad maka akan lama dan ada bahayanya karena bisa salah memahami. Sebab ilmu tasawuf itu luas dan masalah hati jadi harus di jelaskan. tapi ingan bahwa ilmu tasawuf tatarannya baru ilmu artinya itu baru pengetahuan artinya itu baru bersifat pikiran belum masuk ke ranah jiwa apalagi Ruh.

Bicara ilmu sangat menyenangkan. Kita bisa bertahun tahun hanya untuk belajar al hikam atau ihya yang merupakan rujukan internasional untuk belajar tasawuf. kita akan mendapatkan ilmu yang tiada habis di gali. Tapi ingat ilmu saja tidak akan mendatangkan pemahaman yang benar. Pemahaman sebenarnya nanti ketika sambung ke Allah kita jalankan atau kita praktekan untuk itu anda bisa menggunakan dzikir nafas sebagai toolnya.

hanya belajar tasawuf saja tanpa mau menjalankan kesambungan kepada Allah hanya akan menyebabkan kesombongan terselubung… padahal tasawuf sangat tidak merekomendasikan untuk sombong, tapi ya begitullah sifat dari ilmu akan membuat kita sombong.

banyak ilmu tasawuf lama lama stress juga karena tahu ini dan itu tapi tidak merasakan persis seperti kalau saya punya kopi kemudian saya sampaikan nikmatnya kopi, tapi tidak minum … atau tidak punya minuman kopinya.

ya kita ke Allah harus ada langkah untuk sambung kepada Allah agar allah memberikan pelajarannya yaitu pelajaran makrifat yang nantinya akan membuktikan tentang kebenaran ilmu tasauwf tersebut sehingga kita benar benar yakin yaitu haqul yakin dengan ilmu tasawuf. 

Belajar makrifat tanpa guru

guru manusia atau Allah, dalam makrifat kita harus punya guru, ingat belajar makrifat tidak seperti belajar ilmu tajwid, tidak seperti ilmu fiqh, makrifat adalah ilmu perjalanan atau ilmu yang diperolehnya melalui berjalan. Jadi Ilmu makrifat adalah ilmu “learning by doing” belajar dengan menjalankan bukan belajar dengan teori. karena teori makrifat sangat sederhana yaitu lurus ke Allah. sedangkan hasil perjalanan dari lurus ke ALlah itu akan menghasilkan pengalaman yang banyak dan semakin berjalan ilmu makrifat akan semakin bertambah dan bertambah.

disini berarti peran ustad hanya sebatas memberikan penjelasan bahwa makrifat itu ya harus berjalan. Seorang ustad tasawuf tidak bisa memberikan pelajaran makrifat bagaimana si murid akan mendapatkan ilmu makrifat kalau murid tidak berjalan lurus ke Allah. nah sekarang siapa yang memberikan ilmu makrifat setelah murid berjalan kalau bukan ustad ya.. yang pasti adalah Allah SWT. maka kita menggunakan konsep dengan benar yaitu berguru kepada Allah.. untuk urusan makrifat. Untuk urusan ilmu fiqh, ilmu tajwid dll jelas itu menggunakan perantara manusia.

cara mengikuti nafas

mungkin diantara kita ada yang bingung ketika mendengar mengikuti nafas. ya mengikuti nafas merupakan latihan awal ketika kita ber dzikir nafas. secara mudah mengikuti nafas adalah membiarkan nafas apa adanya tanpa adanya intervensi dari kita misalnya memanjangkan nafas masuk atau keluar, atau menahan nafas.

ketika kita berhasil membiarkan nafas kita maka kita akan dapat mengikutinya , mengikuti dengan apa yaitu mengikuti dengan memanggil atau menyebut asma Allah, ketika nafas masuk huu dan ketika nafas keluar Allah.

nah mudahkan jadi jalankan saja tidak perlu memikirkannya terlalu penar, justru dengan kita berpikir tentang nafas nanti akan bisa merusak kelancaran dalam bernafas.