maqom tajrid dan maqom asbab mengkritisi kitab al hikam

ada yang menarik di dalam pembahasan tentang kedua maqom ini, yaitu maqom tajrid VS maqom asbab. dalam kita al hikam kedua maqom tersebut di jelaskan secara singkat kalau maqom asbab berarti rejekinya masih harus dengan bekerja, kalau maqom tajrid maqom dimana rejeki tanpa asbab dan datang sendiri.

yang akan saya kritisi dari kedua hal tersebut adalah maqom tajrid dimana rejeki datang tanpa ada sebab apapun. Sebab jika pengertian salah orang akan mengejar maqom ini dalam bertasawuf dan ini akan menyesatkan tujuan bertasawuf itu sendiri, sedangkan kita tahu bahwa kitab al hikam adalah kitab tasawuf terbesar setelah kitab ihya. Di dalam al quran tidak pernah menyebutkan maqom tajrid ini. ketika rejekin disebut pasti ada syarat atau sebab sehingga Allah menurunkan rejekinya. jadi adanya maqom tajrid tidak berdasar dalam al quran, karena semua pasti ada sebab. Allah menurunkan rejeki kepada seorang hamba pasti ada sebab.

Sekalipun seorang kekasih Allah atau orang yang paling dikasihi rejeki diberikan Allah pasti ada sebabnya. Sebab utama rejeki datang adalah karena seseorang menjalankan amanah Allah, atau menjalankan ketakwaan kepada Allah. Dengan sebab ketakwaan ini seseorang akan mendapatkan rejeki yang tidak di sangka sangka. ketakwaan ini pasti berdasarkan amanah yang ada, misalnya amanah tamu dengan melayani tamu sebagai perintah Allah maka Allah akan menurunkan dari arah yang tidak disangka sangka. Jadi meski mendapatkan rejeki tidak di sangka sangka tetap ada sebabnya yaitu karena hamba tersebut menjalankan amanah dan perintah Allah.

jadi saya tetap berkesimpulan bahwa tidak ada mqom tajrid kalau itu diartikan sebagai maqom dimana rejeki datang sendiri tanpa sebab.