Apakah Covid ini buah dari Doa umat muslim ?

kadang apa yang kita anggap tidak baik tapi baik bagi Allah. Berarti virus covid yang kita anggap tidak baik bisa jadi baik bagi Allah. Pernah anda berdoa anda minta rejeki ? misalnya anda adalah seorang dokter atau tenaga medis, atau penjual obat, maka apa yang terjadi ketika doa anda di kabulkan, ya , Allah datangkan penyakit dan orang ada yang sakit, sehingga doa orang tersebut atau tenaga medis pun terkabul. Memang agak kejam nampaknya tapi demikianlah Allah menjaga keseimbangan alam.

Ingat kasus gunung merapi meletus dan menyebabkan korban? ini mungkin doa dari para ulama yang meminta keselematan umat islam di seluruh dunia… dan apa akibatnya ketika doa para ulama tersebut dikabulkan, maka Allah mengeluarkan panas bumi di bagian tertentu di muka bumi ini yaitu di gunung merapi, dan terjadilah letusan mengeluarkan panas bumi. Kita bayangkan jika Allah tidak mengabulkan doa ulama dan panas bumi tetap tersimpan dan suatu saat terakumulasi dan meledak maka kerusakan parah akan terjadi di muka bumi.

Jadi kita doa keselamatan maka bisa saja menjadikan sebagian kita yang menjadi korban…

Terkait dengan korona pandangan saya ini ada sangkut pautnya dengan doa para ulama, doa para orang orang yang minta keselamatan, atau justru doa dari para mereka yang tertindas atau terzalimi dengan kesewenang wenangan dari negara yang sekarang banyak mengalami korban. Tapi yang pasti Allah memberikan keseimbangan alam. Doa doa para ulama pada awalnya menybebakan ketidak seimbangan alam yang belum waktunya berpengaruh di muka bumi, tapi karena terakumulasi artinya semakin tidak seimbang “yang dianggap sudah hampir jomplang” maka Allah sang Penjaga Alam semesta yang maha kasih dan sayang memberikan suatu kejadian yaitu penyakit berupa virus agar alam mencapai keseimbangannya lagi.

ketidak seimbangan alam banyak disebabkan oleh kesombongan dan kecongkaan dari seorang pemimpin, atau dari sebuah negara atau kaum tertentu. Kesombongan ini menyebabkan kesewenang wenangan yang menyebabkan ketidak seimbangan semakin jelas. Dan saya kira sejarah para nabi dan para rasul Allah akan menurunkan suatu bala pada suatu kaum jika sudah terjadi kesombongan yang kelewatan dan menyebabkan bahaya bagi kebanyakan umat manusia.

baiklah terus bagaimana kita sekarang, ingat bahwa Allah akan membentuk keseimbangan maka lakukan doa semampunya untuk minta keselelamatan dan perlindungan dan keselematan umat manusia di seluruh muka bumi , maka Allah dengan caranya akan memberikan titik keseimbangan lagi dengan mengangkat penyakit. Dan yang pasti bahwa karena faktor kesombongan manusia maka bala itu tidak akan selesai sampai kesombongan di suatu wilayah atau suatu negara mau merubahnya menjadi kerendahan hati dan berserah diri kepada Allah.

Bagi sebagian umat islam atau umat manusia yang sudah berserah diri maka kita harus sabar dan harus tabah dalam menghadapi bala, tidak protes, tidak komplain dan tetap menjaga sikap syukur kepada Allah

Sinkronisasi lock down dan puasa ramadhan

Rasanya pas banget kalau pemerintah memperpanjang masa lockdown sampai ramadhan habis, meski ini tidak ada hubungannya, artinya lockdown bukan karena bulan ramadhan tapi karena adanya virus corona. Namun dengan adanya lockdowon ini kita dapat dengan leluasa untuk beribadah secara maksimal tanpa disibukkan dengan pergi keluar. Orang orang jaman dulu menurut cerita guru saya, mereka bekerja full 11 bulan, kemudian 1 bulan full untuk beribadah di bulan ramadhan. Berarti apa para nenk moyang kita dulu bekerja 11 bulan penuh dan 1 bulan me lockdown kan diri di bulan ramadhan.

Banyak sekali ibadah yang sesuai dengan suasana lockdown ini. Misalnya saja itikaf yang artinya berdiam diri tidak baca shalat dan tidak baca quran serta tidak pengajian, itikaf berdiam diri yang benar benar berdiam diri untuk sadar Allah. pas sekali kan dengan lockdown nanti kita puasa kita bisa itikaf di tempat mushalla kita masing masing (masjid tempat yang  biasa digunakan untuk sujud).

Kemudian puasa itu sendiri adalah pengurangan aktivitas dengan banyak berdiam, maka dalam bulan ramadhan ini kita banyak belajar tentang sadar Allah, dzikir nafas, patrap diam, dan aktivitas ibadah lainnya.

lock down tidak bisa bertarweh…. atau lock down bertentangan dengan tarweh, menurut saya justru lockdown ini sejalan dengan tarweh. Tarweh adalah ibadah santai yang sepatutnya dilakukan tidak berjamaah tapi sendiri sendiri.  Akibatnya kalau tarweh di lakukan berjamaah maka yang terjadi adalah ketergesaan, kecepatan, dan ketidak tumakninahan. Maka dengan adanya lockdown ini sangat pas dan sesuai kalau tarweh nanti kita lakukan sendiri dengan santai dan tidak terburu buru, relaks. Tarweh adalah ibadah persiapan untuk menuju itikaf, yaitu diam total.

Lockdown pastinya mengurangi interaksi kita dengan orang lain, sehingga mengurangai dosa dosa yang disebabkan karena berinteraksi dengan orang lain.

Nah cocok sekali kan antara lockdown dengan ramadhan, kita patut bersyukur karena ramadhan besuk virus corona belum reda. Sehingga kita bisa beribadah maksimal dalam bulan ramadhan.

oh iya bulan ramadhan di musim lockdown ini mengajarkan kita untuk tidk ber hura hura dalam beribadah misalnya buka bersama yang mana kita tahu acara ini hanya hura hura, makan sepuasnya dan sangat tidak sejalan dengan hikmah buka puasa yaitu ifthar. Ifthar adalah buka puasa yang dicontohkan Nabi yang hanya berbuka dengan 3 kurma dan 1 gelas. Tapi coba kalau buka bersama, berapa kurma yang kita makan, berapa makanan yang habis kita lahap, berapa gelas kita minum sehingga dengan adanya lockdown tidak ada buka bersama yang hanya merusak puasa dan melanggar sunah Nabi SAW alias perbuatan bidah.

jadi sekali lagi kita sangat beruntung  bulan puasa ini ALlah memberikan vidur corona sehingga kita bisa berdiam diri di rumah dan menjalankan ibadah dengan lebih baik.

Menggembleng Spiritualitas di Amanah Hidup

Kedekatan kita dengan Allah akan terlihat pada sejauh mana kita konsisten dalam menjalankan amanah amanah yang Allah berikan. Niat yang ihlas dalam menjalankan amanah, kemudian melakukan dengan kesadaran “Allah yang menjalankan”, dan hasil yang tidak kita akui sebagai hasil dari usaha kita. Dari ranah ketiganya tersebut kita akan tergembleng secara spiritual. baik akan saya urai satu persatu agar mudah kita mencernanya

  1. niat ihlas karena ALlah dalam setiap menjalankan amanah. Ini artinya bahwa kita tidak menduakan niat kecuali hanya karena Allah. Misalnya jika kita sakit maka berobat kita bukan karena sembuh tapi karena perintah Allah. Misalnya kita bekerja, maka niat kita adalah untuk menjalakan perintah Allah bukan karena pekerjaan, bukan karena mencari nafkah keluarga, bukan karena mencari uang. Contoh lah jika kita mandi, itu kita jalankan perintah Allah bukan karena agar badan kita bersih, agar kita sehat dan sejenisnya. Niat ihlas ini menjadi gemblengan dasar untuk meningkatkan derajat spiritualitas kita dihadapan Allah. Jangan dikira ringan, meski hanya niat banyak orang yang tidak setuju atau tidak bisa meninggalkan niat selain karena Allah. Misalnya saja masalah bekerja mereka masih menganggap itu sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga, bukan untuk menjalakan perintah Allah. Kalau ingin menggembleng spiritualitas kita maka tinggalkan niat yang bukan karena Allah, dan beralih ke niat karena Allah atau lillahitaala
  2. Point kedua adalah Allah yang menjalankan. Prinsip spiritual ini akan membuat kita berlatih untuk selalu menyadari Allah yang menggerakkan segala sesuatu. Pada tahap ini wilayah sibghoh di terapkan dalam kehidupan. kita bekerja, kita mengasuh anak, kita menyelesaikan tugas tugas pekerjaan bukan lagi berusaha tapi hanyut dalam kehendak Allah. Mengajak anak shalat sudah bukan lagi karena berusaha mendidik anak tapi karena hanyut di dalam lautan kehendak Allah yang menghendaki anak kita untuk menjadi anak yang sholeh. dalam hal bekerja kita bukan lagi berusaha bekerja dengan sebaik baiknya tapi hanyut dalam kehendak Allah yang menghendaki kita untuk menjalankan pekerjaan dengan lebih baik dan sempurna. Jadi pada tahap kedua ini kita menyadari bahwa yang menjalankan adalah Allah bukan kita, dalam setiap aktivitas. Kalau kesadaran kita benar maka tidak mungkin kita mau mengikuti perbuatan yang tidak dikehendaki Allah, sebab pada level ini semua harus karena atas dasar kehendak Allah dan kita hanyut atasnya.
  3. Hasil bukan kita akui sebagai usaha kita. Pada tataran output atau hasil dari perbuatan kita mengikuti kehendak Allah, latihan spiritual atau gemblengan spiritual itu hasilnya tidak kita akui sebagai usaha dari kita. kita biarkan sesuatu yang terjadi dari perbuatan kita adalah apa yang sudah menjadi takdirnya Allah.

3 tahapan ini dapat menjadi gemblengan spiritual kita , kalau berspiritual hanya pada tataran meditasi, semedi, puasa, shalat, dzikir, wirid… itu baru persiapan, gembelengan sebenarnya adalah dalam kehidupan kita sehari hari hari. Mari kita sama sama belajar menggemblengkan diri dalam universitasnya Allah yaitu di kehidupan ini.