analogi pengendali kuda

alhamdulillah tadi pagi mengisi di darussalam tentang haji dan umrah dengan materi psikologi sholat. langsung saja saya menjelaskan tentang dimensi psikologi dalam sholat yaitu pikiran, rasa, jiwa dan ruh.
masalah pikiran dan perasaan atau rasa dapat dianalogikan dengan kuda yaitu kuda pikiran dan kuda rasa dimana kedua duanya ketika sholat tidak akan bisa diam. dia akan selalu lari ke sana sini mengikuti jiwa. jika jiwa tidak tenang maka pikiran akan lari sesuai dengan alamnya yaitu alam ketidak tenangan. maka dalam sholat orang sulit mengendalikan pikiran dikarenakan yang di kendalikan adalah pikiran padahal pikiran mengikuti jiwa. mkaa untuk sholat yang baik mestinya yang dikendalikan adalah jiwanya bukan pikiran atau perasaannya. dengan jiwa yang tenang maka otomatis pikiran dan perasaan akan tenang. kemudian jika ketika sholat yang menjadi fokus kita adalah jiwa ini bukan pikiran dan rasa. cukup dengan jiwa kita bawa untuk berserah diri maka otomatis pikiran dan hati akan tenang. berserah diri kemana ke ALlah. nah analogi jiwa adalah sang pengendali kuda pikiran dan kuda hati, kusirnya lah.. atau drivernya… nah penumpangnya adalah sang ruh itu tadi dimana fungsi duh ini adalah mengajak kita untuk kembali kepada allah. maka untuk mengendalikan kuda tadi sang kusir harus berserah diri kepada allah melalui ruh sang penumpang tadi. dengan demikian kuda akan tenang karena jiwa tenang karena dikendalikan semuanya oleh Ruh yang suci

12 Replies to “analogi pengendali kuda”

  1. Ass. Wr. Wb.
    Terima kasih saya tercerahkan dengan analogi yang Ust . Pur paparkan tentang pikiran,rasa, jiwa, ruh dalam shalat, tolong P. Pur saya di jelaskan mengenahi jiwa dan ruh dalam diri kita karena selama ini saya fikir jiwa dan ruh itu sama.
    Matur nuwun ustad.

    1. saya rencana mau saya gambar saja biar lebih mudah dihami… ada yang bisa bantu untuk menggambar?
      pikiran dan rasa itu dimensi yang sulit kita kendalikan, tapi dia mengikuti jiwa kita, jika jiwa tenang maka pikiran dan hati akan tenang, namun jika tidak sebaliknya. nah jiwa agar tenang diajak untuk berserah diri ke allah, nah unsur diri kita yang bisa membawa kita pulang atau berserah diri untuk bertemu dengan allah ini adalah ruh atau ruh suci yang merupakan unsur tertinggi dalam diri kita.
      semoga ibu menjadi lebih jelas

  2. ini kan yang dimaksud dengan man arafa nafsahu (barang siapa yang mengenal dirinya) maksudnya diri dhahir dan diri bathin (fisik dan jiwa) manusia. kenali keduanya, taklukan ajak kedalam jalan Allah.

  3. Ass. Wr. Wb.

    Ustd. pur saya tertarik dengan penjelasan ini, karena setiap saya sholat pikiran saya selalu kemana mana nggak fokus, setiap pikiran itu datang saya sudah berusaha serahkan semua sama Alloh tapi tetap aja tidak fokus mohon penjelasanya
    terima kasih.

    1. ya pikiran memang fitrahnya berpikir mas.. jadi santai saja biarkan yang berpikir ya berpikir… yang mendengar ya biarkan mendegar.. yang melihat biarkan melihat… nah tugas mas adalah berserah diri kepada allah selesai. karena pada hakikatnya pikiran bukanlah kita dan perasaan pun bukanlah kita, kita ini yang sadar yang bisa berserah diri kepada allah itulah fitrah kta.

  4. nambahi mas,
    tak ada waktu sedetikpun yang hrs kita gunakan tanpa berserah karena nyawa kita sewaktu2 akan diambil oleh Allah… hal ini membutuhkan kesadaran pada kita tiap kali kita memakai waktu yang diberikan oleh Allah…nah kalau kita lengah dengan kesibukan mengurusi harta,ato kesenangan2 kita di dunia maka semakin membuat kita tidak siap menyambut datangnya sang pencabut nyawa. otomatis seolah olahkita berontak. jiwa serasa kepingin kemana2 dulu……sehingga prosesi sakaratul mau semakin lama….duh betapa sakiiiitnya……

  5. Assalamualaikum Ust.
    Saya juga terima kasih atas penjelasan ustad dan mulai paham tapi masih ada yang mengganjal ustad. mudah-mudahan tidak salah paham yang saya sampaikan ini : fikir contohnya 5×5 berapa dll, rasa contohnya sedih, senang dll, kalau jiwa itu contohnya apa ya ustad, kalau ruh rahasia Allah.
    maaf ya Ustad barangkali pertanyaannya nyleneh, habis sebagai pemula sih mengenal situsnya Ustad.

    1. alaikum salam. kalau jiwa itu ada tapi sulit di deteksi yang mana. tapi kira kira begini kalau kita tenang nah berarti jiwa kita tenang, kalau kita marah nah jiwa kita marah atau jahat… adakan jiwa itu? ada tapi apakah berujud materi? tidak… cukup di sadari saja. nah jiwa ini harus kita bawa pulang ke allah .. ketika kita pulang ke allah maka otomatis ke allah ini mengguakan ruh. unsur yang ke allah ini bukan pikiran dan bukan perasaan namun pikiran dan perasan ini akan menangkap keadaan keadaan yang terjadi ketika kita ke allah. ruh ini lebih samar lagi dibandingkan dengan jiwa. jika ruh akan terasa jika kita kembali kepada allah. aktifnya ruh ini nanti akan dapat kita rasakan. demikian mas.. pellan2 saja dalam memahami tidak perlu memaksakan diri jika memang belum dapat dipahami.

      1. Roh adalah aku dan kau adalah sama saja, karena kita semua sama. Aku memahami engkau dan kau memahami aku, serta aku dapat mengendalikan engkau karena aku dan kamu juga sama. Jiwa adalah pribadi, karakter dan wataknya, yang akan ditanya di alam kubur. Mengenai sukma saya belum jelas, karena dalam keadaan hidup, seseorang dapat melepas sukmanya ke tempat lain yang dapat disaksikan dan ditemui oleh orang lain. Manusia bahkan dapat melepas lebih empat puluh sukma ke tempat lain yang berbeda. Suatu ketika, saudara tua saya berhenti dan berkata, “Jangan diinjak, parit ini dahulunya adalah kuburan”. Kami bertanya, “Bagaimana saudara tahu hal itu?.” Dijawabnya, “Sukmanya berdiri di atas kuburnya memberi isyarat.” Sebelum menuju ke suatu tempat, biasanya seseorang mengirim sukmanya terlebih dahulu untuk mengetahu kondisi di tempat tersebut. Wallahu’alam.

  6. koyo (ora persis lho…) penjelasannya psikoanalisa wkt kuliah psi kepribadian 1-pak martono.
    barakallah…

Leave a Reply to abu athaillah Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.