Menyadari Allah yang menggerakkan

ada yang belajar kesadaran hanya berhenti di sadar dan kesadaran saja, mereka mempelajari kesadaran yang tidak mampu apa apa, dan membiarkan dirinya hanya menyadari apa yang sedang terjadi saja. Mereka mempelajari dan menyadari bahwa apa yang disadari tidak mampu apa apa. Ini sangat berbeda dengan dzkir nafas sadar Allah dimana kesadaran menyadari yang aktif yaitu yang menghidupi, menggerakkan dan aktivitas semuanya. Jadi sangat berbeda yang belajar kesadaran tapi hanya berhenti di menyadari saja, dengan dzikir nafas sadar Allah yang menyadari Allah yang maha aktif.

Hal ini berdampak pada output dari  kedua model orang yang belajar kesadaran ini. Orang yang belajar kesadaran hanya sebatas kesadaran saja misalnya hanya menyadari mikro dan makro kosmos, menyadari pikiran perasaan dan hal hal yang terjadi. Dengan Dzikir nafas sadar Allah yang menyadari Allah yang menggerakkan pikiran, menyadari Allah yang menggerakkan perasaan. Letak outputnya adalah di jika menyadari hal yang pasif, maka kita akan menjadi orang yang pasif, tidak mampu bersaing dalam bekerja, tidak mampu fight dalam kehidupan. Tapi jika kita menyadari Allah yang aktif, menyadari Dia yang maha sibuk, maka kita akan menjadi aktif, menjadi sibuk, menjadi orang yang berinovasi dan seterusnya.

kalau kita belajar sadar Allah maka kita akan menjadi aktif, kalau kita hanya belajar sadar saja belajar menyadari alam semesta ini maka kita akan menjadi orang yang bijak tapi pasif,

untuk apa bisa berkomunikasi dengan hewan

Jangan anda bayangkan bisa berkomunkasi dengan hewan itu seperti kalau kita berkomunikasi kepada manusia. Hewan adalah tanda, jadi komunikasi kita hanya satu arah. Artinya satu arah bahwa hewan hanya mengeluarkan sinyal tentang apa yang harus kita lakukan. Misalnya kita dapat berkomunikasi dengan ikan koi, maka ikan koi ini kita pahami tanda tanda apa yang diberikan koi kepada kita , atau tanda yang ditunjukkan koi kepada kita.

Merayakan Tahun Baru 2021

Menyambut tahun baru ? tahun baru ? kenapa harus di rayakan , setiap hari kita sudah merayakan hari baru, ya merayakannya cukup dengan alhamdulillahi ladzi ahyana ba’dama amatana …., apakah beda tahun baru dengan hari baru? ya bagi saya sama saja tahun baru dengan hari baru. Tahun baru  saya ya sama, saya isi dengan alhamdulilahiladzi ahyana bakdama amatana ..

Merayakan sebuah kebahagiaan yang di paksakan dengan berbagai rekayasa yang membuat eforia. ketika melihat hiruk pikuk di jalan, ketika mendengar petasan, ketika mendengar terompet ketika di dengung dengungkan dengan ucapan selamat tahun baru dengan berbagai gambar dan stiker… Semua dipaksa gembira. Bagaimana gembira dipaksakan ya karena sebenarnya tidak gembira. klaau mau jujur pandemi belum usai, ekonomi juga terdampak, ada rasa cemas dan khawatir jika tertular. Gembira karena tahun  baru bukan gembira yang asli, bukan gembira yang datang dari dalam , tapi hanya rekayasa agar terjadi eforia . Eforia yang tidak ada amanah apapun di dalamnya. Merayakan tahun baru tidak ada amanah yang diberikan kepada Allah untuk kita lihat tanda tanda dikerjakan