itikaf semampunya

dari pada tidak sempat itikaf dengan berbagai syarat yang menyulitkan kita untuk itikaf maka saya sarankan untuk melakukan itikaf semampunya, sebelum ramadhan berakhir. mungkin kendala anda dalam menjalankan itikaf seperti

  1. harus di masjid sehingga anda meninggalkan rumah, dan tidak semua kita mendapatkan kesempatan untuk tinggal atau bermalam dimasjid, kalau anda punya anak kecil, jika anda siang hari bekerja, jika istri anda sendirian di rumah, jika anda takut berada di masjid sendirian, anda tidak kenal dengan yang jaga di masjid… dan jika anda seorang wanita tentunya berada dimasjid dimalam hari kurang baik rasanya…
  2. anda bingung di masjid ngapain…. mau sholat….mau ngaji, atau mau dzikir….
  3. mengantuk di masjid akhirnya tidur….
  4. tidak ada makanan yang bisa membuat berjaga….
  5. wah pokoknya banyak kendala…

jika sekian kendala yang menghambat kita untuk beritikaf akan menghalangi  kita untuk beritikaf.

konsep beritikaf semampunya ini adalah kembali kepada esensi itikaf sebenarnya yaitu “diam silatun” ke Allah. itulah inti dari itikaf, sehingga jika definisi dan deskripsi itikaf kita sederhanakan maka kita akan mampu melakukannya meski dirumah, meski tidak menginggalkan keluarga, meski sambil makanan ringan, meski sambil menjaga rumah di malam hari dan meski anda perempuan. sekarang tidak ada alasan lagi untuk tidak itikaf.

saya kemarin malam sudah saya coba untuk itikaf di rumah karena saya sudah pulang kampung, mau ke masjid tidak kenal dengan jamaah yang lain, ya kalau ada kalau saya sendiri di masjid… takuuuttt atau malah saya dicurigai yang tidak tidak…akhirnya saya duduk itikaf di tempat tidur, ngantuk ya tidur, bangun wudlu lagi sholat lalu itikaf lagi…. haus ya minum , lapar ya makan…. dan anda tahu … ternyata saya menjalankan itikaf di rumah saya pun mendapatkan hal di luar dugaan saya.

saat itu saya bercakap dengan Allah, ya Allah saya siap untuk menjadi khalifah Mu, saya siap untuk mewakili Mu di muka bumi ini, ya Allah beritahu saya melalui malaikat dan ruh yang engkau turunkan malam ini, untuk bekal saya menjadi wakil Mu, untuk bekal menjadi Wali Mu. setalah berikrar saya pun duduk berdiam di tempat tidur yang empuk… beberapa waktu kemudian suasana berubah, saya pun tetap sadar dan tetap terdiam, Malam itu pun Allah menjawab dengan jawaban isyarat bahwa saya diberikan rahmat untuk menjadi wakilnya, rahmat itu sangat terasa seolah menjadi penguat bagi saya untuk berdakwah dan beribadah.

nah semoga cerita riil saya ini menjadi motivasi bagi pembaca agar semangat menjalankan itikaf dengan penuh keterbatasan. DARI PADA TIDAK ITIKAF KEBURU RAMADHAN SELESAI. kalau anda mengatakan bahwa itikaf harus di masjid…. bagi saya dari pada tidak itikaf… hayo… lebih baik saya di rumah dan hati jiwa dan ruh saya sambungkan ke Allah.

CategoriesUncategorized

9 Replies to “itikaf semampunya”

  1. betul ustadz …menurut saya afdhol kalo iktikaf di rumah…
    Saya juga dianjurkan oleh sahabat saya dari seberang….itu kan pekerjaan kita setiap hari katanya.
    Semoga kita semua termasuk orang yang selalu beruntung. Amin

  2. dalam beribadah, ada sifat taufiqi (telah ditetapkan oleh AllAH), harus berdasar dalil, berdasar contoh Rasul, bukan berdasar akal atau perasaanm kita saja.

    mengartikan sebuah kata pun tidak cukup dari asal bahasa saja, namun ada definisi syar’i. seperti sholat yang secara bahasa berarti doa, tidak kemudian cukup denan berdoa berarti kita telah sholat…

    http://www.eramuslim.com/ustadz-menjawab/i-tiqaf.htm

    1. Mengenai tempat untuk I’tikaf, yaitu masjid, maka para ulama berbeda pendapat mengenai masjid yang dapat dipakai untuk I’tikaf ini. Secara umum masjid didefiniskan sebagai setiap tempat yang khusus beribadah sholat di dalamnya. Jadi musholla termasuk juga sebagai kategori masjid. Menurut Abu Hanifah, Ahmad, Ishaq, dan Abu Tsur, I’tikaf boleh dilakukan pada masjid yang di dalamnya senantiasa digunakan untuk sholat lima waktu berjamaah. Namun menurut Malik, Syafi’I dan Daud boleh di masjid apa pun karena tidak ada dalil yang jelas untuk memberikan pengkhususan seperti ini.

      Sedangkan diam berarti tetap di dalam masjid, keluar dari masjid dapat membatalkan I’tikaf. Adapun yang termasuk dalam bagian masjid sebagian ulama berpendapat bahwa itu adalah tempat yang biasa dipakai untuk sholat saja. Sedangkan menurut Hanafi, Syafi’I dan Ahmad, pekarangan atau halaman masjid termasuk masjid sehingga tdak membatalkan I’tikaf bila kita berada di sana

  3. insya Allah berkomunikasi, mendekatkan diri pada Allah di rumah pun dianjurkan, tapi amal ini tidak terkategori i’tikaf dalam ma’na syar’i.

    jika memang berhalangan i’tikaf di masjid, moga kita bisa berusaha mengingat, bekomunikasi, mendekatkan diri pada Allah di manapun kita berada…

    salam kenal ustadz.. semoga amalan yang dianjurkan lebih jelas dalilnya, supaya lebih mantab.. he3

Leave a Reply to ryu2503 Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.