jangan memberikan orang yang minta jabatan

he he bisa bisa saja …. sekarang ini pada rame rame minta jabatan tidak kyai, ulama atau orang biasa… pada minta jabatan menjadi wakil rakyat…  kenapa ya dulu rasulullah melarang kita memberikan jabatan kepada orang yang meminta…. pasti ada sesuatunya.. apa demikian juga ya pada para peminta peminta jabatan menjadi wakil rakyat. saya yakin pasti sabda rasulullah itu nantinya akan terbukti. kalau minta jabatan pasti nanti dia akan menggunakannya secara tidak benar, mungkin korupsi, tidak bertanggung jawab dan lain sebagainya…

maka nanti pada saat tanggal pemilu saya akan mencari caleg yang tidak minta minta jabatan menjadi wakl rakyat, yang low profil.. sajalah dan dari mana sajalah… yang penting  menunjukkan akhlak islam

12 Replies to “jangan memberikan orang yang minta jabatan”

  1. ya iya lah! masak ya iya gitu! namanya aja orang dah lupa akhirat, yang dipentingakan dunia aja deh! gak tahu, tuh! mereka pingin apa koq dianggapnya menerima amanah itu gampang! lha wong sahabat rosul aja gak mau ditunjuk jadi pemimpin, lha koq ini malah daftar????

  2. Kalau dicalonkan oleh warga gimana pak?

    soalnya pilihan lurah yang akan datang, insya’allah saya maju karena diusulkan warga.

  3. Masalah wes ewes maneh iki, aku duwe usaha tapi kok abot rasane, usahane yo wis maksimal tapi sing jenenge duit entek ae ,mas setyo tlg dongakno aku yoo soale dongoku gak mandi pokoke allah sing bales lah ojo lali lho , iki gak podo caleg soale gak jaluk di pilih. Ok

    1. taka dongake mas.. moga usahanelancar… jo lali sholawat sing akeh karo kanjeng nabi

  4. Ketahuilah wahai AMIRUL MU’MININ, bahwa Allah Swt. menjadikan imam (pemimpin) sebagai penegak segala yang rubuh, pelurus segala yang bengkok, pelaku kebaikan bagi segala yang rusak, kekuatan bagi semua yang lemah, keadilan bagi yang teraniaya, serta tempat berlindung bagi semua yang takut. (Jika ingin selamat dunia akhirat, maka ikutilah kepemimpinan Rasulullah, sebelum engkau diadili di alam barzakh dan pada pengadilan masyhar, mengenai tanggung jawabmu).

  5. Wahai AMIRUL MU’MININ, kepala negara yang adil bagaikan penggembala yang sangat kasih terhadap gembalanya, lagi sayang kepadanya. Dia yang terbaik, yang menghindarkannya dari jurang yang menjerumuskan, melindunginya dari binatang buas, serta melindunginya dari hawa dingin yang menyengat. (Adakah engkau seperti Rasulullah, yang menyuapkan makanan dengan penuh kasih sayang ke dalam mulut seorang Yahudi tua gembel yang buta, yang setiap hari menghina dan mencerca dirinya?)

  6. Begitu beratnya tanggung jawab seorang pemimpin itu sehingga Rasulullah selalu berharap agar dapat hidup lebih miskin dari yang dipimpinnya, dan dapat meninggal dalam keadaan miskin tanpa meninggalkan apa-apa, meskipun Allah menjamin dirinya, namun beliau senantiasa dapat melihat apa yang tidak dapat kita lihat ketika pemimpin itu dihizab di mahkamah besar hari akhir.

  7. Karena begitu besar rasa takutnya, maka di masa Rasulullah dan para sahabat, tidak ada seorang pun pemimpin yang benar-benar kaya. Bahkan dalam beberapa generasi setelahnya, rakyat jelata lebih kaya dari pada seorang pemimpin. Kaya dalam pengertian yang Islami, karena orang kaya pun pada masa itu menyisihkan hartanya dalam sebuah darul bagi orang yang tidak mampu, sehingga tidak ada rakyat yang benar-benar miskin. Saking takutnya, seorang Khalifah melakukan patroli pangan di malam hari ke tengah-tengah warga miskin.

Leave a Reply to Capunk Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.