makalah fenomena kesurupan massal tinjauan psikologi

kalau mau di download silahkan klik disini

makalah ini disampaikan dalam seminar regional dengan tema fenomena kesurupan massal ditinjau dari psiologi, agama dan kedokteran. diruang seminar  gedung pasca sarjana lantai 5 Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kesurupan dalam Kajian Psikologi
Setiyo Purwanto, S. Psi, MSi, Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi UMS

Terjadinya kasus kesurupan akhir akhir ini cukup menghebohkan, terutama kalangan sekolah yang sering mendapatkan kasus kesurupan, sempat menjadi pertanyaan sejak awal ramainya kesurupan, kenapa di sekolah? Apakah sekolah banyak demitnya?, Jin yang kurang sopan?, atau banyak hantu yang suka iseng, atau para jin pada protes karena sering dikambinghitamkan bila ada kasus kesurupan selalu saja dia yang disalahkan?.
Kurang lebih dua bulan yang lalu seorang mahasiswa psikologi UMS yang sedang praktikum juga tidak mau kalah dengan para siswi siswi di SMU yaitu kena kesurupan, beberapa rekan menolongnya dan alhamdulillah dia tersadar kembali. Seringkali penulis juga mendapat berita bahwa di pondok sobron makam haji berulang kali terjadi kesurupan terutama pada saat baitul arqom untuk mahasiswa, lagi lagi jin yang dituduh bertanggungjawab terhadap insiden itu.
Munculnya atau maraknya kasus kesurupan ternyata tidak merebak begitu saja, ada semacam rentetan peristiwa di tanah air tercinta ini. Kalau kita lihat berdasarkan historisnya ternyata tidak lepas dari tayangan media. Kita lihat beberapa tahun terkahir ini film film horror sering kali tampil di hampir semua stasiun televisi, yang namanya sinteron, berita berita ghaib dan sejenisnya ditayangkan secara terus menerus, setelah itu live show berupa hantu hantu yang ditayangkan secara langsung, seperti acara dunia lain, uka uka, bahkan acara pengusiran hantu dimana hantu hantu pada dimasukkan ke botol. Masih berlanjut kalangan agama juga nggak mau kalah dengan membuat acara penyembuhan (ruqyah) dengan mengusir jin jin jahat dalam tubuh manusia, dimana para pencetus acara tersebut tidak mau kalah dengan para dukun dan para tabib tabib serta paranormal yang dianggapnya tidak syar’I, tentunya dengan modus yang sama yaitu pengusiran jin.
Dan nampaknya cerita cerita horror tidak pernah berhenti, sampai sekarangpun kita masih saja menyaksikan film film horror. Namun ada acara televisi di stasiun TV trans 7 play syetan (plesetan) yang membuat saya sedikit lega yaitu dengan tayangan televisi tentang hantu yang diplesetkan. Sehingga cerita hantu tidak lagi seram namun menjadi guyonan yang menyenangkan.
Rentetan tayangan televisi tanah air diatas tentunya akan sangat mempengaruhi alam pikiran para penontonnya terutama kalangan remaja, kenapa remaja, ya karena merekalah golongan yang masih labil, mudah percaya namun belum memiliki pegangan yang jelas dalam hidupnya, sehingga apa yang diterimanya terutama lewat media menjadi system keyakinan yang masuk dalam mekanisme alam pikiran bawah sadar sehingga suatu saat akan mudah terpicu oleh hal hal yang berbau mistis.
Kasus kasus kesurupan yang semakin merebak ini tidak boleh kita anggap remeh karena terjadinya kasus kasus itu merupakan fenomena lemahnya iman dan kurangnya kesehatan mental psikologi. Permasalahan ini harus ditanggapi secara holistic tidak oleh para ustad, psikolog atau psikiater saja namun dari pemerintah terutama media televisi. Selama kita menganggap kesurupan sebagai perbuatan Jin tanpa ada perbaikan mental psikologi ya selamanya kesurupan akan terus terjadi dan akan meluas. Pemahaman yang benar tentang kasus kesurupan akan menentukan penangan yang benar dan tepat. Tidak menggebyah uyah dengan sekedar mengeluarkan jin dari tubuh, kalau memang ada gejala depresi sebelumnya atau stress, ya sebaiknya dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam penyembuhan seperti psikolog ataupun dokter.
Seminar pada hari ini salah satunya adalah memberikan pemahaman yang benar tentang kasus kesurupan dengan tinjauan masing masing bidang keilmuan, yang diharapkan dapat memberikan masukan bagi masyarakat terhadap penanganan kesurupan. Seperti saya nanti akan mengulas dari perspektif psikologi yang saya fokuskan pada psikologi kognitif khususnya alam pikiran bawah sadar manusia, pengaruhnya terhadap perilaku manusia dalam hal ini adalah kesurupan. Kenapa orang tiba tiba bisa berteriak-teriak, ngoceh tidak karuan (ngomyang), meronta-ronta bahkan bisa berbicara seperti bukan dirinya, semua itu adalah bentuk bentuk perilaku yang bisa dibahas dan diulas secara psikologi.
Baiklah mari kita bahas bab demi bab yang akan saya uraikan secara singkat mengenai kesurupan ini.

Pengertian Kesurupan di Beberapa wilayah di Nusantara
Kesurupan menurut saya adalah fenomena budaya, di Indonesia memiliki kekhasan yang sangat berbeda dengan belahan dunia lain karena kita memiliki budaya animisme yang sangat kuat. Hal ini dapat kita baca dari sejarah animisme di Indonesia, dimana animisme adalah mempercayai bahwa roh roh halus dan roh nenek moyang masih dapat berinteraksi dengan alam manusia dimana dalam berinteraksi caranya adalah dengan memberikan sesaji dan pembacaan pembacaan mantra. Dan menurut budaya jawa (menurut simuh 2000, dalam makalah keunikan islam dan budaya jawa) menyebutkan bahwa roh memiliki tingkatan tingkatan sehingga jika terjadi kasus kesurupan maka pemimpin spiritual setempat (dukun) akan melaporkan kepada danyang (roh penunggu desa) agar kesurupannya bisa disembuhkan. Karena menurut budaya jawa bahwa roh memiliki hirarki dari roh ecek ecek hingga roh kelas elit, roh kelas elit ini yang menjalin hubungan adalah wilayah atau tingkatan kerajaan, misalnya nyi roro kidul, sunan lawu, penunggu gunung merapi dan lain sebagainya.
Masih menurut Simuh (2000) dalam makalahnya tadi, bahwa roh roh seperti manusia, memiliki perasaan, bisa berpikir dan memiliki keinginan. Karena dianggapnya bahwa roh roh itu adalah dulunya manusia yang meninggal dengan tidak tenang, tersesat dan menjadi roh roh. Masalah kesurupan di tanah jawa adalah sesuatu yang lumrah dan dapat ditemui dengan mudah dalam pertunjukkan pertunjukkan seperti permainan nini thowok, reog, jathilan dan lain sebagainya.
Kuatnya pengaruh animisme masyarakat kita sedikit banyak berperanan dalam memunculkan pemikiran pemikiran mistis yang pada akhirnya memunculkan maraknya fenomena kesurupan di tanah air, sebagai jalan pintas bawah sadar ketika mendapat tekanan.
Jika kita amati di negara Arab jarang sekali mereka yang mengalami kesurupan, di amerika apalagi kecuali mungkin di suku indian yang masih animisme. Di Nusantara kesurupan adalah fenomena yang dapat dijumpai dari Aceh hingga Papua. dan ciri khasnya yang sedang tren sekarang adalah kesurupan massal di lingkungan sekolah.
Ada banyak istilah istilah yang mirip dengan kesurupan seperti kerasukan, kerawuhan, keranjingan. Kata surup, rasuk, rawuh, ranjing menggambarkan keadaan sesuatu yang berasal dari luar masuk ke dalam dan mengisi ruang dalam.
Psikologi memberikan penjelasan mengenai fenomena kesurupan sebagai :
1) Keadaan disosiasi, saat seseorang seakan terpisah dari dirinya;
2) Hysteria , saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya ,
3) Split personality , saat pada diri seseorang tampil beragam perilaku yang dimunculkan oleh “pribadi” yang berbeda. Penjelasan ini seringkali mengalami benturan dengan kenyataan-kenyataan budaya.
Dari beberapa peristiwa kesurupan di Tanah Pasundan, ada pola umum kesurupan. Pelaku sebelum mengalami kesurupan mengalami peristiwa yang penuh tekanan. Penanganan menggunakan cara-cara normal dipandang pelaku malah membawa ke jalan buntu. Di sisi lain dalam budaya Sunda ada ketidaksadaran kolektif yang menyatakan bahwa tersedia “jalan keluar” untuk hal-hal yang sudah buntu, yaitu “kesurupan”. Pilihan yang nyurup pun sedemikian terbatas, yaitu beberapa tokoh yang dikenal dalam mitologi Sunda seperti Harimau. Harimau diyakini sebagai alihwujud dari Silihwangi yang ngahiang/moksa. Permintaan sang tokoh saat surup dapat diperkirakan, yaitu meminta sejumlah hal kecil seperti kopi, tembakau, sirih dan permintaan lain yang merupakan simbolisasi dari makanan masa lalu.
Di Bali, kesurupan atau kerawuhan dipandang sebagai hal netral. Dalam alam budaya Bali, manusia adalah jagat alit dan semesta adalah jagat agung. Insan-insan suci seringkali dipilih oleh ruh suci untuk mengkomunikasikan hal yang harus dan tidak boleh dilakukan kepada komunitas di suatu wilayah. Peranan pedanda (tetua agama) di Bali adalah mengalihbahasakan apa yang disampaikan ruh yang surup di diri pelaku kepada komunitas.
Di Jawa, kesurupan seringkali diyakini sebagai masuknya ruh-ruh jahat yang diyakini berada di teritori tertentu yang merasakan bahwa dirinya terganggu oleh pelaku. Ada sejumlah cara yang dilakukan agar sang ruh jahat segera keluar dari diri pelaku . Ada sejumlah sesaji dan ritual yang harus disiapkan agar sang pelaku selanjutnya aman.

Kajian Psikologi tentang Kesurupan
Dalam kajian psikologi ada dua perspektif yang dapat digunakan untuk melihat kasus kesurupan yaitu kajian psikoanalisa dan psikologi transpersonal. Namun menurut saya yang paling sesuai untuk mengkaji kesurupan sebagai sebuah gangguan lebih tepat dengan menggunakan psikoanalisa terutama pendapatnya Carl Gustav Jung. Pada kajian psikologi transpersonal kajian trance lebih ke arah spiritual atau sebagai sesuatu yang tidak mengganggu. Kesurupan sebenarnya juga merupakan trance ke arah mengganggu dan tidak terkendali.

Baiklah mari kita bahas teori Carl Gustav Jung.
a. ketidaksadaran dalam pandangan Jung
C.G. Jung (Swis, 1875-1961) adalah tokoh yang paling penting untuk psikoanalisis (psikologi dalam) di samping Sigmund Freud dan Alfred Adler. Psikologi dalam (depth psychology) menemukan ketegangan antara hidup sadar dan tidak sadar dan menganalisa “ketidaksadaran” sebagai suatu lapisan psikologi manusia (di samping pikiran yang disadarinya) yang mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan manusia. Ketidaksadaran itu muncul misalnya dalam mimpi-mimpi atau juga dalam mitos-mitos dan gambar-gambar religius.
Menurut C.G. Jung, ketidaksadaran punya dua lapisan, yaitu ketidaksadaran individual yang isinya dibentuk oleh pengalaman-pengalaman pribadi yang digeserkan ke bawah sadar, dan ketidaksadaran kolektif (collective unconsciousness) yang isinya merupakan warisan yang dimiliki semua manusia sebagai bagian dari kodratnya. Kedikaksadaran adalah “segala endapan pengalaman nenek moyang yang diturunkan sejak berjuta tahun yang tak dapat disebut yang sepenuhnya mengendalikan, gema peristiwa dari dunia prasejarah, yang oleh zaman selanjutnya ditambah sedikit demi sedikit penganekaragaman dan pembedaan-pembedaan”. Adanya ketidaksadaran itu bisa menjelaskan kenyataan bahwa baik dalam mimpi-mimpi individual maupun dalam budaya-budaya dan agama-agama yang berbeda, muncul motif-motif yang sama tanpa adanya hubungan tradisi satu sama lain atau diakibatkan oleh pengalaman konkret.
Ketidaksadaran adalah tempat dimana agama dan simbol-simbol religius berakar. Jadi, ketidaksadaran bukan hanya dasar kemampuan manusia untuk mengembangkan agama dan simbol-simbol religius dan “pintu masuk” yang membuka lubuk jiwa manusia untuk pengalaman religius, tetapi juga menyediakan materi-materi untuk gagasan-gagasan keagamaan.
Materi yang disediakan oleh ketidaksadaran untuk proses itu, oleh C. G. Jung disebut “arketipe”, yaitu “gambaran arkais, kuno dan universal, yang sudah ada sejak zaman yang amat silam. Dalam kata Jung, arketipe ‘merupakan bentuk atau gambaran yang bersifat kolektif yang terjadi praktis di seluruh bumi sebagai unsur kisah suci (myth) dan dalam waktu yang sama merupakan hasil asli dan individual yang asal-usulnya tidak disadari’. Arketipe itu secara laten tersembunyi dalam semua orang dan akan diberi ungkapan simbolis menurut situasi historis di mana orang itu tercakup. Konsep arketipe itu mengambil bentuk simbolis dalam berbagai ungkapan religius, dan menggambarkan solidaritas terdalam antara berbagai tradisi keagamaan umat manusia”. Jadi, simbol-simbol dasar dari agama-agama (misalnya: Tuhan, ayah/ibu, simbol-simbol untuk keberadaan transenden dan keseluruhan/keesan dll.) sudah berada di dalam ketidaksadaran setiap individu, mereka merupakan ide-ide yang pra-sadar dan primordial, dan merupakan dasar untuk pengalaman-pengalaman religius yang langsung. Mereka mencermrinkan struktur kepribadian manusia dan menunjuk kepada keberadaan yang transenden.

b. Unsur kepriadian dalam paradigma Psikoanalitik Jung
Doktrin Jung yang dikenal dengan psikologi analitis (analytical psychology), sangat dipengaruhi oleh mitos, mistisisme, metafisika, dan pengalaman religius. Ia percaya bahwa hal ini dapat memberikan keterangan yang memuaskan atas sifat spiritual manusia, sedangkan teori-teori Freud hanya berkecimpung dengan hal-hal yang sifatnya keduniaan semata. Jung mendefinisikan kembali istilah-istilah psikologi yang dipakai pada saat itu, khususnya yang dipakai oleh Freud. Ego, menurut Jung, merupakan suatu kompleks yang terletak di tengah-tengah kesadaran, yakni keakuan. Istilah Freud lainnya yang didefinisikannya kembali adalah libido. Bagi Jung, libido bukan hanya menandakan energi seksual, tetapi semua proses kehidupan yang penuh energi: dari aktivitas seksual sampai penyembuhan.
Id, ego, dan superego, adalah istilah istilah yang tak pernah dipakai oleh Jung. Sebagai gantinya, ia menggunakan istilah conciousness (kesadaran), personal unconciousness (ketidaksadaran pribadi), dan collective unconciousness (ketidaksadaran kolektif) Conciousness dan personal unconciousness sebagian dapat diperbandingkan dengan id dan ego, tetapi terdapat perbedaan yang sangat berarti antara superego-nya Freud dengan collective unconciousness, karena Jung percaya bahwa yang terakhir ini adalah wilayah kekuatan jiwa (psyche) yang paling luas dan dalam, yang mengatur akar dari empat fungsi psikologis, yaitu sensasi, intuisi, pikiran, dan perasaan. Selain itu, juga mengandung warisan memori-rasial, leluhur dan historis.

c. Kajian teori Jung terhadap Kasus Kesurupan
Indonesia merupakan bangsa kaya budaya termasuk budaya kesurupan, bahkan di daerah daerah tertentu malah sengaja untuk kesurupan, dan menjadi tontonan menarik seperti reog, kuda lumping, debus dan tari kecak. Budaya ini lah yang menjadi arketip arketip yang tersimpan dalam ketidaksadaran kolektif dan inilah yang banyak mempengaruhi terjadinya kesurupan di indonesia.
Setiap kita memiliki potensi untuk kesurupan karena memang bawah sadar kita dalam collective unconciousness berisi mitos mitos seperti memedi pocong, wewe gombel, jin penunggu rumah, jin penunggu sungai, dan banyak lagi, bahkan penunggu laut selatan. Mitos inilah yang turun menurun dari jaman dulu terus hingga sekarang. Ditambah lagi pengalaman masa kecil yang sering ditakut takuti dengan berbagai macam hantu dan segala varian nya, yang kemudian tersimpan dalam personal unconciousness sehingga kedua kenyataan itu klop membentuk suatu sistem keyakinan dan kepercayaan yang setiap saat bisa muncul bila ada pemicunya (precipitating event).
Dalam kasus kesurupan masal yang menjadi precipitating event adalah teman yang sudah kesurupan, dalam istilah hipnotisme teman yang sudah kesurupan menginduksi bawah sadar teman lainnya sehingga seperti penyakit menular yang bila tidak diisolasi akan mewabah ke yang lain.
Seringkali orang yang kesurupan memiliki kekuatan yang melebihi kemampuan biasanya, dalam beberapa kasus kesurupan dia bisa berteriak teriak hingga berjam jam, atau bisa melemparkan beberapa orang yang sedang memeganginya. Ada lagi kesurupan mampu berbicara seperti bukan dia yang bicara, dalam keadaan seperti ini seseorang yang kesurupan sedang memasuki alam bawah sadarnya tepatnya di alam ketidaksadaran kolektif dimana menurut freud ketidaksadaran tersebut mengandung kekuatan jiwa (psyche) sehingga dia memiliki kekuatan yang melebihi seperti biasanya
Mengapa orang bisa masuk kedalam alam bawah sadarnya ? sebab utamanya adalah lemahnya kesadaran seperti orang mau masuk tidur, kenapa bisa tidur jawabnya tentunya karena lemahnya kesadaran karena faktor mengantuk.

Beberapa tips menangani kasus kesurupan
1. isolasi sesegera mungkin anak yang terkena kesurupan
2. tenangkan suasana, karena kesurupan cenderung membuat suasana menjadi gaduh, ketakutan, dan crowded atau ramai.
3. tenangkan anak yang mengalami kesurupan dengan membiarkannya, jangan dipaksa atau dipegang apalagi diteriaki terlebih di pukul pukul,
4. kalau membaca quran bacakan dengan penuh kekhusyuan dan dengan nada pelan sehingga akan menenangkan si sakit, kalau dibaca dengan menghentak hentak anak yang terkena akan semakin histeris dan teriakan dari pembacaan quran tadi akan memperkeruh keadaan. Dalam hal ini kita harus bijak dalam mendudukkan al quran jangan melecehkan quran dengan menggunakannya yang bukan pada tempatnya, gunakan quran sebagai petunjuk hidup bukan sebagai alat pengusiran jin.
5. tempatkan si anak di tempat tertutup namun yang aman dan udara bisa keluar masuk dalam ruangan dengan baik
6. jika keadaan semakin tidak terkendali, jangan memanggil paranormal, atau memanggil dukun dan sejenisnya. Namun panggilah dokter untuk memberikan obat penenang kepada si anak, dan jika sudah dampingi anak dengan orang tuanya
7. jangka panjang ciptakan suasana sekolah yang cerah dan ceria, baik lingkungan maupun hubungan guru muridnya dan tentunya proses belajar mengajar. Berikan penerangan yang cukup di tempat tempat yang terkesan singup, rubah warna cat dari cat yang gelap menjadi lebih terang, tebang pohon pohon yang dianggap angker, hilangkan suasana mistis disekolah. Kesurupan sering terjadi biasanya di tempat yang bekas kuburan, atau dekat kuburan, karena nuansa mistis bisa menjadi condtioning event atau keadaan yang mengkondisikan terjadinya kesurupan.
8. para guru jangan bersikap tahayul dan khurafat misalnya dengan mendatangkan ahli pengusir jin karena itu bukannya menghilangkan jin malah lingkungan sekolah menjadi tersugesti untuk kembali ke jaman animisme yaitu mempercayai Jin dan sebangsanya yang pada akhirnya akan melemahkan tauhid dan akibatnya adalah munculnya kesurupan.

22 Replies to “makalah fenomena kesurupan massal tinjauan psikologi”

  1. wah tulisannya ok mas, sayang say ambacanya telat, pas setelah menuliskan fenomena nabi paslu. Artikelnya ada di blog saya silahkan dilihat. Tapi gak apa2 saya mau simpan artyikel ini buat referensi. Fenomena kesurupan memang rada aneh diIndonesia ini, kalau menurut dugaan saya ini mungkin ada faktor genetik juga yang akhirnya menyebabkan lemah mental dan psikis. Dan umumnya karena kurang adanya jembatan logis yang kukuh sehingga masyarakat kita mudah dipengaruhi tayangan media, atau katakan saja seringkali tidak mampu membedakan kenyataan hidup dan dunia hiburan atau dunia khayalan. Ok, sip lah artikelnya. Cuma sayang ya akalo kesurupannya di ekpos tv eh seminarnya kok gak ada tayangannya di tv? Mesti di protes nih pemilik media kita itu hahaha…

  2. Orang terdekat saya pernah mengalami “kesurupan”,selama 1 minggu tidak sadarkan diri.Dia tidak bisa mengendalikan diri,ternyata hal yang bisa menyembuhkan hanya tips no 4,tidak ada yang lain.

  3. lha iya mas… orang sudah histeris pake dibentak bentak dengan bacaan quran apa ndak malah tambah histeris

  4. bagus juga tulisannya…
    tapi ada satu fakta yang tidak tercewakili dalam tulisan mas.
    kalau kita cermati, hampir semua kasus kesurupan melibatkan perempuan yang termasuk usia muda. anehnya anak kecil baik perempuan maupun laki-laki jarang yang mengalami kesurupan. salah satu fakta penting juga adalah bahwa kesurupan lebih sering terjadi pada kondisi ramai orang. baik itu di lingkungan sekolahan, maupun pabrik.
    karena itu saya memprediksi ada faktor fisiologis disamping psikologis yang berperan dalam proces tercetusnya kesurupan.
    sekarang kalau kita telaah mengapa perempuan? apa yang membedakan perempuan dengan laki-laki? mungkin secara psikologis perempuan lebih emosinal dari laki-laki. akan tetapi kenapa anak kecil perempuan tidak ikut kesurupan? mengapa perempuan tua tidak ikut kesurupan?
    apa perbedaan ketiganya? mungkin kondisi hormonal dimana perempuan usia remaja dan dewasa muda lebih aktif produksi hormonnya. tak bisa juga kita lepaskan dari pengaruh kebiasaan. perempuan muda lebih cenderung bersolek dengan berbagai kosmetik. adakah zat-zat dalam kosmetik tersebut telah ikut mendorong mudahnya terjadi kesurupan? ini harus ditelaah lebih jauh.
    wassalam.

  5. bener mas, intinya adalah kesurupan massal bukan kesurupan jin, tapi kesurupan pikirannya sendiri. emosional yang dominan memang memicu terjadinya histeria. dan kenapa massal karena memang menular.. bukan jinnya bertambah banyak… demikian mas, terimakasih tambahannya…saya tunggu kunjungan di blog saya lagi

  6. Assalaamu’alaikum..mas Pur
    lama gak jumpa. makasih atas makalahnya sangat membantu saya. Kebetulan di jember beberapa waktu lalu ada fenomena kesurupan massal.

    Wassalaam
    Nurlaela Widyarini

  7. waalaikum salam
    maaf ini temen di S2 dulu kan, mBak Laela.. takutmya salah …
    besuk jumat sabtu ada reuni di UMS mbak tapi cuma saya sama mbak dinar plus mbak kondang he he.. acaranya latihan grafologi dan terapi relaksasi…..mau datang?
    salam dari solo

  8. trima kasih banyak mas..gejala ini dialami juga oleh saya ketika mengadakan camping. yang sebelumnya belum pernah terjadi.

  9. terimakasih banyak ya. Saya sedang menyusun karya ilmiah tentang ini…

    Saya murid kelas 3 SMP. Terimakasih ya.

    1. silahkan diperbanyak, downlload saja ada artikel yang saya gunakan sewaktu memberikan seminar kesurupan

  10. Terima kasih atas informasinya mas….

    Sangat kasihan sekali yang kesurupan itu,,
    Sebaiknya kita banyak2 berdekat diri kepada yang maha kuasa agar dijauhkan dari segala makhluk2 halus n diberi ketenangan juga.

    Salam kenal

  11. isinya bagus, kalau boleh tau untuk bisa mengakses teorinya Jung bgmn caranya? saya tertarik dgn teorinya.

  12. apakah ada referensi bukunya? kalo ada mohon kasih tau saya, karena saya sedang butuh referensi buku tentang kesurupan,terimakasih

Leave a Reply to rena Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.