menciptakan bahagia

hidup harus bahagia siapa bilang hidup di dunia adalah kesusahan… hidup di dunia harus bahagia, bahagia banyak indikatornya… perasaan yang menyenangkan, keluarga yang harmonis, harta yang berkelimpahan artinya tidak kekuarangan, ilmu yang banyak dan lain sebagainya. sebenarnya bahagia adalah suatu keadaan yang bisa kita ciptakan namun untuk menciptakan orang harus sudah terlatlih untuk bahagia sehingga mudah untuk memasuki alam bahagia. sebagai contoh dalam dzikir orang akan menemukan kebahagiaan maka rasa bahagia yang berulang ini akan menjadi suatu kegiatan emosi yang berulang dan akhirnya masuk dalam memori yang mudah kita recall.

kalau emosi sedih pun mudah kita recall berarti emosi happy pun mudah kita ingat. menciptakan bahagia ada juga yang melatihnya dengan mencoba untuk menikmati apa yang ada misalnya ada mobil kita syukur sedtil detilnya sehingga dari sini muncul kesenangan… ada sepeda motor kita syukuri …. dan lain sbagainya semakin banyak orang bersykur maka akan semakin bahagia.

jangan terlalu sering untuk tidak bahagia sangat berbahaya.. karena ketidak bahgiaan kita hari akan berdampak pada ketidak bahagiaan selajutnya seperti lingkaran syetan… jadi haru skita putus sekarang, sekarang mulalilah untuk bahagia. bahagia sekarang akan menyebabkan kebahagiaan selanjutnya inilah lingkaran malaikat jangan jikita putus dengan ketidak bahagiaan.

9 Replies to “menciptakan bahagia”

  1. Mas Pur mau tanya dikit aja? Bahagia itu ada dimana mas? di proses atau dihasil. Kalau bahagia indikatornya adalah faktor eksternal.. nanti kalau faktor2 tersebut menghilang, apa masih bisa untuk bahagia? Trims

  2. tenyata perlu proses ya pak…ketiaka sedih datang terus tanamkan bahagia..bahagia..bahagia…kadang-kadang tetap aja masih malas dan sedih serta ogah-ogahan…wslm

  3. pak abdul menurut saya bahagia itu di perasaan kita, maka nya namanya perasaan bahagia, bahagia bisa datang dari sebab internal dan sebab eksternal. yang internal ini yanglebih awet yaitu suatu keadaan yang disusupkan kedalam hati kita oleh allah sehingga kita merasa bahagia.. ini juga tidak langgeng sangat tergantung pegangan kita sama allah semakin kuat pegangan kita kepada allah maka akan semakin bahagia kita dibuatnya, kalau bahagia dari luar misalnya mendapatkan motor maka bahagia hilang jika motornya rusak atau diambil orang. bahagia menurut saya bukan proses tapi sesuatu yang diberikan kepada kita, maka kita sering seirng silatun agar selalu dibahagiakan oleh allah.
    kang abik… benar bahwa kebahagiaan adalah pasang surut seperti yang tuliskan di atas.. tapi ada kok agar bahagia iut selalu pasang tidak surut yaitu dengan silatun.

  4. Trimakasih mas Pur atas jawabannya.
    Saat melihat ada respon jawaban dari mas Pur saya merasakan bahagia. Di saat sedang (berlangsungya proses) membacapun bahagia masih ada di dada ini.

    Selesai membaca saya jadi tahu, lalu file saya merepon dan hasilnya saya merasakan bahagia itu mulai sirna yang digantikan oleh rasa puas dan tidak puas atas jawaban tsb. Ya… saya berada di wilayah permainan otak saja sebenarnya. Dan dari persepsi itulah saya di bawa masuk ke dalam realitas rasa-rasa tsb. Pertanyaannya adalah: apakah saya harus mengakses kembali file bahagia yang tadi (lawas) atau minta yang bahagia terkini?

    Selanjutnya…
    Bukankah rasa bahagia itu akan ada dan bisa dirasakan oleh seseorang jika sebelumnya orang tsb pernah merasakan tidak bahagia?
    Bukankah rasa bahagia itu akan ada dan bisa dirasakan oleh seseorang jika ia menerima kabar bahagia?
    Bukankah rasa bahagia itu akan ada dan bisa dirasakan oleh seseorang jika ia melakukan sesuatu yang disukai?
    Bukankah rasa bahagia itu akan ada dan bisa dirasakan oleh seseorang jika ia sedang bersama (nyambung) Sang Kekasihnya? Dst. Dsb.

    Tidakkah mas Pur merasakan ada bahagia disaat sedang berlangsung (berproses) melaksanakan shalat dan setelah selesai melaksanakannya?

    Ya… pada realitanya orang hidup dapat merasakan bahagia dan juga dapat merasakan tidak bahagia. Lalu… bagaimana dengan orang yang sudah meninggal Mas? Apakah mereka juga merasakan bahagia dan merasakan tidak bahagia disisi-NYA? Jika demikian adanya, jadi… rasa itu adanya dimana ya?

  5. ada 2 bahagia pak, bahagia rekayasa di otak seperti mengambil memori bahagia masa lalu, bahagia hakiki yaitu dengan dekat dengan allah contoh ketika kita sholat. kalau orang mati menurut saya tidak merasakan apa apa pak karena tidakada alat yang digunakan bahagia, berbeda nanti kalau sdh hari pembalasan dimana tubuh tulang dikumpulkan lagi dan dibentuk seperti sediakala …sehingga kita bisa merasakan lagi bahagia dan sakit. jadi letak baagia ada di jiwa dan wujud sensasinya ada di perasaan atau tubuh.. demikian Pak Abdul.

  6. As-salamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh

    Semoga dalam kelimpahan rahmat Allah.
    Sebelumnya saya mohon maaf sebanyak hembusan nafas yang masih mengalir ini.
    Menyambung jawaban mas Pur, berikut ini saya petikan beberapa ayat yang terkait dengan masalah diatas:

    Surah Ali ‘Imran, ayat:
    (169). “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki”.

    (170). “Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati”.

    (171). “Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.

    (172). “[yaitu] Orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka [dalam peperangan [Uhud]. Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar”.

    Jika berkenan mas Pur bisa tanggapi, namun jika tidak pun saya sudah rela dengan apa yang ada saat ini.

    Trima kasih telah berkenan berbagi ilmu. Semoga manfaat dunia akhirat. Amin.
    Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh.

  7. waas
    saya coba jawab ya Pak Abdul .. kalau salah mohon dikoreksi
    untuk ayat yang pertama dan kedua : ini memang perkecualian artinya para aulia sholihin daj mujahid tidak mati…beliau tetap hidup dan mendapat rejeki dari allah..jadi karena tidak mati yang mestinya bisa menyaksikan pemberian rejei dari allah.. cuma saya juga masih belum tahu senangnya ini apakah sama dengan senangnya kita di dunia ini..?
    pahala dan kebajikan memang akan kembali kepada diri kita sendiri pak, kembali nya dalam bentuk apa.. ya bahagia seperti yang dijanjikan oleh allah.
    demikian pak… terimakasih atas sharing ayatnya bisa menambah pengetahuan saya.
    wassalam

  8. Assalamualaikum Wr Wb. mau kasih pendapat juga tentang diskusi pak abdul dan mas pur.
    pak abdul, melatih perasaan bahagia dengan bersyukur atas faktor eksternal menurut saya tidak akan hilang. karena letak rasa syukur bukan dibenda, tapi pada apa yang telah diberi Allah. misalnya kita bersyukur dapat motor. kemudian motor hilang dirampok, kita juga bersyukur bahwa bukan nyawa kita yg hilang tapi motor. atau yang paling mendasar (yang biasa saya praktekan), bersyukur bahwa kita masih diberi umur hari ini oleh Allah. umur untuk melanjutkan amal, dan untuk memperbaiki kesalahan.
    menurut saya, pada intinya, bahagia itu adl mengenai sudut pandang kita dlm melihat sesuatu. apakah positive thinking, atau negative. kalau semua hal dilihat dari sisi negatif, maka hidup sengsara dan tdk prnh puas. kalau semua hal dilihat dr sisi positif, maka kita senantiasa bersyukur pada Allah, dan menjadi bahagia, karena kita merasa cukup. sekian pak. wassalam.

Leave a Reply to Setiyo Purwanto Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.