menjadikan bahasa langit menjadi bahasa bumi

kesulitan dalam menyampaikan ilmu keTuhanan adalah mengenai bahasa. Saya terus mencoba untuk menggunakan bahasa yang mudah di fahami, dengan uraian yang sesingkat singkatnya. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Saya pun ketika belajar di awal tentang hal ini mengalami kesulitan dimana saya harus mengulang dan mengulang. Sekian lama belajar mengenai ini saya baru menemukan klik nya pada “disebalik alam semesta” bahasa qurannya adalah …yang menguasai alam semesta…, kalimat yang menguasai ini menjadi kata kunci untuk mudah dalam mengenal Allah seberapa faham dia akan dapat memahami hal ini. sayapun harus menjelaskan bahwa yang kita gunakan ketika memahami yang menguasai alam semesta adalah dengan kesadaran. jika masih alam semesta berarti masih menggunakan pikiran atau instrumen jasad.

Pada awal belajar saya sudah diajarkan bagaimana melihat disebalik pohon itu pandanglah, kemudian Pak Haji slamet Utomo pun sering mengajarkan lihatlah pohon yang dulu kecil sekarnag tumbuh menjadi besar. tapi yang namanya belum faham ya saya benarkan dan saya terima saja. Baru sekarang ternyata in merupakan kunci dalam berspiritual. Saya harapkan pembaca dan jamaah semua, memegang kunci ini  kunci untuk selalu di gunakan dalam bertauhid dan dalam berjalan menuju kepada Allah. Sejak kecilpun saya sering mendengar istilah siapa yang mengecat lombok atau cabe, yang menjadikan cabe menjadi hijau, merah dan akhirnya menguning …. istilah ini sudah sering saya dengar namun sekali lagi seperti tidak mengandungi makna apa apa.

baik kembali ke tema tulisan saya kali ini, ketika saya harus menyampaikan bahwa cara mudah memahami Allah disebalik alam semesta memang tidak semudah mengucapkannya sebab kalimat ini jika pendengar tidak menggunakan kesadarannya maka kejadiannya akan seperti saya baru faham setelah 18 tahun. Dan tentunya ini menjadi catatan bagi saya agar jangan sampai seperti saya. Kesalahan saya dulu memahami penjelasan dari guru saya adalah menggunakan pikiran, tidak menggunakan kesadaran. Nah berarti sekarang sebelum saya menjelaskan tentang hakikat dibalik alam semesta ini berarti saya harus membuat jamaah menggunakan kesadarannya untuk memahami apa yang saya sampaikan. langkah pertama adalah mengaktivasi kesadaran jamaah.

bagaimana cara mengaktivasi kesadaran jamaah? saya ajak jamaah mengenal yang mana yang sadar itu, saya ajak mereka melihat ketika tidur terus bangun maka itu namanya sadar, sadar dari tidur, pingsan kemudian sadar berarti sadar dari pingsan. Jika ini faham maka akan saya tingkatkan lagi dengan analogi angin. ketika kita melihat angin lesus maka kita akan mengatakan “ada angin” padahal secara kasat mata tak nampak anginya , yang nampak adalah debu yang berterbangan atau benda lainnya. dalam hal ini meski angin tak nampak namun kita mengatakan ada angin, berarti kita sadar angin. Kalau anak kecil yang belum sadar angin akan mengatakan “ada debu berputar”‘ dari sini kita faham tentang yang mana yang sadar dan yang mana yang menggunakan jasad atau mata. nah disini jamaah tentunya mulai faham mana yang sadar itu. sekarang akan saya tingkatkan dengan sadar Allah, yaitu mengajak jamaah untuk menyadari siapa di balik angin itu, nah ketika jawaban itu dari kesadaran yang benar maka kita akan menjawab disebalik angin adalah Allah.

setelah faham siapa di sebalik semesta ini kita bisa berlatih dengan yang lebih dalam, misalnya yang disebalik yang kita lihat, yang disebalik yang kita dengar, lebih halus lagi, diseblik yang ada dalam pikiran kita, kemudian lebih halus lagi disebalik yang ada di rasa kita, demikian terus penghilangan penghilangan yang terus menerus. maka dari sini kita akan menemukan kesejatian di dalam kesejatian, dan ini akan berlangsung terus menerus. meski sudah kosong, sudah fana ataupun sudah lenyap proses disebalik yang ada ini akan terus berlangsung. Hal ini kita lakukan sampai benar benar fungsi pikiran tidak ada lagi alias meninggal dunia. Proses inilah yang sebenarnya nanti akan membawa kepada keadaan khusnul khatima, karena proses peniadaan terus berlangsung.

baik peniadaan ini baru tahap pertama langkah selanjutnya adalah pengosongan yaitu laa haula walaa quwata ila billah. Tidak ada kekuatan, kecuali kekuatan Allah. ini bukan untuk mencari kekuatan Allah, atau menggunakan kekuatan energi ilahiah atau lainnya, disini kita benar benar mengenolkan kebisaan kita, ke mampuan kita. Kalau penghilangan ke akuan sudah di tahap pertama tadi, sekarang adalah tahap kedua yaitu penghilangan kemampuan. Proses inipun sama dengan yang pertama yaitu proses yang tidak akan berhenti dan akan berlangsung sampai kita mati. Ketika kita berhenti maka rasa kemampuan itu akan muncul. seperti yang penghilangan ego di tahap pertama ketika kita berhenti maka ego itu akan nongol. catatan bahwa muncul keakuan dan kebisaan itu sangatlah halus. Dia bisa menjelma menjadi sesuatu yang kita anggap “benar”, maka harus hati hati dan harus terus menerus untuk selalu menghilangkannya.

jika sudah faham tentang hal diatas silahkan berlanjut ke alinea berikut ini

sehingga ada dua langkah yaitu peniadaan yang ada termasuk ego, dan yang kedua adalah peniadaan kemampuan. dua langkah ini dapat kita latih melalui metode dzikir nafas. yaitu nafas masuk dan nafas keluar, dzikir Huu dan Allah. Dzikir Huu dengan nafas masuk, kita sertai dengan peniadaan semua yang ada ini. menafikan semua yang ada ini. Kalau tadi kita lihat debu maka kita tiadakan debunya, kalau kita nampak angin, kita tiadakan anginya, dan seterusnya. jika ini kita lakukan terus menerus maka kita akan loncat ke alam kesadaran yang lebih dalam. kemudian tahap kedua setelah bisa meniadakan maka kita hilangkan kekuatan kita dan kita serahkan kepada Allah. kita bisa ini dan itu, kita hilangkan sampai merasa tidak bisa apa apa, dan ini terus menerus dilakukan setiap nafas keluar. Perpaduan nafas masuk dan keluar dengan peniadaan yang nampak, dan menisbatkan Allah maka lama lama kita akan semakin dalam dan semakin faham.

baik sebatas ini silahkan untuk di pelajari dan tentunya di amalkan, karena kefahaman akan lahir dari pengamalan.

2 Replies to “menjadikan bahasa langit menjadi bahasa bumi”

Leave a Reply to roni sisno Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.