RINDU DI SINGGASANA TUHAN (2)

Tuhan Menyusun Inti Tanah

Butir-butir sulalah berupa zat inti bumi mulai bergerak menyusun karbonium, oksigenium, hidrogenium, natrium, dengan diselimuti kekuatan “KUN”, membentuk menjadi nuthfah, kemudian ‘alaqah, kemudian menjadi mudghah, kemudian ‘idhaman yang dibungkus daging sehingga menjadi makhluk baru dengan wajah rupawan bernama “manusia”. Dengan penuh perhatian dan kasih sayang yang tinggi, tampak wajah Tuhan seolah lebih serius perhatiannya terhadap makhluk yang baru diciptakan ini. Para malaikat masih dalam syak wasangka atas ciptaan yang sekedar berupa tanah. Apa gerangan yang membuat Tuhan lebih serius dan bangga. Bukankah ia lebih rendah dari dirinya yang tercipta dari cahaya? Pikirannya selalu menggayuti imannya yang sudah mantap. Ah … tapi ia berusaha menepisnya, untuk tetap percaya atas af’al Tuhan. Pandangannya menatap ke wujud tanah yang lemah yang sudah berbentuk, lalu ia melihat sebuah kilatan cahaya menyusup dengan cepat kedalam tubuh manusia ini. Sebuah cahaya yang tidak pernah ia saksikan sebelumnya. Sebuah cahaya yang tidak bisa digambarkan oleh sesuatu. Cahaya diatas cahaya, melampaui cahaya yang membentuk dirinya. Hampir menyamai cahaya Tuhan yang pernah ia saksikan setiap saat. Hampir saja ia menyembahnya karena kemiripannya dengan Tuhan. TIDAK … ia bukan Tuhan! Malaikat menyangsikan pikirannya sendiri. “Lalu cahaya apa ?”, pikirnya.

Tuhan mengetahui gerak pikiran malaikat yang terpana menatap kilatan cahaya. Lalu Ia berkata: “Itulah Roh yang Ku tiupkan yang hampir mirip dengan-Ku, tetapi Ia bukan Aku. Ia hanyalah pantulan Cahaya-Ku, yang karenanya Ia mempunyai sifat seperti Aku. Tetapi ia bukan sama dengan Aku. Karena Cahaya-Ku-lah, Ia mempunyai kehendak bebas seperti Aku, Ia menjadi penguasan seperti Aku. Ia bisa marah dan mempunyai kasih sayang seperti Aku, Ia mempunyai sifat-sifat seperti dalam Asma-Ku. Sehingga ia ku beri gelar RUH-KU. Karena ia Kuberi kemampuan menjadi wakil-Ku,menjadi utusan-Ku, menjadi wali-Ku dan menjadi Duta Istimewa atas nama-KU. Ia Kuberi kebebasan berkuasa di muka bumi, sebagian Kerajaan-Ku yang sangat luas. Untuk itu, hormatlah kalian dengan bersujud di kakinya”.

Maka seluruh malaikat bersujud tanpa menghiraukan pikirannya yang masih belum memahami hakikatnya. “Inilah sebagian Rahasia-Ku yang tidak bisa kusampaikan kepadamu. Inilah urusan pribadiku yang paling rahasia. Engkau tak akan mampu memasuki wilayah dimensi Ruh bagian dari rahasia-Ku. Beradalah dalam dimensimu yang telah ku tetapkan untuk patuh seperti alam ciptaan-Ku yang lain. Engkau tidak akan mampu menerima amanat dimensi ruh-Tiupan-Ku sehingga engkau akan menjadi penentang-Ku yang paling utama”.

Diantara mereka masih ada yang berdiri tegak tanpa memperdulikan perintah Tuhan untuk bersujud. Ia adalah iblis, makhluk yang paling cerdas dan pandai, serta paling setia kepada Tuhan. Akan tetapi, untuk urusan bersujud kepada makhluk yang terbuat dari tanah, menurutnya Tuhan pasti melakukan suatu kekeliruan. Ditunjukkan ketidak setujuannya dengan tetap berdiri. Harapannya agar Tuhan menegurnya dan ia akan memprotes atas perlakuan ini.

Wajah Tuhan menampakkan kemarahannya kepada iblis, lalu menegurnya dengan lantang : “Hai Iblis ! Mengapa engkau berani menantang perintah-Ku”. Iblis tertunduk dalam dan sorot matanya terfokus pada ujung kakinya menandakan kekecewaan yang dalam, dan iblis menjawab : “Wahai Tuhanku, selama ini kami selalu menuruti perintah-Mu. Bukan kami hendak menentang-Mu sebagai Penguasa langit dan Bumi. Akan tetapi tidak sepantasnya Engkau memerintahkan kami bersujud kepada manusia yang terbuat dari tanah, sedangkan kami Engkau ciptakan dari Api”.

Sang Penguasa Jagat Raya tetap dalam pendirian-Nya. Alasan iblis tidak bisa diterima untuk tidak mengikuti perintah-nya. Tuhan mengetahui apa yang terbaik bagi diri-Nya. Tidak ada kesalahan bagi sang Penguasa atas rencana-Nya. Iblis terlanjur mengambil sikap dan menuruti kehendak hatinya yang membara sehingga Tuhan demi kekuasaan-Nya mengutuk sikap iblis tanpa ampunan. Sebab iblis tetap merasa tidak bersalah. Dan Iblis semakin sakit hatinya, karena Tuhan tidak menghiraukan alasannya.

Sebagai Hakim Yang Maha Agung, keputusan Tuhan telah ditetapkan. Iblis diberi kesempatan untuk mengungkapkan keinginannya yang terakhir dihadapan Hakim Yang Maha Agung. Ternyata iblis tetap dalam pendiriannya untuk tidak memohon ampun. Akan tetapi justru memohon dipanjangkan usianya sampai hari dibangkitkan. Dan dibebaskan melakukan apa saja untuk mampu menggoda seluruh manusia, kecuali mereka yang berlindung kepada Tuhan. Dan Tuhan mengabulkan permintaan Iblis.

Abu Sangkan
nantikan lanjutannya …

CategoriesUncategorized

One Reply to “RINDU DI SINGGASANA TUHAN (2)”

  1. Assalamu’alaikum pak setiyo!! Sedikit mencurahkan uneg2 yg mengganjal dihati sebelumnya saya minta maaf terlebih dahulu bilamana nanti perkataan saya byk menyinggung perasaan bpk!! Saya tiap hari hadir dan membaca tulisan2 bpk dan milis2 agamis yg lain tetapi kenapa semua memposisikan seolah2 Allah adalah “sesuatu” yg berada disuatu tempat dan dilengkapi dgn “atribut” keMAHAannya serta minta dipuji, disembah serta bisa murka bukankah kalo begitu Allah Tuhan kita tak lbh dr sekedar sesuatu yg minta diagung2kan bukan atas kesadaran kita sendiri dlm mengapresiasikan RASA sbg wujud retasan Tuhan / Allah spt yg pak setiyo tulis diatas??? Tuhan / Allah bersifat Tan biso kinoyo ngopo, meliputi semua yg ada mengapa kita masih bisa menggambarkan bhw Tuhan itu bisa ini, bisa itu serta berada disuatu tempat dan sptnya kalo saya rasakan dlm tulisan2 / artikel2 keagamaan Tuhan kesannya kok mengatur, mengancam dan jg bisa memberikan hadiah berupa surga dan neraka bukankah hal itu melupakan hak adi kodrati Tuhan yg serba MAHA??? Mohon dijelaskan permasalahan diatas!!
    Matur nuwun sakderengipun..
    Dari sibodoh yg minim ilmu

Leave a Reply to Gus Pur Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.