spiritual yang salah kaprah sebuah artikel singkat

salah tapi kaprah…salah yang dilumrahkan mungkin karena ketidak tahuan, atau karena tidak mau belajar lebih dalam lagi. spiritual yang dimaklumi tidak hanya oleh kalangan umum mereka yang pandai pun ikut ikutan mengkaprahkan spiritual.
lebih kaprah lagi dengan embel embel quotient wah spiritual kok diukur.. jelas tidak terukur. dimensi nya terlalu dalam untuk bisa diukur dengan alat alat yang ada… jadi jelas tidak bisa spiritual kok quotient. tambah lagi dengan emosional … kenapa tidak intelectual emotioanal spiritual quotient sekalian jadinya IESQ wah kan tambah rame….
mari sekarang kita membuka diri apa yang dinamakan god spot itu hanya sebagian kecil saja dari reaksi reaksi psikologis dan aktifnya god spot di lobus temporalis akan sama dengan orang yang terserang epilepsi yang god spot nya juga aktif…. so ,.. apa kah sama antara epilepsi dengan spiritual jelas ini berbeda sangat berbeda.
pasti anda gatelen juga kan membaca tulisan saya , jika ya silahkan anda tulis komentar anda di kolom komen biar tambah rame gitu lho….

33 Replies to “spiritual yang salah kaprah sebuah artikel singkat”

  1. tidak ada yang tidak mungkin untuk diukur, selama ada pengakuan secara universal dengan wilayah generalisasi yang jelas, baik scr kuantitatif maupun kualitatif kecerdasan spiritual bukan hal yang sulit untuk diukur. yang kita cari tentang SQ bukanlah hal yang SALAH KAPRAH, atau karena KETIDAKTAHUAN (kebodohan) tapi yang kita cari dari SQ adalah KEBENARAN, bukan untuk mencari KESALAHAN!!!

  2. ya … Ibu NN mungkin termasuk yang tidak tahan untuk mengomentari.. ya,…he he bercanda lho Bu, eh Ibu apa Bapak ya ?..
    sebelumnya maaf… Ibu NN agamanya apa ya?? sebab spiritual yang saya maksud adalah islam bukan yang lain , termasuk bukan spiritual yang diteliti ian marshal, danah zohar ataupun michael pasenger ….
    kita lain Bu….

  3. Dalam negeri yang heterogen seperti Indonesia ini perlu kearifan untuk menghargai orang lain dan tidak menyalahkan orang lain, seperti diuangkapkan qur’an sendiri :

    Lakum dinukum waliyadin dan bukankah la ikroha fiddin

  4. Semua jalan yang ditempuh oleh sahabat-sahabat saya dari jalan tradisional seperti para para salik maupun jalan mutakhir seperti ESQ Kang Ari dan Quantum Iklash Mas Nunu sebenarnya sama dengan Kang Mas Pur juga….semua pejalan dijalannya masing-masing dan dengan harapan sampai pada state yang para spiritualis ingin sampai……….kalau diteruskan ke dalam insya ALLAH sampai juga pada keadaan Universalitas……Semoga semua bisa disampaikan kepadaNYA……

  5. Seorang Sahabat saya bertanya……Setelah berspiritual kita ngapain ? Setelah BerKetuhanan YME kita ngapain……?

    Sahabat saya berwasiat pada saya……..Jangan lama-lama nongkrong dilangit…..turunlah ke bumi……ke Indonesia…….ke tanah jawa…..

    Selanjutnya sahabat saya juga berpesan….
    Tidak ada lagi pembicaraan tentang spiritual……tetapi bersikap spiritual……..

  6. Alhamdulillah saya senang sekali di Indonesia sudah bermunculan spiritualis-spiritualis muda….seperti Ustd.Abu Sangkan, Mas Erbe Sentanu, Kang Ary Ginanjar dan yang lainnya….
    Alhamdulillah………..harapan kita seperti yang diungkapkan dalam lirik lagu Indonesia raya :

    Bangunlah Jiwanya……..Bangunlah Badannya Insya Allah akan segera terwujud

    Alhamdulillah

  7. jalan spiritualitas tidak bisa ditawar tawar, dan untungnya itu semua bisa dicapai oleh semua. orang mengatakan dalam perjalanan …. apakah benar dalam perjalanan… sedangkan jalan Tuhan tidak ada jalan. ketika ada jalan berarti sudah menggunakan persepsi… selama persepsi masih digunakan maka jalan itu pun perlu di revisi, bukannya salah… tapi perlu adanya perbaikan .. toh Tuhan yang dipandang adalah niatnya… niat inilah nantinya akan membukan cakrawala dalam berpikir. spiritualitas berhadapan dengan banyak jalan.. sedang spiritual itas yang asli malah tidak ada jalan, karena bagaimana ada jalan sedangkan kita tidak membutuhkannya lagi .. kita tidak lagi membutuhkan jalan karena memang tidak berjalan. seorang yang salik … berarti membutuhkan jalan (maaf bukan merendahkan) apa iya mengenal Tuhan harus dengan jalan , apakah disini dan saat ini kita tidak bisa berjumpa, bermuwajahah. persepsi dalam berketuhanan harus kita hilangkan .. jangan terlalu bangga dengan jalan … sering orang beranggapan semakin jalanke Tuhan jauh dan Berat semakin dekatlah kita dengan tuhan. anggapan bahwa Tuhan harus di kita dekati dengan penderitaan harus kita hilangkan, paradigma itu bagi saya menyesatkan. Tuhan menghendaki kemudahan pada umatnya terlebih untuk umatnya yang ingin mengenal Dirinya.
    inilah yang saya maksud siritualitas yang salah kaprah artinya spiritualitas yang bukan spiritual (ini versi Islam jangan di generalisasikan), spiritualitas yang masih berjalan berarti belum spiritualitas… ini akan bahaya bisa jadi kita syirik karena menganggap jalan spiritualitas sebagai tuhan sendiri. jalan bukanlah tuhan dan tuhan bukanlah jalan.

  8. Setuju sekali Mas, Pokoknya harus dinikmati…….tidak perlu repot-repot….Matur nuwun…….spiritual itu mudah, lembut, rileks dan membahagiakan…….
    Luas tidak terkotakkan………tidak disana-tidak disini….tidak pula sekarang, nanti,…..tidak diluar dan tidak didalam…..bahkan tanpa perantara apapun………Menikmati

    Matur nuwun wejangannya Mas saya tunggu pencerahan berikutnya

  9. Saya senang karena ternyata berspiritual ria tidak analog dengan asketisme apalagi penderitaan……happy gitu lho…..apalagi tidak perlu berjalan-jalan……..Ketemu Tuhan tidak perlu nanti setelah mati atau diakherat…..sekarangpun kita dapat ketemu Tuhan……betul gak Mas ? Easy aja lagi…..setuju banget

    Matur nuwun

  10. Den Mas Pur…boleh gak saya berguru ilmu psikologinya…..saya lagi tertarik nich….terutama hubungan Transpersonal dengan Character building……

  11. Udah bisa mulai meguru kan………kalau udah dapat signal saya bisa mulai berguru kan ke panjenengan…..matur sembah nuwun sakderenigipun

  12. kesambungan itulah yang mereka banyak orang cari, sambung sama yang Maha Berkehendak…… dan itulah yang menjadi pertanyaan panjang hidup saya, ibadah dan amal salih saya lakukan tapi hampa akan rasa hampa akan makna karena ndak menimbulkan NGEH…… dalam hati, dan tak meluncur dalam keleluasaan. alhamdulillah 9 mei 2007 anugrah yg tak terdefinisikan itu mengalir tanpa kata dan suara, CLING…. laa shoutn wa laa harfun………….LUAR BIASA.

  13. Senang sekali bisa sharing dengan Bp Bhretandes… mengenai psikologi..spiritual….transpersonal..

    Bapak..Abu Abeela… tinggal di asah terus pak.. sehingga makin cling dan makin cling…kimpling….

  14. Bagi saya yang paling tahu tentang kebenaran sejati hanya Allah dan kita hanya berusaha untuk mencapainya semampu kita. Tentu persepi kita, latar belakang ilmu dan pengetahuan kita juga ikut memberikan peran sejauh mana kebenaran sejati itu bisa kita raih.
    Kalau menurut salah satu ahli makrifat, orang yang benar-benar sudah makrifat sudah menemukan kebenaran sejati akan cenderung tidak memperdebatkan perbedaan pandangan sesama manusia…karena memang masing-masing kita berusaha.
    Menurut buku Al Hikam, seorang pendaki spiritual sejati pada tingkatan tertinggi justru aka merasa dia tidak mencapai apa-apa, semua semata-mata karena karuina Allah.
    Saya lebih setuju kalau cara Bapak berdakwah dengan cara persuasif saja, berikanlah kebebasan kepada umat untuk memilih…toh nanti yang paling benar juga akan terbukti, kalau memang menurut Bapak cara Bapak berspiritual perlu mendapatkan pengakuan kebenaran dari masyarakat. Dan kalau Bapak masih memerlukan peng”aku”an bahwa bapak lebih benar, mungkin Bapak perlu bertanya kepada Ustadz Abu Sangkan, sampai di mana kira-kira tingkat spiritual Bapak???

  15. yah… dalam rangka untuk tidak mendapatkan apa apa dalam berspiritual….yang salah kaprah itulah yang masih mendapatkan apa apa (persepsi)… so…kita sepakat kan pak sigit… alias sepaham.

  16. Kang Mas Pur, mau tanya……boleh kan meguru , ini soal psikologi transpersonal
    a. dimana letak titik temu jiwa dan badan ?
    b. dimana letak titik temu jiwa dan Tuhan ?
    c. dimana letak titik temu badan dan Tuhan ?
    d. Apa yang dimaksud persepsi ? dan apa hubungannya dengan consiousness ?

  17. banyak jalan menuju roma………. he…he……
    barangsiapa yang bersungguh-sungguh (dalam koridor di jalan Alloh) maka pasti Alloh akan menunjukkan sesuai dengan yang diinginkannya…

    semua masih tergantung pada kacamata pemahaman mana, karena tiap manusia pasti memiliki fitrah utk bisa menangkap (katae berupa ilham, intuisi ya)…sehingga menuju apa yang disebut dengan tujuan yang satu….(silahkan persepsikan dg kacamata masing2…..he…he) numpang comment nggih
    spiritualitas lebih mengutamakan wilayah rasa (hati) selama sedikit ada upaya dari sang pikiran (otak) wah …… ini yang bikin mulai agak seru…..pasti mulai berusaha tunjukin kebenaran dari jalan yang diyakini bisa menuju Roma..

  18. banyak jalan menuju roma jika yang berjalan banyak mas sehingga masing masing mengajui jalannya yang paling benar, jika satu orang juga mangakui jalan yang lain juga benar maka repot juga mau pilih yang mana???. setiap individu harus yakin dengan jalannya mana jalan yang paling benar itu yang dipakai. jangan seperti orang yang kebingungan mau beli baju ke toko, semua baju dianggapnya baik semua.. dan akhirnya pulang nggak pake baju.. eh nggak jadi beli baju…karena jelas tidak mungkin mau beli baju semua (yang dianggapnya baik tadi).
    ini masalah nilai mas, maka seseorang tidak bisa menganggap semua adalah baik. saya sebagai muslim menganggap cara rasulullah yang paling benar… dan jika ada orang kristen maka ajaran Yesus lah yang paling benar… jadi masing masing harus membawa keyakinan nnya sendiri sendiri dan tidak bisa membawa atau mengakui bahwa Yesus benar, Nabi Muhammad benar…??? karena ajarannya berbeda tidak mungkin dua duanya benar, pasti salah satu benar.. nah salah satu inilah yang kita pake secara individu, tidak perlu diperdebatkan tidak perlu saling mencomooh semua benar menurut persepsi nya masing masing. sebagai bukti mana yang paling benar nanti kalau sesudah kiamat akan terbukti mana yang masuk neraka dan mana yang masuk surga. mana yang tersesat dan mana yang bisa pulang dengan sempurna keharibaan ilahi.

  19. saya jawab sekenanya ya mas .. Bretandes…
    a. dimana letak titik temu jiwa dan badan ?
    TITIK TEMUNYA ADA DI HIDUP DI DUNIA
    b. dimana letak titik temu jiwa dan Tuhan ?
    KETIADAAN JIWA
    c. dimana letak titik temu badan dan Tuhan ?
    KETIADAAN BADAN
    d. Apa yang dimaksud persepsi ?
    ANGGAPAN YANG SUDAH DI OLAH OLEH PANCA INDERA, PIKIRAN BAIK SADAR MAUPUN TIDAK SADAR YANG BERASAL DARI PENGALAMAN. PERSEPSI DALAM ISTILAH NLP SERING DISEBUT JUGA DENGAN REALITAS INTERNAL KARENA MERUPAKAN REALITAS YANG SANGAT INDIVIDUAL ATAU SUBJEKATIF
    dan apa hubungannya dengan consiousness ?
    PERSEPSI YANG TERAKUMULASI AKAN MEMBENTUK MODEL KESADARAN TERSENDIRI. SEPERTI KETIKA SAYA NAIK PESAWAT. KETIKA DI PESAWAT SAYA MERASA BAHWA PESAWAT INI DIAM.. TAPI SETELAH CO PILOT MEMBERITAHU TENTANG KECEPATAN PESAWAT INI 850 KM PER JAM MAKA, INFO INI SAYA PERSEPSI DAN AKHIRNYA SAYA SADAR BAHWA PESAWAT INI TIDAK DIAM NAMUN BERGERAK SANGAT CEPAT SEKALI.
    DEMIKIAN PULA DENGAN PERSEPSI KITA TENTANG DIRI, ALAM SEMESTA, DAN TUHAN MAKA KITA NANTINYA AKAN SADAR AKAN HAKIKAT DIRI DAN TUHAN, MAN AROFA NAFASAHU FAQOD AROFA RABBAHU.. BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA MAKA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA. BARANG SIAPA YANG SADAR (CONSCIOSNESS) AKAN DIRI SEJATINYA MAKA DIA AKAN MENGENAL TUHANNYA.
    KITA SADAR BAHWA KITA BUKAN FISIK. KITA SADAR BAHWA KITA BUKAN JIWA.. KITA SADAR BAHWA KITA RUH… SIAPAKAH RUH.. DISINILAH KITA AKAN MENGENAL ALLAH .. MAKRIFAT.. INILAH KESADARAN TERTINGGI YANG HARUS DICAPAI OLEH SETIAP MUSLIM MELALUI SHOLAT.. HAJI .. DAN IIBADAH LAINNYA.

  20. Mas Pur yang dirahmati Allah S.W.T. semua mahluk diciptakan oleh Tuhan yang satu, artinya pada dasarnya sumbernya satu, menurut saya ketika ada perbedaan itu adalah karena kedangkalan berfikir mahluk dalam mencerna suatu hal.
    Selama perbuatan mahluk yg bernama manusia itu tdk salah dalam sudut akidah, maka sepatutnya kita lihat dari sudut pandang positif, hilafiah pasti selalu ada karena untuk menuju suatu tempat akan ada banyak jalan yd dapat ditempuh, begitu jg ketika kita hendak menuju Allah S.W.T. Jangan sampai karena berbeda jalan lantas jd pertikaian dan permusuhan.
    Pada dasarnya semua kita akan mempertanggungjawabkan semua yang kita perbuat, jd marilah kita keluarkan saja hal2 yg baik2 saja dalam hidup kita (tidak menyudutkan dan menjelekan yg lain selama masih dalam akidah yg benar) , karena hidup hanya sekali. Dan mari kita wujudkan bangsa Indonesia yang mayoritas Islam ini tdk hanya religius tp jg mengaplikasikan nilai2 religiusnya, kelak bangsa ini akan lebih maju dr bangsa lain karena nilai2 Islam yan paling baik dan bersumber dari Tuhan yang satu. Amin…..
    Mohon Maap Lahir Bathin…

  21. seneng juga denger comment dari mas bhrethandes tentang ini, saya buka blognya gak ada pembahasan tentang topik ini…..eh ternyata ada di sini….

  22. wah, yang pada koment di artikel ini sudah di tataran ‘grand master’ semua, ibaratnya saya seperti pong pong bolong, saya harus banyak belajar lagi, nuwun

  23. kok ulasannya seakan istilah jalan jadi salah begini sih…??
    Quran aja masih pake istilah jalan(thoriqoh) lho pak..

  24. memang saat ini,disini,kita bisa berjumpa Allah,
    namun waktu yang anda butuhkan sekian lama untuk belajar spiritual menjadi sebuah perJALANan di JALAN itu sendiri…nah!
    “wa ilaa Rabbika Muntahaa”
    semoga kita semua menjadi lebih bijak…

Leave a Reply to NN Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.