Dan jika mereka beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik, sekiranya mereka tahu

Beriman dan Bertakwa adalah dua buah kata yang sering bersandingan. Dan dua kata ini pasti di dahului dengan beriman setelah itu bertakwa. Beriman mengandung maksud bahwa kita harus sadar Allah. INIlah ajaran islam yang tinggi selalu menekankan pada kesadaran (mindfulness). Kesadaran akan Allah ini merupakan basic atau dasar dalam beragama, dari kesadaran ini maka akan muncul suatu perbuatan yang mengikuti kesadaran tersebut yaitu bertakwa. Secara teknis ketakwaan adalah menjalankan amanah Allah. Jadi beriman dan bertakwa adalah sadar Allah kemudian menjalankan amanah Allah.

Beriman kepada Allah dapat kita gembleng atau latih melalui dzikir nafas dan patrap. Dua metode ini sudah lama digunakan para wali wali bahkan secara implisit diajarkan Rasulullah. Misalnya kalimat hadis tentang jangan kau sia sia kan nafasmu itu artinya bahwa kita harus menggunakan setiap nafas kita untuk berdzikir itu artinya kita harus selalu berdzikir kepada Allah, kemudian ajaran dzikir nafas ini juga turun temurun dari para wali dan orang sholeh. Karena caranya yang praktis dan cepat maka ajaran dzikir nafas dapat bertahan hingga sekarang. Kemudian patrap, patrap misalnya digunakan oleh kanjeng sunan Gunung Djati ketika mengajarkan tentaranya untuk berperang, jadi patrap sebagai landasan untuk berperang melawan belanda pada waktu itu. Penggemblengan keimanan melalui dzikir nafas terbukti efektif.

Sedangkan ketakwaan adalah menjalankan amanah Allah SWT. Ketakawaan ini sangat luas meliputi seluruh aspek kehidupan kita. Dari mulai ibadah sampai kehidupan berkeluarga, bermasyarakat dan bekerja. Ketakwaan tidak hanya masalah ibadah sembahyang saja atau sedekah atau sebatas ritual di mushalla masjid tapi takwa termasuk dalam profesional dalam bekerja, tanggungjawab dalam bekerja, kreatif dalam bekerja, dan dapat dipercaya oleh orang lain. Karena pada wilayah takwa ini adalah wilayah perbuatan dimana kita harus take action melalukan sesuatu berdasarkan amanah yang kita emban. Perlu diingat bahwa dasar dari bertakwa adalah keimanan, jadi menjalankan amanah Allah harus berdasarkan sadar Allah. Menjalankan amanah berdasar sadar Allah akan menuntun kita kepada tindakan tindakan yang benar, tidak asal melakukan. Misalnya bayar hutang dulu atau pergi umrah? kalau kita lihat dari sisi nafsu pasti umrah dulu tapi kalau kita sadar Allah kemudian mendasarkan pada amanah maka hutang lebih d dahulukan dari pada umrah. Meski kita sudah sadar Allah maka kewaspadaan kita harus tetap kuat pada menjalankan amanah Allah.

Output dari keimanan dan ketakwaan ini adalah penghargaan yang besar dari Allah SWT. Penghargaan dari Allah yang besar ini dapat berupa keberuntungan hidup, kebahagiaan hidup, pahala surga dan sebagainya. Bahkan derajat atau maqom seorang hamba ditentukan oleh seberapa takwa dia, artinya seberapa banyak dia menjalankan amanah dari Allah, seberapa tanggungjawab dia menjalankan amanah Allah. Jadi maqom itu bukan ditentukan oleh gelar atau ilmu tapi lebih ditentukan oleh seberapa banyak ia menjalankan amanah dari Allah SWT. Semakin tinggi amanah yang ia emban maka semakin tinggi derajat di sisi Allah. Jadi dalam hal ini yang kita kejar adalah seberapa banyak kita telah berbuat dalam amanah ini. Mencuci piring nampak sederhana namun jika ini di dasarkan amanah maka ini menjadi hal yang sangat besar disisi Allah SWT.

Masing masing kita memiliki start yang sama, Allah memberikan start yang sama untuk mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allah SWT. Ternyata bahwa kedudukan yang tinggi itu tidak berdasarkan keturunan, tidak berdasarkan ilmu, tidak berdasarkan jabatan , tidak berdasarkan ustad atau bukan, kyai atau bukan, ulama atau bukan, tapi berdasarkan seberapa banyak kita menjalankan amanah Allah, seberapa manfaat hidup kita untuk diri kita dan orang lain, terutama untuk keluarga dan sahabat terdekat, seberapa bermanfaat kita di tempat kerja kita seberapa manfaat hidup kita di masyarakat.

terinspirasi oleh Al Baqoroh 103