Apakah dekat dengan Allah menjamin kebahagiaan dunia akhirat ?

Apakah dekat Allah itu akan menjamin hidup kita lebih bahagia? menurut saya , ternyata tidak. Pernyataan saya ini mungkin mengagetkan anda, karena mungkin anggapan anda bahwa dekat dengan Allah pasti akan bahagia dan tentram. kalau saya tidak, karena dekat dengan Allah hanya awal saja, dan kita harus melakukan banyak hal agar Allah menentramkan hati kita. Yang paling dekat setelah kita dekat dengan Allah adalah menerima perbuatan Allah terhadap diri kita. Menerima perbuatan terhadap diri kita ini ya termasuk nasib kita, keadaan kita, keadaan yang kita hadapi saat ini, bahkan Allah berbuat terhadap pikiran dan perasaan kita. Jika kita dapat menerima perbuatan Allah saat ini maka awal kebahagiaan mulai kita rasakan. Minimal dengan menerima perbuatan Allah ini adalah tekanan hidup, stress akan dihilangkan Allah. Tapi jika kita dekat dengan Allah tapi tidak menerima perbuatan Allah maka kita akan selalu dibuat Allah untuk bisa menerima, ibarat paku yang masih belum rata dengan kayu maka kita akan dipukul terus menerus oleh Allah. Dan hal ini terjadi pada hampir semua jamaah dzikir nafas , setelah belajar dzikir nafas tapi belum menerima perbuatan Allah maka akan dipukul Allah agar kita mau menerima perbuatan Allah.

Menerima ini baru pertengahan perjalanan, selanjutnya adalah kita menjalankan perintah Allah yaitu melalu amanah amanah yang kita emban. Jika kita tidak bergerak untuk menjalankan amanah maka kehidupan kita akan kesusahan, kesulitan, keterbasan bahkan akan kekurangan. meski sudah menerima dengan segalah kesulitan. Kita tidak ingin tentunya  hidup penuh dengan kekurangan dan kesulitan. kita ingin Allah berikan rejeki dari arah yang tidak di sangka sangka. Maka untuk selanjutnya adalah kita harus menjalankan amanah dengan sungguh sungguh dengan konsep melayani. ya.. melayani objek amanah, misalnya kita pedagang maka kita melayani pembeli, kalau kita guru maka kita melayani murid, kalau kita dokter maka kita melayani orang yang sakit , kalau kita suami kita melayani istri, kalau kita orang tua kita melayani anak dan seterusnya dan seterusnya. Konsep melayani terhadap objek amanah ini akan membuat kita bahagia. tidak hanya bahagia di dunia tapi juga bahagia di akhirat .

Ada kebahagiaan ketika menjalankan amanah

ciri orang yang masuk surganya Allah adalah adanya rasa bahagia ketika menjalankan amanah amanah Allah. Misalnya ketika mendidik anak meski anaknya gini dan begitu, orang tua tetap ridho kepada anak dan dari situ orang tua timbul bahagia… nah ini orang tua yang sudah tercium bau surganya. Ketika sakit menjalankan amanah untuk berobat, meski sakit dan ada seberkas kebahagiaan dalam menjalankan amanah untukberobat. Ketika amanah pekerjaan menumpuk, misalnya ibu ibu yang pekerjaan rumahnya segunung, walaupun capek tetap ada persaaan bahagia bahagia.  orang orang yang menjalankan amanah , sama Allah diberikan rasa bahagia yang sulit diungkapkan.

dibalik itu ada kebahagiaan

kita seringkali menginginkan bahagia itu di depan, yang nyata, yang nampak dan langsung, tapi kita justru malah sering tertipu dengan tawaran tawaran kebahagiaan. Sekarang kita balik, bahwa bahagia itu ada disebalik amanah yang harus, wajib, kita lakukan secara keras, secara kuat dengan intensitas dan kualitas yang tinggi.  Bahagia itu tidak di depan tapi dia ada di belakang apa yang sedang kita jalankan. Bahagia itu akan datang jika kita ada pada jalur amanah, kadang bahagia karena tetap di jalur amanah ini lebih membahagiakan dibanding kan dengan kebahagiaan dari hasil kita menjalankan amanah.  paham maksud saya ? baik,  jadi kita lakukan amanah itu maka bahagia ketika menjalankan itu lebih membahagiakan ketika kita mendapatkan hasil dari amanah tersebut.

Prinsip setan dalam menggoda manusia adalah memamerkan kabahagiaan di depan yang pada akhirnya akan menyengsarakan. Kita lihat tempat tempat hiburan tempat wisata menawarkan sebuah kesenangan di depan. Padahal kalau kita mau menggunakan waktu, uang dan tenaga kita akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih untuk jalan amanah pasti akan lebih membuat bahagia. Misalnya uang untuk melancong ke tempat wisata kita gunakan untuk membelikan minuman kepada anak anak TPA agar rajin belajar ngaji…. karena anak anak jarang mendapatkan makanan dan minuman di tempat mengaji mereka… pasti kebahgiaan anak anak itu akan dapat membuat kita lebih bahagia. Atau waktu dan uang serta tenaga kita gunakan untuk menyelesaikan amanah amanah pekerjaan yaitu dengan memberikan nilai lebih kepada para pelanggan , dengan memberikan bonus kepada para pelanggan dengan niat memang ingin memberikan bukan promo atau lainnya. Pasti kebahagiaan para pelanggan akan kita dapatkan nilai lebih.

Jadi kebahagiaan yang lebih, itu bukan di depan tapi di belakang, disebalik amanah yang kita jalankan. prinsip ini sekali lagi juga membuat kita lebih fokus dengan amanah dan tidak mudah tertipu oleh kesenangan sesaat yang kadang menimbulkan kesengsaraan berlipat, dan kerugiaan yang banyak. kasus kasus investasi banyak terjadi itu karena orang hanya melihat kesenangan yang ditawarkan tidak melihat amanah apa yang bisa dilakukan.