Bergantung hanya kepada Allah

Kalimat hanya , di judul di atas bikin adem panas.Adem karena ada bergantung yaitu Allah, panas, karena Allah tidak mau di duakan. Misalnya anda mau buat pondok pesantren atau anda yang sudah punya pondok pesantren, mengharapkan bantuan luar negeri, apa turki, apa saudi apa kuwait… ini namanya sudah menduakan, yaitu menduakan Allah dengan yang lain. Jalan tauhid yang menduakan ini tentunya akan menurun ke para santri, meski pelajarannya tauhid tapi dalam perilakunya menduakan Allah karena pondok pesantrennya saja sudah mengharap bantuan yang bukan Allah apalagi santrinya.

Hijrah dari tidak hanya bergantung kepada Allah ke hanya bergantung kepada Allah, bisa membuat goncangan goncangan kejiwaan , kalau kuat ya lanjut kalau nggak kuat ya balik ke selain Allah lagi.

Berdakwah apapun itu dakwahnya tidak boleh tergantung dengan donatur. Prinsipnya adalah ada dana ya digunakan untuk berdakwah kalau tidak ada ya sudah, bukan dengan mengada adakan. Kalau seorang pendakwah mengada ada kan dana kemudian mengumpulkan dana kemudian berdakwah itu namanya makelar alias broker. Dakwah bukanlah broker, tapi kalau kelasnya baru broker ya silahkan. Dakwah itu seperti beberapa kawan di DNSA menyisihkan sebagian penghasilannya untuk diberikan ke anak yatim, bukan mengajukan proposal mengajukan dana ke sana ke mari. Kawan kawan di DNSA yang lihat dia berdakwah dengan uangnya sendiri meski ada beberapa yang kemudian gabung itu bukan karena diminta tapi atas keinginan sendiri untuk bergabung dengan dakwah yang dilakukan kawan tersebut.

Bergantung hanya kepada Allah, akan meluruskan niat kita dalam berdakwah. Kadang kala ketika sudah punya kegiatan rutin fokus selanjutnya adalah bagaiaman kegiatan rutin itu bisa terus berjalan padahal uang menipis, kemudian pikirannya mengharap bantuan dari donatur…. nah seperti ini dai tersebut sudah tergelincir  menduakan Allah dalam hal rejeki. sekrang untuk apa berdakwah kalau hasil dari menduakan Allah.

mengajak kepada hal yang demikian tidak lah mudah dan ringan, sayapun merasakan hal yang berat karena seringkali secara tidak sadar dan tidak sengaja minta bantuan kawan kawan….. dan alhamdulllah pelajaran demi pelajaran yg Allah berikan kepada saya dalam hal sadar Allah ini mengingatkan saya untuk tetap lurus ke Allah dan jangan mengharapkan bantuan dari selain Allah, baik secara batiniah atau secara zahir.

 

 

Berdakwah itu Mengikuti Allah bukan mengikuti pikiran atau hati

Sudah beberapa kali saya menulis tentang hal ini, dan selalu mengingatkan saya sendiri. Pernah baca ayat quran yang intinya adalah “jangan mengikuti orang umum” dan ternyata memang benar karena orang umum itu hanya mengikuti trend, mengikuti apa apa yang sedang banyak terjadi. Padahal awalnya orang umum pun juga tidak begitu suka dengan hal itu. Berdakwah bukanlah mengikuti umumnya apa yang sedang terjadi di masyarakat luas.

logikanya begini, dunia ini selalu mengalami perubahan sekecil apapun perubahan itu tetap terus berubah dan berubah, kadang perubahan itu sangat cepat. Nah kita kalau berdakwah mengikuti Allah, maka Allah akan mempersiapkan apa apa yang akan terjadi. jadi Da’i yang demikian akan nampak aneh bagi orang umum, sebab dia memang sedang dipersiapkan Allah untuk menghadapi perubahan yang ada nanti. Dan setelah terjadi sebenarnya maka Da’i tersebut dipersiapkan untuk menghadapi perubahan yang akan terjadi kedepannya dan ini dianggap aneh lagi oleh orang umum.

Dibuat demikian oleh Allah, Da’i model begini harus benar benar lurus ke Allah dan pasrah total kalau tidak pasti tidak kuat, karena dia akan selalu di anggap orang yang aneh. Bahkan tidak hanya oleh orang lain oleh keluarganya sendiri saja dia akan dianggap orang yang tidak wajar. Tapi mereka akan memahami setelah beberap waktu berlalu dan keadaan sesuai dengan apa yang sebelumnya dikerjakan Da’i tersebut.

Dinamika Da’i yang demikian menjadi suatu konsekwensi karena mengikuti kehendak Allah secara total tidak mengikuti kehendak siapapun.

Tapi, Allah pun sangat sayang dengan Da’i yang demikian, Allah selalu menjadi pendampingnya dan akan memberikan pertolongan secara tak terduga dengan da’i ini dan ini akan semakin memperkuat dia untuk terus melanjutkan tugasnya sebagai da’i.

Saking sayangnya Allah kepada dia, maka Allah betul betul memprotek dia dari sikap sombong. bentuk proteksi ini cara Allah agak unik memang, Da’i tersebut tidak diijinkan untuk menduakan Allah dengan ilmu nya, menduakan Allah dengan jamaahnya, menduakan Allah dengan metode dan strategi dakwahnya, menduakan dengan hafalan hafalan hebat dalam dirinya. Maka seringkali dia dibuat agar orang tidak percaya, agar orang tidak mau mengikuti dia… Dan biasanya Da’i ini paham sekali dengan kehendak Allah, sehingga dia berusaha untuk menghindari hal hal yang dapat membuat Allah memperingatkan dirinya.

 

 

 

dilema seorang Dai: mengikuti Allah apa hawa nafsu

Dengan gelar dai seseorang akan terprogram bahwa dirinya harus berdakwah dan berdakwah, dirinya tidak sadar bahwa dakwah adalah perintah Allah dan suatu saat Allah akan menghentikan tugas dia menjadi Dai, dengan tujuan tujuan tertentu dari Allah bisa saja Allah akan mengangkat derajat dai tersebut … kita lihat saja misalnya imam al ghazali beliau berdakwah dan ada waktu tertentu beliau diperintahkan Allah untuk uzlah sekian tahun dan tidak berdakwah sama sekali. Ya itulah contoh bagaimana Allah memerintahkan hambanya untuk berhenti dakwah dan memerintahkannya untuk beruzlah mengasingkan diri.

Seorang dai yang tidak paham dengan perintah Allah ini dia akan memperturutkan hawa nafsunya untuk terus berdakwah, padahal jelas bahwa ada perintah untuk berhenti. Ini pun bagi orang yang tidak paham misalnya seperti seseorang yang membaca tulisan saya ini akan protest dan tidak setuju dengan apa yang saya tuliskan ini, bahwa “dakwah kan perintah Allah bagaimana…. ” yaitu terserah saja untuk tidak setuju. bagi saya, saya lebih percaya kepada Allah yang memerintahkan saya. Kalau kita mengikuti perintah Allah maka enak, karena nanti saatnya berdakwah lagi maka Allah akan memerintahkan .

seorang Dai yang tetap berdakwah meski dia mendapat perintah berhenti , berarti dai tersebut memperturutkan ego dan hawa nafsuya. (nah tulisan saya ini bisa membuat  bingung juga kan). Dai yang memperturutkan hawa nafsunya pasti dakwahnya akan berakibat buruk baik dirinya dan bisa jadi orang lain. Allah memerintahkan berhenti itu bukan berarti tidak ada makna atau tujuan. Allah memerintahkan berhenti itu memang ada tujuannya, tujuan yang lebih luas dan tujuan ini akan diketahui jika kita mengikuti perintah Allah. kalau belum mengikuti dan menjalankan maka kita tidak tahu.

Di dalam diamnya seorang Dai terkandung kekuatan dakwah yang lebih besar, karena energi dai meski dia berhenti berdakwah, energi ini akan mengalir memancar dan berdampak pada masyarakat secara luas, tapi masyarkat tidak tahu bahwa ternyata sumber energi perubahan itu Allah bangkitkan dari diri seorang dai yang berdiam yang patuh kepada Allah.

kadang Allah marah kepada dai yang tidak patuh kepada Allah, maka dipaksanya dai tersebut jatuh yang sebenarnya bukan kesalahan dia…. ada Dai jatuh karena fitnah keuangan, padahal ya bukan salah dia, ada dai yang jatuh karena menikah lagi… padahal ya menikah lagi karena keadaan tertentu di perbolehkan dalam islam. Ada dai yang jatuh karena dibuat sakit kepala sehingga tidak bisa bicara lebih dari 2 jam ….. ya masih banyak lagi… nah itu adalah pelajaran pelajaran bagi dai dai lainnya untuk mempelajari bagaimana berkomunikasi kepada Allah dan belajar ihlas mengikuti perintah Allah.

baik mari kita belajar untuk menjadi hamba yang benar, meski  dai tidak selamanya dai, meski kita seorang ayah tidak selamanya akan menjadi ayah atau orang tua, suatu saat kita akan berpulang kepada Allah dan semua gelar dan tugas akan kita tinggalkan. Kita harus sadar dan belajar untuk bagaimana kembali kepada Allah dengan lurus bagaimana kembali kepada Allah dengan benar. Sebab menjadi dai tidak menjamin khusnul khatimah menjadi orang tua yang baik tidak menjadi khusnul khatimah yang menjamin khusnul khatimah adalah kepasrahan kita untuk lurus dan kembali kepada Allah, semoga kita diberikan jalan untuk kembali khusnul khatimah amiin