Kesadaran itu lebih menentukan darpadai isi hati dan pikiran

sadar lebih menentukan hati dan pikiran

Allah mengerti apa apa yang ada di alam kesadaran kita, kesadaran ini lebih besar daripada apa yang ada dalam hati kita. Jika seseorang memiliki rasa benci maka Allah tahu kesadaran yang ada dalam diri orang tersebut (innallaha alimul bidzatish shudur). kesadaran ini berada di atasnya hati, jika hati benci maka disebabkan oleh kesadaran orang tersebut pada satu hal (wa maa tukhfii  shuduruhum akbaru). Kesadaran seseorang bisa kita ketahui dari tanda tanda yang Allah berikan melalui perilakunya (qod bayyanna lakumul ayaati inkuntum ta’qiluun) , untuk mengetahui arti tanda tanda yang Allah berikan diperlukan suatu usaha menyadari dan berpikir yang keduanya menimbulkan kemampuan akal (ta’qiluun). 

kemampuan akal yang merupakan gabungan dari menyadari dan berpikir sangatlah penting agar kita mampu mengenal orang lain sampai mendalam yaitu sampai pada sisi kesadarannya. Sehingga kita tidak tertipu oleh muslihat mereka terutama orang orang yang membenci kita. Jika kita sudah tahu bahwa seseorang itu membenci kita yang dapat kita lihat dari tanda tanda nya maka kita harus meng unfriend atau minimal tidak dijadikan sahabat atau teman akrab. salah satu tanda teman yang harus kita unfriend adalah jika kita mendapatkan kesenangan maka mereka benci, jika kita mendapatkan musibah maka mereka bersukacita (in tamsaskum hasanatun tasu’hum,  wain tushibkum sayyiataun yafrahuu bihaa). Menghadapi orang orang yang demikian ini maka kita harus selalu sabar (sadar dan menerima) serta bertakwa (wain tashbiruu watattaquu) hal ini untuk mencegah ketidak baik yang ditimbulkan dari sikap membenci mereka kepada kita (laa yaddlurukum kayduhum syaian).

yang dzikir jiwa bukan pikiran dan hati

kita harus tahu bedanya pikiran hati sebagai tubuh dan jiwa itu sendiri sebagai eksistensi diri.
yang dzikir ke Allah bukanlah pikiran dan hati.. tapi jiwa … sebab jika dzikir nya menggunakan pikiran maka ketika otak ini digunakan untuk berfikir lainnya maka dzikirnya lepas… hati pun demikian. tapi kalau jiwa yang berdzikir maka ketika kita berpikir, merasa atau beraktivitas lainnya kita tetap berdzikir, bahkan ketika tidur yang notebene tidak berpikir…. kita tetap bisa berdzikir

bahagianya menyentuh jiwa

rasa dekat dengan Allah memang betul betul membahagiakan hati, jadi sampai menyentuh jiwa yang dalam. seperti kalau kita kedinginan, dinginnya ke sumsum tulang.. wah sangat dingin. nah rasa dekat dengan Allah, bahagianya menyentuh jiwa tidak hanya menyentuh hati… tapi masuk hingga ke dalam.
kedalaman rasa ini lah yang akan mewarnai hidup dan setiap langkah kita. sehingga apapun yang kita hadapi akan terasa bahagia, apapun itu termasuk yang biasa kita anggap negatif.