sulitnya ber tasbih

Berulang kali saya memposting tentang tasbih, ya memang tidak mudah untuk bisa bertasbih sampai benar benar kita merasakan keadaan nol, bahkan kalau perlu tidak nol lagi tapi minus. Grounding kita memang seharusnya sampai dibawah nol alias minus. Saya merasakan grounding ini benar benar rasanya seperti tidak bisa apa apa, tidak mampu apa apa, tidak berdaya sama sekali. Saya tidak berdaya atas takdir Allah yang berjalan atas diri saya. Saya berada benar benar di bawah dan benar benar ini keadaan yang benar benar zero. Bagi yang sedang mengalami ini maka pelajari keadaannya, saya pun sedang mengalami keadaan ini. Kesulitan yang kedua adalah mempertahankan keadaan grounding ini agar benar benar dibawah tidak naik lagi, kadang secara tidak sengaja naik, sehingga terkena hempasan takdir dan alhamdulilah saya tersadar lagi bahwa saya harus grounding dan grounding lagi.

baik latihan demi latihan harus kita lalui karena ini memang jalan ke Allah yang harus kita lewati, bagaimana kita mengaku berTUhan Allah kalau kita tidak ridho dengan semua takdir dan ketentuannya. Semua butuh latihan semua butuh proses. Hidup memang berat  ketika kita harus menerima kenyataan tapi demikianlah jalan surga yang sudah diatur Allah. Dengan grounding ini kita akan tenang menjadi jiwa yang muthaminah dan ketika kita muthaminah maka kita akan dipanggil masuk SurgaNya.

3T advanced

3T adalah tasbih tahmid dan takbir. Pada tingkat lanjut dari pada 3T adalah penerapan dalam kehidupan yang benar benar harus grounding, grounding ini harus ada yaitu merasa diri tiada mampu apa apa, wujud dari tidak ada daya upaya, kekuatan yang kita miliki sehingga kita benar benar nol. keadaan ini harus ada mutlak untuk dapat melanjutkan ke tahmid dan takbir, Grounding pada saat tahmid tidak sekedar menerima kehendak Allah tapi harus masuk dalam keadaan manusia ini tidak ada kekuatan apapun. kita harus terus berlatih untuk masuk dalam keadaan ini. karena kadang secara tidak sengaja kita naik lagi merasa bisa ini dan itu,  merasa ahli, merasa kaya dan merasa bisa ini dan itu.

jadi syarat pertama grounding harus mendasari dari tahmid dan takbir. Ketika kita tidak grounding maka tahmid dan takbir tidak akan dapat berjalan. maka sadari dengan benar benar bahwa ketika kita menjalankan tahmid dan takbir itu harus dalam keadaan grounding.

setelah kita mampu untuk grounding maka terus bawa dalam tahmid, jadi syukur kita tetap dalam keadaan grounding. Tahmid kita atau berterimakasih kita kepada ALlah dalam keadaan tidak berdaya. Pada 3T2 ini kita harus mampu menggabungkan antara grounding dan syukur, antara tasbih dan tahmid. akan sangat beda bersyukur dengan keadaan grounding dan syukur dalam keadaan tidak grounding. latihan grounding yang ada di level tasbih harus benar benar mapan tidak naik turun. Seringkali kita di buat grounding secara paksa oleh Allah karena kita tidak paham atau kita tidak grounding grounding. dengan berbagai masalah yang kita hadapai sebenarnya menjadi petunjuk kepada kita agar kita grounding. Dan kita buktikan dengan grounding maka masalah akan berangsur selesai.

yang kedua adalah takbir. takbir adalah mengagungkan Allah setelah kita grounding dan syukur. disini kita menggabungkan ketiganya. dari tasbih tahmid dan takbir. Kita mengagungkan Allah dalam keadaan syukur dan syukur kita dalam keadaan grounding. Ya jika anda kesulitan tentang hal ini berarti anda harus melatih satu demi satu. dari mulai tasbih sampai mapan benar kemudian syukur dan kemudian baru takbir. Kalimat saya ini tidak sulit dan tidak rumit jika anda sudah mampu menguasai ketiganya. Jadi kenapa saya beri judul advance karena memang tingkat penggabungannya menyeluruh dari ketiga-tiganya.

CATATAN KECIL EVENT 3T by PAK HERY CIKARANG

Diawal sempat muncul praduga saya, event kali ini akan datar atau bahkan hambar mengingat secara keseluruhan materi sudah pernah diulas termasuk 3T, meski bukan lewat event khusus.
Namun dugaan saya meleset, malah kalau boleh memberikan penilaian event 3T termasuk kategori the best event Gumpang.
.
Saya turun diperempatan Gumpang, tepat pukul 23.00, setelah mencoba kontak sana sini tidak tersambung akhirnya tersambung dengan Ki Soenan yang kemudian menjemput menuju Padepokan Patrap.
Berlanjut sampai esoknya Patrap Kungkum di pemandian Pengging.
.
Ketika sampai pembukaan event, bahkan sempat muncul beberapa kali perubahan acara, karena satu dan lain hal, namun dari sini mulai tertangkap vibrasinnya.
Saya yang diamanahkan memandu acara sempat galau ditambah pak Pur sudah wanti wanti agar on time schedule, tapi dari sini ketika kesadaran mulai terbangun, rasa nyaman mulai muncul, mengalir tanpa beban. Didukung para sahabat cukup siap dikondisikan dengan perubahan acara, mulai dari Ki Soenan, mas Donie, pak Suko ataupun mbah Yayin yang tanpa saya info & prepair sebelumnya, Alhamdulillah semuanya berhasil memberikan point.
Acara puncak malam di hari pertama Patrap di lapangan, sore hari sempat turun hujan sehingga menjadikan kondisi lapangan layaknya area persawahan. Beberapa sahabat yang tidak mengikuti Patrap tetap di pendopo memperdalam DN dengan di gawangi mbah Bagus dan para sahabat lainnya.
Sempat muncul penolakkan dari dalam diri untuk tidak ikut, namun ketika di pasrahkan malah muncul dorongan sebaliknya.
Patrap seolah mempunyai daya tersendiri pada tiap kali event, namun dalam pengamatan saya ada sesuatu yang beda kali ini, pak Pur begitu full power, para sahabat all out melakoninya.. pasrah total, sekalipun terjungkal terjerembab berkubang tanah.
Dalam kondisi jasad yang tak berdaya, akhirnya kami di kumpulkan kembali, saya pikir sudah selesai, kembali dugaan saya meleset, pak Pur mengkomando untuk penerimaan kondisi apapun, dalam keadaan jasad yang lemah dimungkinkan minim penolakkan bahkan sangat terasa tanpa campur tangan pikir, sebuah kecerdasan spiritual ditularkan pak Pur.
Dalam setengah sesi berikutnya para sahabat diajak praktek mengenal daya 3T.
Cukup sulit buat saya menggambarkan kondisi tersebut.. semuanya tertangkap detail riil karena kami langsung praktek dan merasakan, sehingga yang terungkap hanya rasa haru, takjub, bahagia.. Alloh Huu Akbar.
Seumuran 45 tahun lebih baru kali saya merasakan hal yang demikian, bukanlah kebetulan, hanya rasa syukur yang mampu terucap.. semakin indahnya rencana Alloh meskipun terkadang tertolak oleh nalar logika.
Yang unik ketika acara Patrap selesai tanpa ada penegasan komando para sahabat memilih jalan kaki sepulangnya, karena badan cukup kotor tidak enak mengotori mobil. Ibu-ibu berjalan didepan seolah dikawal Bapak Bapak dibelakangnya, sekali lagi tidak ada instruksi untuk hal ini. Dan yang terjadi tidak tampak ekspresi kesal apalagi kecewa.
.
Baru siangnya seolah sebagai terjemahan apa kita praktekkan semalam lewat teori sekaligus pengulangan praktek.
.
Dan suasana terasa sedikit berbeda ketika Bu Zul menyampaikan materi, dengan gaya khas seorang Ibu cukup mampu memberikan warna meskipun sempat baper (dibawa perasaan) khususnya oleh Ibu-ibu, sebuah terobosan jitu tanpa harus copy paste dari pak Pur, meskipun beliau adalah pendamping pak Pur.
.
Mungkin celah minusnya dari event kali ini, adalah kurangnya among tamu atau penerima tamu sehingga pencatatan data base tidak maksimal, karena ternyata banyak jamaah diluar anggota group yang hadir.
Serta yang kedua masalah parkir tamu, meski sempat disiasati parkir dihalaman tetangga ternyata masih belum tuntas.
Namun semua kekurangan tersebut tertutupi dengan menu istimewa. Team konsumsi dibawah komando Bu Zul berhasil menyajikan menu khas Solo, tengkleng, bubur tumpang ditambah oleh oleh khas dari para sahabat, kopi Toraja, pie Bali, opak ditambah tumpeng istimewa tasyakurannya pak Dewa & pak Heru, selamat semoga barokah dan menjadi kenangan indah.
.
Terkunci & sepakat bahwa event kali ini sukses, selamat buat para sahabat yang hadir karena panjenengan dalam golongan yang Bejo, selamat kepada para pendukung event karena Padepokan Patrap tidak pernah mengkondisikan panitia seolah sebagai bagian yang ekslusif, semua berhak menjadi relawan dan berkontribusi menuju Alloh, terakhir selamat buat pak Pur dan keluarga yang telah melayani & mengarahkan, sebagai mentor, guru, sahabat, serta orang tua bagi kami. Yang tak mungkin akan mampu kami kompensasi dalam bentuk materi atau apapun juga, yang hanya akan melahirkan hutang kebaikan dan budi. Matur nuwun “pak Haji…”
.
Cukup berat rasanya bagi saya melanjutkan tulisan ini, disamping ada isyarat untuk menjaga kerahasian, demi terhindar dari salah persepsi dan fitnah, juga rupanya air mata dan perasaan ini sudah tak tertahan…