perbedaan kalender shalat pada subuh dan isya

Perbedaan utama yang sering muncul pada kalender waktu shalat adalah waktu Shubuh dan Isya, sedangkan untuk waktu lainnya relatif hampir sama. Hal ini sebenarnya sudah menjadi sebuah perdebatan yang hangat di kalangan pakar astronomi Islam, dengan masalah utama terletak pada penentuan twilight angle. Maka dari itu tak heran kalau hingga saat ini ada beberapa konvensi yang digunakan untuk menentukan atau menghitung jadwal waktu shalat seperti metode dari University of Islamic Sciences, Karachi yang menggunakan twilight angle 18° baik untuk waktu Shubuh juga Isya, Islamic Society of North America (ISNA) yang menggunakan twilight angle 15° baik untuk waktu Shubuh dan Isya, World Islamic League yang menggunakan twilight angle 18° untuk waktu Shubuh dan 17° untuk waktu Isya, dan beberapa metode lainnya.


Secara umum besarnya twilight angle akan menyebabkan hal sebagai berikut: semakin kecil twilight angle akan menghasilkan waktu Shubuh yang lebih siang (lambat) dan waktu Isya yang lebih sore (cepat).

Contohnya untuk kota London pada posisi 51°32′ LU dan 0°6′ BB dan zona waktu 0. Pada tanggal 1 Januari 1996, dengan menggunakan harga twilight angle yang berbeda akan menghasilkan waktu Shubuh dan Isya sbb:

Twilight Angle         Shubuh         Isya
18 derajat             6:02           18:04
15 derajat             6:22           17:43

Twilight, menurut definisi adalah hamburan sinar matahari oleh atmosfer. Keberadaan atmosfer di bumi ini mengakibatkan sinar matahari sudah dapat dilihat oleh pengamat meskipun waktu matahari terbit (sunrise) belum tiba atau masih dapat terlihat meskipun matahari sudah terbenam (sunset). Dengan demikian ada 2 jenis twilight di sini yaitu morning dan evening twilight.

Pada saat matahari belum terbit atau setelah tenggelam, posisinya berada di bawah horizon (biasa disebut sebagai garis cakrawala atau garis ufuk). Posisi matahari ketika sinarnya sudah tidak terlihat lagi hamburannya (oleh atmosfer bumi) setelah ia tenggelam atau posisi matahari ketika sinarnya mulai terlihat sebelum matahari terbit akibat dihamburkan oleh atmosfer bumi, itulah yang disebut sebagai twilight angle (sudut twilight). Sudut ini diukur dari titik pusat matahari ke garis cakrawala, seperti dapat dilihat pada gambar di atas (sudut X dan Y).

Secara astronomis terdapat 3 definisi twilight, yaitu:

  1. Twilight sipil, ketika bintang yang terterang di langit dapat dilihat cahayanya atau ketika garis cakrawala di laut masih dapat dilihat. Besar twilight angle-nya adalah hingga 6°.
  2. Twilight nautikal, ketika garis cakrawala di laut sulit untuk dilihat dan saat ketika kita tidak mungkin lagi menentukan ketinggian dengan menggunakan garis cakrawala sebagai acuan. Besar twilight angle-nya adalah 6-12°.
  3. Twilight astronomi, ketika kondisi sudah benar-benar gelap dan tidak ada lagi hamburan cahaya matahari yang terlihat. Besar twilight angle-nya adalah 12-18°.

Waktu shalat biasanya ditentukan berdasarkan twilight astronomi (seperti yang dapat dilihat pada beberapa metode atau konvensi yang saya sebutkan pada paragraf kedua di atas). Dalam software azan biasanya terdapat fasilitas untuk mengubah harga twilight angle ini, karena menurut sebuah penelitian dan pengamatan di berbagai tempat di dunia, harga sudut twilight tertentu ternyata tidak berlaku untuk seluruh tempat terhadap peristiwa ketika hamburan cahaya matahari sudah bisa terlihat (fajar shaddiq) dan saat hamburan itu hilang (shafaq di waktu Isya). Bahkan menurut Yaqub Ahmed Miftahi, besarnya twilight angle –terutama pada daerah lintang tinggi– juga bervariasi terhadap musim. Kesimpulan ini diperoleh setelah dilakukan pengamatan morning dan evening twilight dengan mata telanjang selama setahun di Blackburn, Lancashire, Inggris. Menurut hasil pengamatan itu, besarnya twilight angle bervariasi terhadap waktu dengan kisaran harga antara 12° hingga 16°.

Untuk itu, jika anda tinggal di daerah lintang tinggi maka berhati-hatilah dalam menggunakan software azan dan waktu shalat, khususnya untuk waktu Shubuh dan Isya. Situs moonsighting.com bahkan memiliki contoh yang nyata tentang beberapa kesalahan yang ada pada software tersebut.

Sumber gambar: Wikipedia.

Bahan bacaan:
1. Shalat Lima Waktu di Wikipedia.
2. Rise, Set, and Twilight Definitions, U.S. Naval Observatory.
3. Dr. Monzur Ahmed, The Determination of Salat Times.
4. Yaqub Ahmed Miftahi, Fajar and Isha (tersedia online di moonsighting.com)

 (diambil dari …maaf lupa …)

sebenarnya ada gambarnya tapi ketika insert kok muncul ..URL.. maksudnya gimana ya… mohon bantuan bila dari Bp Ibu pembaca ada yang bisa… insya Allah Nanti akan saya edit.. terimakasih

Wass

Rukuk Pake Sarannya Pak dr. Zaini

Rukuk dengan mendoyongkan sedikit kedepan sehingga tangan menjadi lurus menopang bahu. kondisi demikian ternyata mestimulasi sikap jiwa untuk lebih tunduk kepada Allah. Selain, adanya stretching (peregangan) yang semakin terasa pada otot kaki dan tulang belakang.

baik  secara urutan demikan

1. Tundukkan hati kemudian ikuti dengan gerakan Rukuk hingga telapak tangan menempel di lutut.

2. rendahkan lagi bahunya dengan relaks, biasanya tangan tidak lurus karena jarak antara bahu dan lutut semakin dekat

3. agar tangan lurus kembali cobalah untuk mendoyongkan badan ke depan hingga tangan yang tadi nekuk menjadi lurus kembali

selamat mencoba…thanks Dok atas Tips praktisnya

Latihan Pra Silatun di Bekonang Sukoharjo

Metode ini memang agak berbedan dengan apa yang telah diajarkan oleh Ust Abu Sangkan. Latihan ini untuk mempersiapkan mental dan kejiwaan peserta agar lebih paham dengan konsentrasi ketika sholat. Peserta yang rata rata sudah berusia, membutuhkan pemahaman yang agak berbeda dengan biasanya. Latihan pra silatun ini diawali dengan merasakan, mendengarkan suara saya ketika membaca alfatihah, ternyata beberapa masih ada yang kesulitan dari kesulitan ini kesalahan paling banyak adalah konsentrasi menggunakan otak, padahal yang benar adalah merasakan. jika merasakan maka otomatis akan konsentrasi sendiri. saya mencontohkan kalau kita mencari suara jangkrik, jangkriknya ada dimana maka itu namanya konsentrasi, lain dengan kita menikmati suara jangkriknya maka kita tidak perlu berkonsentrasi cukup dengarkan dan nikmati suara itu.

Kemudian peserta saya minta untuk membaca sendiri alhfatihah lalu didengarkan sendiri.  jadi membaca kemudian didengar sendiri dan dirasakan sendiri bacaan tersebut. ternyata ini lebih mudah bagi peserta untuk lebih terkonsentrasi dibanding yang pertama tadi.

jamaah yang kira kira berjumlah 50an cukup antusias mengikuti pelatihan ini, dan ini pertemuan ke dua setelah sebulan yang lalu diadakan pelatihan serupa. rencana akan ada halaqoh rutin tiap bulan di Rumah Bu Atik Bekonang pada hari minggu keempat.

rencana saya metode pra silatun ini akan saya kembangkan dan akan saya praktekan ke jamaah baik yang ada difatimah ataupun di jamaah jamaah lainnya sehingga nantinya menjadi suatu metode yang memudahkan untuk mencapai silatun. pengenmbangan yang lain adalah pra tumakninah seperti yang kemarin malam waktu di panti asuahan mardhotillah gumpang.