ramadhan hari ke 11 : hanya Ruh yang bisa menangkap lailatul qodar

pada malam itu turun lah malaikat dan Ruh …dengan ijin Tuhan…. demikian arti surat al qodar ayat 3

yang bisa menangkap ruh dan malaikat adalah Ruh yang ditiupkan Allah kepada kita ketika kita usia 4 bulan dalam kandungan. kenapa malaikat bisa ditangkap oleh ruh karena kedudukan malaikat berada di bawah Ruh.  kalau Ruh dengan Ruh jelas ini hal yang sama (memiliki frekwensi yang sama).

maka pelatihan puasa selama sehari sangat penting sekali terhadap penyadaran ruh ini , dengan modal penyadaran ruh inilah ketika malam tiba kita dapat menangkap malam lailatul qodar yaitu malam yang di dalamnya diturunkan malaikat dan Ruh.

jika kita ingin mendapatkan malam seribu bulan caranya sangat sederhana tidak perlu menggunakan amalan amalan khusus terlebih dengan ramalan ramalan datangnya lailatul qodar dimana setiap ulama memiliki ciri ciri tersendiri sehingga membuat kita tambah bingung.  cara sederhana itu adalah menggunakan kesadaran Ruh ini dalam malam itikaf kita.

hakikat ifthor

seharusnya tidak ada perbedaan antara sebelum berbuka puasa dengan sesudah buka puasa, perasaan selalu ingat Allah, perasaan menahan nafsu atau pengalaman spiritual dan pelajaran spiritual yang kita terima atau juga keadaan spiritual yang kita alami tetap kita pertahankan meski sudah berbuka puasa… inilah makna atau hakikat dari ifthor. jadi momentum berbuka puasa bukan momentum syetan untuk bebas menggoda kita, atau nafsu bebas memperturutkan dorongannya tanpa kendali, buka puasa adalah pemberian kekuatan kepada jasmani agar dapat melanjutkan kegiatan atau aktivitas ibadah.

maka dicontohkan oleh Nabi SAW ketika beliau berbuka puasa ketika magrib tiba beliau hanya minum dan makan 3 biji kurma setelah itu menjalankan ibadah sholat magrib. alasan rasulullah tidak hanya masalah kesehatan yang sering diceramahkan selama ini tetapi lebih dalam dari sekedar kesehatan yaitu mempertahanakan kesadaran beliau karena telah mendapatkan keadaan keadaan spiritual selama menjalankan puasa.

kadang hakikat berbuka puasa ini seringkali dirusak oleh pikiran kita karena dalam memahami hadis rasulullah yang saya anggap (kurang benar) misalnya hadis rasulullah tentang menyegerakan berbuka puasa maka kita menyangka untuk makan sebanyak banyaknya ketika buka puasa (ketika magrib tiba), ada hadis lagi ada dua kegembiraan orang yang berpuasa pertama ketika berbuka dan kedua ketika bertemu Tuhan…. pada kegembiraan pertama yaitu ketika berbuka ini seolah olah kita seperti pesta merayakan kegembiraan dengan makan sebanyak banyaknya… persis seperti 1 syawal kita merayakan kegembiraan atas sudah bebasnya kita makan… merdeka……dan kegembiraan kedua bertemu dengan Tuhan itupun di plesetkan bahwa nanti di akhirat, nanti setelah kiamat.. padahal kegembiraan bertemu dengan Tuhan saat puasa itu adalah ketika kita menemukan diri kita yang sebenarnya yaitu ruh suci karena dengan menemukan diri sejati inilah kita bisa bertemu dengan Allah…kapan ? ya sekarang …

perilaku atau cara berbuka puasa ini banyak dicontoh kan oleh ulama sufi dimana ketika beliau beliau berbuka beliau sangat hati hati maka ada  ulama sufi yang hanya meminum seteguk minuman, atau secuil makanan… kemudian beliau menjalankan ibadah sholatmagrib …

ramadhan hari ke 10 : ifthor bukan buka puasa

kenapa puasa saya harus di “buka” dan kenapa kita harus ber ‘buka”.

kalau kita tidak hati hati dengan istilah ber “buka puasa’ ini, yang timbul dalam perilaku kita adalah “keluar dari cengkeraman puasa untuk makan sebebas bebasnya karena telah di “buka”.  padahal kalau kita lihat bahasa arab dari membatalkan puasa ini adalah ifthor yang artinya jelas sangat jauh berbeda dengan buka puasa. pemahaman saya ini mungkin tidak umum tapi mari kita kaji bersama.

ifthor mengandung arti atau terkait dengan fitrah… sebenarnya sama nanti di akhir bulan ramadhan pada 1 syawal dimana kita sudah tidak puasa selama 30 hari berturut turut kita merayakan idul fitri (kembali kepada yang suci) berarti ada keterkaitan antara idul fitri dan ifthor dimana kaitannya adalah sama sama bermakna “mempertahankan kesucian” meski tidak puasa. jika kita kaitkan dengan tujuan puasa ini adalah bahwa kita tetap sadar atas Ruh Suci kita meski kita tidak berpuasa lagi.

jika kita memahami bahwa ifthor bukanlah buka puasa dan kita memahami ifthor adalah mempertahankan kesadaran Ruh fitrah kita maka ketika magrib tiba, kita akan benar benar berhati hati ketika memasukkan makanan kedalam perut kita. bukan seperti orang yang memahami bahwa ifthor adalah “buka puasa” , orang yang pemahamannya demikian maka ketika magrib tiba seperti orang kelaparan yang tidak minum dan makan kemudian mendapat kan kesempatan makan sepuasnya.. maka buka puasa menjadi ajang “balas dendam” karena seharian tidak makan, dan kejadian ini akan merusak kesadaran Ruhaniah kita yang sudah kita latih dari mulai imsak hingga magrib. dimana akan turun level kembali kepada kesadaran jasad dan dorongan nafs.

maka saya punya usul untuk mengganti istilah “buka puasa” diganti dengan ifthor yang mana artinya bukan buka puasa tapi “mempertahankan kesucian”. sehingga kesadaran tetap terjaga hingga malam…

dan ternyata …. kesadaran Ruh ini sangat terkait dengan adanya lailatu qodar… untuk itu tetap ikuti jurnal puasa besuk insya Allah