kebingungan filsafat membahas amaliah islam

Islam sebenarnya tidak untuk dikaji, tapi diamalkan. pertanyaan anda pasti kan untuk menjalankan perlu dikaji? jawab saya tidak, logika itu terbalik, seharusnya dijalankan dulu baru dikaji, kajiannya pun tidak boleh melebihi apa yang sudah dilakukan.

orang orang ilmuwan agama islam  seringkali terjebak pada retorika agama yang mendalam namun kurang dalam pengalaman, apa yang dibahasnya jauh dari apa yang sudah diamalkan, sehingga menjadikan agama ini menjadi sulit dan rumit. Kitapun begitu juga belajar sesuatu yang jauh dari amaliah kita.

terlebih orang orang filosof islam yang mengkaji islam secara filosofis tapi minim amaliah. Orang orang ini lebih parah karena kadang dia mendasarkan kajiannya tidak berdasarkan agama yang sudah patent, dia lebih mengikuti alam pikiran yang kadang kesana kemari tanpa arah yang jelas.

maka tak jarang banyak filosof islam yang “terpaksa” meninggalkan sholat, meninggalkan zakat dan sebagainya. karena dia memepertanyakan dulu sebelum menjalankan. seandainya dia menjalankan dengan kesungguhan kemudian mendapatkan dan dibahas niscaya tidak akan bingung.

maka cara yang paling praktis untuk membahas amaliah islam kita sebaiknya mengamalkan dulu dengan terus menggali kedalaman ibadah yang sudah dilakukan (bukan yang belum dilakukan). jalankan dan jalankan. Pelajaran dari Allah tidak datang dari pikiran tapi pelajaran dari Allah akan datang jika kita mengamalkannya dengan kerendahan hati dan keihlasan karena Allah.