Kapan Saatnya Bersedekah

kapan saatnya bersedekah…. jawabannya kapanpun boleh, … tapi ada waktu waktu spesial ketika kita akan bersedekah. Pada saat Allah memberikan ilham bersedekah saat itulah kita bersedekah. jangan ditunda, segera saja. Ada waktu waktu yang sebaiknya tidak bersedekah yaitu ketika bersedekah punya niat lain selain Allah misalnya ketika punya hutang lalu bersedekah agar rejakinya datangnya banyak dan nantinya bisa digunakan untuk bersedekah. Dari pada sedekah lebih baik uangnya dikumpulkan untuk membayar hutang, karena hutang lebih wajib hukumnya dari pada sedekah. Dan ternyata semakin tidak ihlas kita bersedekah maka Allahpun juga tidak segera membalasnya.

Sedekah yang bersifat ilmpulsif ilham (bersedekah tidak lewat proses berpikir) biasanya yang akan mendapatkan surprise dari Allah SWT. maka dari itu mari kita bersedekah berdasar ilham yang kita tarima. Mudah saja mengenali ilham itu, cukup jika kita terbersit untuk memberikan uang kepada orang yang memerlukan, ada niat yang bukan dari pikiran tapi dari hati secara tiba tiba , jika kita merasakan demikian maka segera keluarkan uang sedekah kita, Efek dari sedekah yang demikian biasanya hati kita terasa plong, tapi biasanya juga kita tunda dan akhirnya tidak jadi maka akan terasa berat di hati kita.

Semoga kita di ilhamkan untuk sedekah dan semoga sedekah kita membawa manfaat dunia dan akhirat amin

Maqom spiritual siapa yang tahu?

ada ungkapan bahwa yang mengetahui wali adalah wali. sayapun agak meragukan pernyataan ini, apa iya jika dia wali bisa mengetahui seseorang lainnya wali? keadaan spiritual tidak pernah sama dari hari ke hari bisa naik dan bisa turun.  yang membuat saya sangat tidak setuju ketika seorang yang “merasa walli” memberikan judge kepada orang lain bahwa dia belum sampai, dia belum paham, dia baru tingkatan ini dan itu. Perilaku orang yang merasa wali ini tentunya bukan menunjukkan kewaliannya (jika benar dia wali) tapi justru menunjukkan ke egoisannya yang tinggi, seolah dirinyalah yang paling wali, paling sufi.

seorang menjadi wali atau bukan, tidak ada hubungannya dengan kemampuannya berceramah agama, kesaktian, atau lainnya. karena  masalah wali ini adalah masalah beliau dengan Tuhan, jadi hanya dia dan Allah sajalah yang tahu. Misalnya saya memiliki kekasih orang lain pasti tidak tahu mana kekasih saya. Karena kasih sayang saya hanya saya dan orang yang saya kasihi saja yang tahu.

lagian, seorang wali itu tidak seperti pelantikan gelar profesor … tidak ada pelantikan, tidak ada wisuda. jadi dari mana kita tahu bahwa dirinya adalah seorang wali.

Maka kita wajib berhati hati dengan orang orang yang secara implisit menyatakan bahwa dirinya adalah wali dan mengetahui orang lain wali atau tidak.

Kita dalam belajar spriitual tidak boleh silau dengan kesaktian, sabda pandito ratu, kemampuan menyembuhkan dan lain lain…. karena itu bukan ukuran kewalian.  kalau mau menggunakan ukuran yang lebih mendekati tingkat kewalian itu adalah akhlaknya misalnya tidak mau memperbincangkan kejelekan orang lain, tidak mau bersumpah sumpah… demi Allah demi rasulullah….. tidak mau memamerkan kemampuan yang dimilikinya… tapi inipun bukan suatu yang pasti juga.

Maqom spiritual atau maqom kewalian tidak ada yang tahu, karena tidak tahu bersikaplah yang wajar kepada guru atau kyai kita jangan over manutan. bersikaplah hormat tapi jangan sampai kita taklid buta … ingat ini adalah hijab. kita tidak tahu maqom beliau dan beliaupun juga tidak tahu maqom kita.