Menerima masalah

Menerima masalah merupakan pelajaran 3T1 atau tasbih, menerima masalah ini sangat penting dan dalam islam pengajaran menerima masalah ini sangat ditekankan. Dalam banyak wirid kata subhanallah, subhana dan kata sejenis sangat banyak ditekan, kemudian di dalam shalat ada geraka rukuk dan sujud yang merupakan cara untuk meresapi kalimat tasbih ini. ya tasbih sangat penting bagi orang islam.

Ternyata masalah hidup tidak akan pernah selesai kita terima selama kita masih hidup. Dari bangun tidur kadang pikiran kita sudah mengarah kepada hal hal yang sudah terjadi yang tidak membuat hati kita menerima, penyesalan, kekecewaan dan banyak lagi, bayangkan  itu bangun tidur… sehingga hari hari di lalui dengan tidak nyaman. Kalau kita tida bisa melepaskan kekecewaan masa lalu ini dan terus kebawa sampai hari ini detik ini maka bagaimana kita bisa menikmati hidup. Hidup yang terselubungi rasa kecewa yang sudah terjadi , hidup yang sudah terselimuti masa lalu yang belum bisa diterima tentunya akan membuat hidup kita sengsara dan kita tidak bisa menikmati.

Sejak sekarang mari kita mulai untuk belajar menerima masalah, karena masalah itu adalah perbuatan Allah yang benar adanya dan tidak ada yang salah dari masalah itu. Kita terima masalah itu dan kita terus terima dengan tasbih. Semakin kita meyakini bahwa Allah benar dan perbuatan Allah benar dan masalah dapat kita terima maka jiwa kita akan lega dan tidak terbebani. Jiwa yang tidak terbebani dan membiarkan hidup sesuai dengan apa adanya maka jiwa kita akan tenang muthmainah. Maka inilah surga dunia yang harus kita nikmati.

Rasulullah sendiri kurang apa dalam hidupnya menerima umatnya dengan di  lempar kotoran, di ludahi, kemudian di perangi, dan sebagainya. Beliau menerima hal itu dan apa yang terjadi, perubahan perubahan orang yang membencinya berbalik 180 derajat menjadi baik dengan diri Beliau. Kita bayangkan jika beliau ini marah, sudah dibaiki tapi malah berbuat tidak yang tidak menyenangkan kemudian dia marah marah .. pasti tidak akan terjadi perubahan apa apa. Sikap menerima Rasulullah dengan kejadian kejadian yang Beliau lewati dan alami ini lah yang dapat membawa perubahan ke arah positif. Kita sebagai umatnya tentunya menerima keadaan apa yang Rasulullah perbuat. Kita juga belajar menerima kita belajar bagaimana menjadi orang yang bisa membenarkan semua perbuatan Allah.

tahap pertama agar masalah selesai adalah kita menerima terlebih dahulu. sebelum kita bisa menerima masalah maka masalah itu akan tetap menjadi masalah. Ibarat orang berlari untuk bisa mencapai garis finish, maka awal startnya adalah menerima masalah. Ketika kita mau dan bersedia menerima masalah tersebut maka kita akan bisa mengatasi masalah dan keluar dari masalah. Jadi singkatnya adalah kita harus bertasbih dulu untuk bisa keluar dari masalah.

Selanjutnya setelah kita menerima masalah tersebut maka kita harus mensyukuri masalah tersebut sehingga masalah tersebut sedikit demi sedikit tervibrasi daya positif yaitu daya syukur yang kita pancarkan. Dengan pancaran ini maka sesuatu yang masalah akan menjadi sangat membahagiakan.

Nah yang terakhir adalah action nya , actionnya adalah dengan menggunakan takbir. Kita tidak bisa menggunakan takbir terlebih dahulu sedangkan kita tidak menerima masalah tersebut. Misalnya kalau kita punya hutang yang menumpuk kita tidak bisa menyelesaikan masalah hutang ini kalau kita belum bisa menerima hurang tersebut, tapi kalau kita bisa menerima hutang tersebut maka akan lebih mudah kita dalam proses penyelesaianya.

kesimpulan untuk menyelesaikan masalah

  1. menerima masalah bahwa itu dari ALlah
  2. mensyukuri segala hal tentang perbuatan Allah
  3. meyakini bahwa masalah itu akan selesai dengan kekuatan Allah

Allah tidak memberikan ujian bagi orang yang sabar

Al-Baqarah [2:155]

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

walanabluwannakum bisyay-in mina alkhawfi waaljuu’i wanaqshin mina al-amwaali waal-anfusi waaltstsamaraati wabasysyiri alshshaabiriina

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

Inilah salah satu keuntungan orang yang sabar, dia tidak terpengaruh sekali dengan perbuatan Allah. Semua dianggapnya “ya memang sudah demikian ketentuanNya” sehingga muncullah kesabaran dalam dirinya. Orang yang sabar diberi kabar gembira artinya bahwa orang sabar tidak mendapatkan ujian sama sekali.

kalau kita masih merasa mendapatkan ujian maka berarti kita termasuk orang yang tidak sabar, nah sekarang mari kita evaluasi diri kita masing masing. apakah perbuatan Allah ini kita anggap ujian atau kabar gembira bagi kita.

Belajar memasuki alam tajalli

Al A’araf ayat 143

Firman Allah s.w.t

ولما جاء موسى لميقتنا وكلمه ربه قال رب أرنى أنظر أليك
قال لن ترنى ولكن انظر ألى الجبل فأن استقر مكانه فسوف
ترنى فلما تجلى ربه للجبل جعله د كا و خرموسى صعقا فلما
أفاق قال سبحنك تبت أليك وأنا أول المؤمنين

Maksudnya: Dan tatkala nabi Musa datang pada waktu yang Kami telah tentukan itu, dan Tuhanmu berkata dengannya, maka nabi Musa berkata “Wahai Tuhanku perlihatkanlah kepadaku (akan DIRIMU) supaya aku dapat memandang kepadaMU, Allah berfirman “Engkau tidak sekali-kali akan sanggup melihatKU, tetapi lihatlah ke gunung itu, maka jika ia tetap berada pada tempatnya, niscaya engkau akan dapat melihatKU, maka tatkala Tuhan mentajallikan DIRINYA, kepada gunung itu maka hancur leburlah gunung itu, lalu Musapun jatuh pengsan, setelah ia sadar semula berkatalah Musa Maha suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan AKUlah orang yang awal beriman kepadaMu

ayat diatas menyebutkan bagaimana keadaan Nabi Musa ketika bertajali, keadaan pingsan yang dialami oleh Nabi Musa adalah gambaran fana pada diri manusia. jadi disini ketinggian ilmu makrifat seseorang bukan pada manunggaling kawula gusti tapi pada kefanaan hamba kepada Allah SWT. Yang fana sebenarnya ego kita bukan diri. Sebab dalam kisa nabi musa tersebut Meski pingsan masih ada kesadaran dalam diri Nabi Musa yaitu kesadaran bahwa dirinya pingsan ketika benar benar melihat Allah SWT.

level tajali ini tidak bisa kita buat buat, di ayat tersebut diatas, bukan rekayasa dari Nabi Musa, tapi Allah sendirilah yang akan menunjukkan dirinya sendiri, maka sebenarnya dalam belajar tajalli ini tugas kita hanya menyediakan wadah kosong saja agar pemahaman akan Allah akan kita dapat melalui Allah sendiri, jadi Allah memperkenalkan dirinya melalui dirinya sendiri. Dari sini kita juga dapat mengambil hikmah bahwa Allah tidak bisa kita kenal dengan ilmu kita, kita tidak bisa mengenal Allah melalui ilmu tauhid, tidak bisa mengenal Allah melalui ilmu makrifat, tidak bisa mengenal Allah melalui ilmu tasawuf, tapi kita bisa mengenal Allah ya melalui Allah sendiri, artinya Allah sendirilah yang akan memperkenalkan dirinya kepada kita.

belajar tajalli dengan dzikir nafas

Ya dengan dzikir nafas, kita dapat belajar tajalli ini dengan mudah simpel da hasilnya bisa langsung di rasakan. Tajali pada dzikir nafas tidak melalui proses pembersihan diri seperti pada pendapatkan kebanyakan orang, dalam dzikir nafas ini dengan memahami Huu dalam setiap nafas nafas masuk maka itu akan membersihkan diri kita dari pikiran dan perasaan atau qolb, peniadaan dengan Huu ini akan memasuki alam diatas pikiran dan perasaan sehingga masuk kepada alam jiwa yaitu alam kesadaran yang akan Allah. Dengan mengenal Allah melalui kesadaran yang bukan pikiran dan bukan perasaan inilah nantinya kita akan benar benar bisa memahami akan ketiadaan diri, dari keadaan ini maka nanti kita akan diajarkan Allah tentang hakikat tajalli dan bila benar benar sudah Allah ajarkan maka kita akan menemukan siapa sebenarnya diri kita yaitu diri sejati yang asalnya dari Allah dan kembali kepada Allah.

selamat belajar dengan dzikir nafas dan lurus ke Allah semoga cara ini dapat membantu kita untuk selalu menyadari siapa diri kita dan kita mendapatkan pengajaran dari Allah tentang Diri Allah.