Allah tidak menyarankan kita berusaha (4)

merupakan suatu pilihan apakah Allah itu berkasa Mutlak atas diri kita atau tidak mutlak. kalau kita memilih bahwa Allah Mutlak dalam berkuasa maka konsekuensinya adalah kita tidak ada daya dan upaya… dan konsekuensinya lebih lanjut adalah kita bergerak mengikuti kehendak Allah… ya bekerja ya cari duit, ya cari kaya, ya belajar dan seterusnya…
kalau kita masih ada usaha masih ada kekuatan disamping kekuatan Allah maka konsekuensinya adalah jangan meninggalkan ALlah dan mohonlah ridlonya atas usaha usaha yang dilakukan. sehingga konsep ini yang merupakan konsep fatalis murni bahwa Allah mutlak harus diikuti dengan sikap dan gerak yang benar yaitu bergerak mengikuti gerak kemauan ALlah

8 Replies to “Allah tidak menyarankan kita berusaha (4)”

  1. Berusaha atau melakukan sesuatu perkerjaan itu adalah perbuatan, tetapi sebenarnya apakah perbuatan itu.
    Mengikut sufi unggul Jalaludin Rumi, beliau berkata perbuatan itu adalah doa atau permohonan, yang dinyatakan di dalam hati (sudah tentu hati orang mukmin, kerana hati yang mukmin saja mengenal Allah), hati itu juga adalah ‘Rumah Allah’.
    Itulah sebenar-benar yang dikatakan perbuatan atau usaha, manakala lahiriah yang kelihatan seperti bekerja, berjalan dan sebagainya adalah bentuk-bentuk perbuatan, bukanlah perbuatan itu sendiri.
    Pendapat saya pula, untuk mencapai keadaan ‘rumah Allah’ itu diperlukan kesadaran supersadar (theta)… adakah benar begitu pak?..harap komen.

  2. As.wr.wb. Pak Pur, pripun pendapat jenengan mngenai faham “Jabariyah”& “Qodariyah”? Bagaimana agar hidup dapat berjalan seimbang?. Matur suwun.

    1. kalau saya tidak mau terjebak dalam paham qodariyah dan jabariyah atau yang lainnya… yang penting saya mengakui keesaan allah, kekuasaan Allah, kebesaran Allah…itu saja mbak… saya juga kurang paham dengan jabriyah dan qodariyah…. karena takut dikotomi antara usaha dan tidak usaha.

  3. Pak ustaz,
    Saya makin kukuh fahaman saya. Terima kasih Allah.

    Saya melihat masalah utama kita adalah memahami makna usaha, redha, pasrah dan berserah.

    Telah kukuh di fikiran kita bahawa yang dikatakan ‘usaha’ ini difahami sebagai gerakan yang kita lakukan dengan kuasa kita sendiri.

    Manakala redha, pasrah dan berserah adalah sesuatu yang pasif.

    Jika seseorang itu redha, pasrah dan berserah, orang itu dikatakan tidak melakukan apa-apa kerja atau usaha. Hanya diam dan berserah pada Allah sahaja.

    Disebabkan kita salah faham dengan maksud ‘usaha’, redha, berserah dan pasrah dengan kefahaman yang sekian lama bahawa usaha merupakan kuasa manusia, lalu secara tidak langsung kita telah menafikan hak mutlak Allah.

    Jika kita faham bahawa ‘usaha’ yang kita lakukan adalah hanya mengikut aturan Allah, maka sudah pasti kita akan berdoa dengan sabar dan solat kerana hanya berdoa mampu mengubah qada’ Allah SWT. Bukannya usaha kita kerana kita tidak berdaya untuk berusaha.

  4. Allah Maha Kuasa dan makhluk sepenuhnya dalam genggaman dan kekuasaan Allah.Allah Maha Pencipta, semua makhluk diciptakan Allah dan makhluk tidak bisa mencipta apapun. Allah Maha pemberi rezeki dan makhluk diberi rejeki dan dijamin rejekinya oleh Allah. Keluarkan semua kebesaran makhluk di dalam hati dan hanya ada kebesaran Allah dalam hati.
    Bergantunglah hanya kepada Allah, jangan bergantung kepada makhluk.
    Takutlah hanya kepada Allah jangan takut kepada makhluk.
    Memohon dan memintalah hanya kepada Allah jangan meminta kepada makhluk.

    Memang susah untuk menanamkan itu semua jika hati kita masih dipenuhi kebesaran makhluk bukan kebesaran Allah.

Leave a Reply to Fuad Latip Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.