ada hipotesis menarik dari diskusi kemarin dengan seorang teman, ada pertanyaan pikiran dulu atau emosi dulu…. jawaban saya emosi dulu… baru pikiran.. kalau emosi tenang maka pikiran juga tenang, kemudian diskusi berlanjut bagaimana menenangkan emosi ? jawaban saya ya emosi itu dipengaruhi oleh jiwa , jadi jiwa harus tenang dulu nanti otomatis emosi akan tenang… berlanjut lagi… bagaimana agar jiwa kita tenang.. jawaban saya jiwa dipengaruhi oleh Ruh… maka Ruh harus di pulangkan ke Allah jadi harus pasrah…. jadi kesimpulannya untuk menenangkan semuanya caranya dengan pasrah dan berserah diri kepada Allah.
Assallamu’allaikum Pak Setyo,
Ma’af sebelumnya kalau ada yg salah dengan pertanyaan saya. Manusia dan seluruh alam semesta terbuat dari unsur terkecil yaitu atom didalam atom ada netron dan electron yg bergerak terus-menerus dan juga unsur terkecil yaitu energi di energi juga ada gerak. Pertanyaan saya yang mengerakkan semua itu apa/siapa? Dzat Allah, Sifat-Sifat Allah ataukah Allah sendiri.
Sesudah dan sebelum bpk jawab saya ucapkan banyak terima kasih.
Wassalam,
JokoGendeng
Bapak joko waalaikum salam.
yang mengggerakkan ya Allah pak, antara dzat, sifat dan perbuatan tidak bisa dipisahk pisahkan menjadi satu kesatuan. seprti batu…namanya batu sifat warna hitamnya ada di batu dan kekerasaannya juga ada pada batu (maaf ini sekedar contoh) jadi Allah lah yang menggerakkan, termasuk di dalamnya sifat dan perbuatan Allah.
demikianpak
salam dan terimakasih
Salam Ustaz,.
Saya peserta solat khusyu’ Sg Petani,April 09. Saya ada satu kemusykilan tentang ingat Allah ketika solat – Adakah ketika kita melakukan gerakan solat,hati dan jiwa kita berzikir Ya Allah…Ya Allah.Harap dapat perhatian ustaz. terimakasih
salam
mengenai ingat Allah, ingat hati tidak harus diikuti dengan ucapan dalamhati ya allah ya allah… ingat adalah perbuatan hati, jadi tidak perlu kita mengucap ya allah ya allah, cukup dengan ingat saja ke allah, kalau dalam sholat bacaan dan gerakan sholat itulah sarana kita ingat kepada Allah. demikian Puan Shaima’ semoga sesuai dengan yang ditanyakan. salam
Minta maaf yo mas… urun rembuk.
Menurut pemahaman saya pikiran itu produk otak (jasmaniah) dalam ruang yang terbatas. Emosi menurut saya adalah istilah saja. Yang lebih tepat menurut saya adalah “rasa”. “Rasa” adalah produk/ karunia dari Yang Maha Punya Rasa. Jika diistilahkan jasad adalah gelas, “rasa” adalah isinya. Maka berlakulah ayat: 8-10 surat 91: “Maka Allah mengilhamka pada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sungguh rugilah orang yang mengotorinya”.
Kalau jiwanya bersih, Allah akan “merasakan” kepadannya tanda- tanda kebesaran/ keberadaanNya dalam diri kita.
Surat 41 ayat53: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?”
Kalau jiwanya kotor, Allah akan “memasukkan” emosi, pikiran kotor, kedalam jiwa dan akal kita.
Sesungguhnya kita ini tidak ada daya upaya melainkan atas pertolongan/ kekuasaan Allah dalam pengertian yang sebenar-benarnya.
Aku hanyalah sebuah gelas kosong yang siap menerima limpahan karunia Allah. Entah itu putih, merah, hijau ataupun hitam. Sesungguhnya apa yang diberikan oleh Tuhanku tiadalah sia-sia.