melayani melayani dan masih tetap menjadi pelayan (mindfulness helpfull)

Melayani dan melayani masih tetap menjadi pelayan sampai kapan pun. Menjadi anak kecil yang tidak tahu apa apa, yang memiliki rasa ingin tahu terhadap apa yang ingin dilayaninya. Seperti pembantu rumah di luar negara yang tidak paham bahasa yang tidak tahu budaya, yang semuanya tidak tahu tapi tetap bersikap melayani. Termotivasi untuk belajar masak, belajar bahasa, belajar budaya dan sikap meyalaninya membuat dia bisa masak, bisa berbahasa dimana ia tinggal.

Dengan melayani menjadikan kita terus belajar dan akhirnya bisa ini dan itu, ketika melayani banyak hal yang bisa dipelajari. Menjadi bisa karena awalnya melayani. Seorang suami menjadi suami idola karena melayani, seorang istri menjadi istri idaman karena melayani suami, orang tua menjadi orang tua yang hebat karena melayani anak anaknya, seorang guru menjadi guru yang luar biasa karena melayani murid muridnya.

Ketika sudah berhenti melayani misalnya ketika sudah pensiun, maka otaknya pun melemah, fisiknya turun drastis. Ketika menganggap bahwa anak anaknya sudah besar dan menganggap tugasnya selesai maka semangat hidupnya menurun dan tinggal tunggu waktu untuk meninggal dunia.

Agar tubuh tetap sehat, pikiran tetap cerdas jangan berhenti untuk melayani, layani siapa saja atau apa saja yang Allah amanahkan. minimal melayani keluarga terdekat,  melayani orang sekitar kita, kemudian melayani benda hidup atau mati disekitar kita, bisa berupa mobil, rumah , hewan piaraan , tanaman di rumah dan lainnya

Sikap yang harus terus kita pertahankan adalah sikap melayani.  melayani memiliki dua arti yang pertama sikap melayani dan yang kedua adalah berbuat melayani, jadi sikap melayani ini akan mendasari perbuatan melayani yang terus menerus. Secara spiritual dengan melayani ini akan terasah, semakin kita melayani maka semakin tinggi spiritualitas seseorang.

Melayani adalah perbuatan lurus ke Allah, kalau kita terus melayani tanpa pamrih berarti kita masih lurus ke Allah, kalau sudah mengharap imbalan dari pelayanan kita maka kita sudah keluar dari jalur lurus ke Allah.

Melayani yang pertama kita harus tahu siapa atau apa yang kita layani, kemudian yang kedua melayani itu karena perintah Allah. Misalnya kita melayani istri , melayaninya ini karena Allah, kalau kita melayani anak kita melayani karena Allah bukan karena orang tua, kalau kita melayani murid atau siswa maka melayani karena Allah bukan karena siswa atau murid. yang ketiga, segera lakukan dengan letting go, dengan non striving artinya lakukan begitu saja. Yang keempat adalah waspada jangan sampai melayani kita karena hal lain selain Allah, misalnya melayani murid agar murid pandai, melayani anak agar anak menjadi anak sholehah, melayani istri agar istri tambah sayang dengan kita dan lain sebagainya. keempat hal ini adalah cara kita melayani. semoga tulisan ini dapat membuat saya dan pembaca semua menjadi termotivasi untuk tetap menjadi pelayan dan terus melayani.

Melayani (mindfulness : helpfull)

tugas sebagai khalifah adalah melayani. Melayani siapa saja atau apa saja yang Allah amanahkan. Misalnya diamani siswa atau murid maka tugas seorang guru adalah melayani, dengan mempersiapkan apa yang akan diberikan kepada siswa, pelajaran apa yang dapat di terima dan bermanfaat bagi siswanya. Melayani bagaimana siswa dapat menjadi pintar melayani bagaimana siswanya menjadi paham dengan ilmu yang diberikan.

tugas melayani tidak ada harapan apapun kecuali hanya melayani dan melayani. melayani agar siswanya menjadi bisa bukanlah harapan tapi itu terkait dengan apa yang harus dilakukan guru. Saya ulangi, seorang guru hanya berusaha melayani agar siswanya bisa, tapi tidak ada target atau harapan jika muridnya akan bisa. Bagi anda yang masih seringkali menyatukan antara usaha dan target akan sulit memahami ini. Tapi jika di renungkan dengan tenang anda akan menemukan bahwa benar antara apa yang dilakukan dengan target itu berbeda.

Melayani kepada siapapun dan apapun merupakan tindakan yang terus menerus dan … ya ..hanya melayani dan melayani.

Bisa juga melayani ini menjadi spirit dalam menjalankan suatu perkerjaan. kita melakukan sesuatu tidak lain karena dalam rangka melayani dan melayani.

kita tahu seorang pelayan dia tidak punya cita cita dia tidak punya harapan, selain dari pada dapat meyalani sebaik-baiknya.  kalau pelayan bercita cita menjadi yang di layani ini menyalahi status dia sebagai pelayan. kalau seorang guru minta di layani murid ini menyalahi status sebagai pelayan. Seorang guru sampai kapanpun akan tetap menjadi pelayan bagi murid muridnya. jadi tidak akan pernah pelayan itu dilayani.

keistiqomahan menjadi pelayan. Banyak godaan banyak ujian dan banyak hal hal yang menyebabkan seorang pelayan berubah status menjadi yang dilayani. Jika pelayan sudah berubah status berarti dia sudah tidak istiqomah lagi menjadi pelayan. Kalau sudah berubah ststus menjadi pelayan maka tugas khalifahnya pun akan terhapus.

suami melayani istri, mungkin terdengar aneh… ya karena biasanya suami minta dilayani istri. Sekarang suami melayani istri. Disini ego suami benar benar harus nol, karena menjadi pelayan istri tidak bisa menggunakan ego. kalau menggunakan ego maka pasti dia minta dilayani istri.

beberapa contoh diatas sebagai pelayan adalah laku atau perjalanan yang harus dilalui oleh pejalan tauhid, pejalan spiritual, seorang yang benar benar ingin mengenolkan ego. kembali ke kita masing masing sudah siapkah kita menjadi pelayan bagi siswa kita, bagi istri kita bagi anak anak kita? sudah siapkan kita mengenolkan ego kita?

Jangan takut stress takutlah kepada Allah

Seringkali kita dihadapkan kepada keadaan dimana kita takut dengan stress, jika nanti stress bagaimana,jika nanti saya menjalankan perintah Allah ini nanti timbul stress bagaimana… atau cemas … cemas ini memang lebih dari pada sekedar takut, mungkin ada beberapa dari kita yang cemas atau mencemaskan sesuatu, misalnya seorang ibu yang akan ditinggal putrinya menikah, atau kuliah di luar kota, maka nanti kalau saya cemas bagaimana karena kan biasa dengan si anak sekarang sudah tidak serumah lagi. Dan banyak hal yang dicemaskan. Nah disini kita bisa menggantungkan rasa cemas dan rasa takut ini kepada Allah, kenapa saya takut dengan rasa takut, kenapa saya takut dengan rasa cemas, kan ada Allah.

Rasa cemas dan rasa takut tidak perlu takuti karena masih ada Allah. Coba saja kalau cemas atau takut kemudian sadarilah Allah, dengan berdzikir nafas, kemudian jika memang benar rasa cemas dan takut itu datang, terima saja takut dan cemas itu. dan kita akan membuktikan bahwa rasa cemas dan takut itu akan hilang berganti dengan ketenangan.