titik kelemahan tulisan saya

kalau anda ingin mencari kelemahan atau kekurangan tulisan saya pasti anda akan mudah menemukan karena memang saya menulis berdasarkan apa yang saya terima di pikiran dan perasaan saya. Sayapun menulis tanpa saya edit langsung saya upload begitu saja. nah sekarang terserah anda bahwa bagaimana anda bisa mengambil pelajaran dari apa yang saya tulis. saya menulis ada di frekwensi tertentu, dan ada vibrasi yang saya sebarkan dari tulisan tersebut. Secara mudah jika anda se frekwensi dengan saya maka anda akan menangkap apa yang saya maksud dan pastinya kelemahan tulisan akan anda by pass. karena saya sendiri kadang susah mencari pilihan kata yang benar dan bisa diterima banyak orang. Pernah saya memberikan tulisan saya kepada seorang editor eh tapi malah daya yang ada ditulisan jadi rusak karena tuilsan saya di edit sana sini.

baik tulisan saya memang khas dan akan digemari oleh sebagian orang saja, tidak semua orang akan merasakan nikmatnya tulisan tulisan saya. Ibarat seniman saya menyajika karya seni saya yang hanya bisa dinikmati oleh orang yang sepaham dengan karya saya.

baiklah ini sekedar yang perlu anda ketahui ketika anda membaca tulisan saya. jika di awal anda sudah tidak sreg jangan dilanjutkan membaca itu berarti frekwensi anda tidak sama dengan saya. Hentikan saja ganti saja dengan bacaan lain yang anda merasa cocok … dan jangan coba coba anda membaca lagi tulisan saya sampai anda satu frekwensi dengan saya …

 

fenomena ketenaran seorang ustad

Di indonesia atau mungkin juga di negara lain, ada siklus muncul hilang … dari ustad ustad… kita lihat saja misalnya ketenaran ustad 5A yang muncul hampir bersamaan. tapi aneh juga beliau beliau menurun ketenarannya seiring berjalannya waktu.

tapi ada juga pengajara agama penyampai agama misalnya Gus Mus, Habib Lutfi, MH ainun Najib dan beberapa lainnya memiliki kestabilan dalam hal ketenarannya.

kira kira apa yang membedakan beliau beliau ini, atau mungkin ini adalah ulah Media yang bisa membuat tenar dan bisa membuat tidak tenar.

kalau kita melihat Kelompok Ustad yang saya kelompokkan dalam kelompok ustad 5A ini pemikiran, metode dakwah, serta keilmuannya sangat luar biasa… kita lihat bahwa beliau beliau ini adalah golongan dai muda yang bisa menggerakkan umat untuk berbuat dan berubah ke arah yang positif. Merubah lebih tenang, merubah menjadi ahli sedekah, merubah menjadi lebih beriman, merubah shalat menjadi lebih khusyu….

ini satu keanehan saya rasa dimana berjalannya waktu sepertinya beliau beliau ini (ustad 5A) ini berkurang drastis dalam berdakwah. Seolah umat sudah sangat terbiasa dengan apa yang beliau sampaikan, sehingga nilai perubahannya pun tidak terasa lagi. Bahkan maaf ada salah satunya yang berubah haluan ke basic yaitu fokus penghafalan (padahal sebelumnya beliau fokusnya pada pengamalan al quran).

Memang menjadi dai tidak harus terkenal menjadi dai adalah ihlas… namun sanjungan dan penghargaan berlebihan membuat seseorang tidak mau kehilangan “segala sesuatu yang berkaitan dengannya” sehingga lebih fokus bagaimana mempertahankan ketenarannya dari pada menyampaikan apa yang di ilhamkan Allah pada diri beliau.

saya menulis ini tidak untuk mengkritisi (karena saya tidak menyebut nama) tapi mari kita ambil pejaran bersama dari fenomena ini.

fenomena gus dur waktu itu yang di hujat sana sini karena pendapatnya yang keluar dari mainstream kalangan islam pada umumnya kenapa tetap eksis…. bahkan setelah meninggalnya beliau syair beliau yang berjudul syiir tanpa waton tetap berkumandang di masjid masjid (meski terbatas masjid NU)… tapi saya mencermati isinya sangat luar biasa… yang mungkin beberapa orang menjadikan kupingnya panas… karena sinndiran Gus Dur sangat telak.

baik sebagai pelajaran dari tulisan ini saya belajar untuk lebih fokus kepada apa yang diiilhamkan Allah pada saya yang akan saya sampaikan. saya tidak fokus kepada brand saya dzikir nafas saja, kalau Allah memberikan ilham quran ya yang saya sampaikan tentang quran, kalau ilham tentang shalat khusyu ya saya menyampaikan tentang shalat khusyu… saya belajar untuk memposisikan diri sebagai sahabat saja yang sama sama belajar… (jadi lihat apa yang saya sampaikan jangan orangnya… kalau orangnya pasti anda suatu saat akan kecewa , karena saya juga belajar yang kadang gagal ….. semoga Allah menuntun saya).

saya mendapati ternyata menjadi zero atau menjadi fana itu termasuk tidak boleh bercita cita menjadi seorang Dai menjadi ustad kyai menjadi guru atau menjadi yang lainnya. cukup menjadi hamba saja yang fana (UMMI). saya belajar ke arah sini. kalau pun saya menulis ini tujuan utama saya untuk saya sendiri … jika ada yang membaca ya silahkan. Ingat saya memposisikan diri sebagai sahabat… maka kalau salah ya jangan di olok olok tapi beritahu saya apa yang benar dengan cara yang baik sehingga saya bisa menerima.

he he maaf kalau tulisannya jadi ngelantur… maaf…. baik sekian dulu …. selamat beraktivitas salam

salah sendiri menganggap diri “orang awam”

Dekat ke Allah, itu tidak ada istilah awam dan tidak awam. Yang ada adalah mau membuka diri apa tidak. Sekarang misalnya anda di dekat Pak Presiden Jokowi tapi mata anda di tutup pakai kain hitam. Kemudian pak Jokowi berkata kepada anda .. Mas … saya ada di dekatmu sekarang…. nah masak kita mengatakan saya awam dengan Bapak presiden.. ? kan salah sendiri kenapa kita menganggap bahwa kita tidak kenal jokowi padahal kalau kita sadar bahwa Pak Presiden Jokowi ini ada di dekat kita maka kita akan menyahut dan menyambut pak Jokowi dengan suka cita. dan ini sekali lagi tidak ada hubungannya dengan awam atau tidak awam.

Demikian pula dengan Allah tidak ada mendekat kepada Allah itu atau mengenal Allah itu awam atau tidak awam. Kalau kita menganggap diri kita awam maka selamanya akan awam. Dan tidak akan terbuka pintu makrifat. Bukan salahnya Allah tapi salah kita sendiri kenapa kita menutup diri dengan mengatakan bahwa kita ini awam. Sebab jelas Allah sudah membuka Diri dengan mengatakan bahwa Beliau dekat bahkan sangat dekat dengan urat leher.

Tulisan saya mengajak anda untuk mengenal Allah dengan mudah, tapi akan menjadi sulit ketika anda mengatakan bahwa diri anda adalah awam dan susah mengenal Allah. Bicara tentang Allah SWT adalah bagaimana kita bersedia membuka hati dan pikiran dan yang paling penting adalah kesadaran kita tentang Allah itu dekat. kalau anda mau membuka diri maka Allah akan mengajarkan kepada kita step by step … semakin paham dan semakin paham. dan sekali lagi ini tidak ada hubungannya dengan awam atau tidak awam.

Bahkan juga sebaliknya jika kita merasa tahu dengan ilmu dan pikiran dan bukan dengan kesadaran maka inipun juga akan menjadi hijab. Misalnya seorang yang ahli ilmu tauhid.. yang merasa kenal dengan Allah dengan ilmu yang dimilikinya maka inipun akan menutup atau menjadi hijab. Kalimat Allah itu dekat , itu bukan menggunakan ilmu tapi menggunakan kesadaran. jadi kalau kita salah menggunakan alatnya maka apa yang kita dapatkan juga akan salah.

baiklah kalau anda mengikuti tulisan saya jangan menganggap diri anda ini orang yang awam, atau bahkan orang yang pintar … tulisan saya biasa saja. karena biasanya saya menulis bukan menggunakan pikiran tapi kesadaran, Jika anda memahami tulisan saya tidak menggunakan kesadaran tapi menggunakan pikiran pasti akan terjadi kebingungan…atau ketidak fahaman. dan kesalahan ini tentunya bukan pada saya tapi pada anda sendiri (maaf ini perlu saya sampaikan letak benar dan salahnya agar kita sama sama duduk dengan level yang sama yaitu kesadaran bukan pikiran)

Anda tidak perlu ambil pusing jika ada tulisan saya yang tidak sesuai.. .karena ini tulisan tulisan saya … tentu wajar jika dibaca oleh orang lain bila terjadi beda pendapat dan persepsi… by pass saja …. dari pada nanti anda mengolok olok saya itu malah menambah dosa anda sendiri. Jika memang cocok ya ambil jika tidak cocok ..lewat saja.

semoga kita tetap berTuhankan Allah SWT dan dijadikan saudara Se Iman. amiin ya rabbal alamin.

kampoeng sadar Allah belajar bersama tidak awam tidak ada alim... semua sama dihadapan Allah
kampoeng sadar Allah belajar bersama tidak awam tidak ada alim… semua sama dihadapan Allah