Dua unsur pada manusia dan potensinya

Manusia terdiri dari dua unsur yaitu unsur tanah dan ruh. Mula-mula Allah ta’ala menciptakan Adam dari tanah dan kemudiain ditiupkan ruhNya, sehingga manusia Adam itu menjadi hidup, mampu mengingat, berfikir, berkehendak, merasa mencintai, dan kemampuan-kemampuan lainnya. Hal ini ijelaskan dalam Surat As-Sajadah 32:9

Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuhnya Ruh (ciptaan) Nya dan dia menjadikakn kamu pendengaran, penglihatan, dan hati, (tetapi) kamu sedikit bersyukur.

Kejadian di atas mengisyaratkan bahwa Ruh dan jiwa merupakan dimensi yang berlainan, sekalipun keduanya tak terpisahkan selama manusia masih hidup. Kemampuan psikis atau kejiwaan manusia dapat berkembang setelah ditiupkan Ruh kedalam jasad, sehingga manusia dapat mendengar, merasa dan berfikir.

Keberadaan ruh ini, meskipun bukan dalam kontek agama, dinyatakan Viktor Frankl seorang tokoh psikologi humanis bahwa antara dimensi ruh dan dimensi jiwa tidaklah sama, dimensi ruhani inilah kita dapat dikatakan manusia.

Dijelaskan oleh Ali Shariati (dalam, Bastaman 1995) Ruh yang ditiupkan Tuhan kepada Adam adalah the spirit of God (Ruh Illahi). Unsur tanah dan Ruh seakan-akan kutub-kutub yang berlawanan tanah adalah unsur yang bersifat fisik, statis, mati dan letaknya rendah. Sedangkan Ruh Illahi sifatnya metafisis (gaib) dinamis dan menghidupkan dan letaknya luhur (tinggi). Unsur tanah melambangkan dimensi jasmani, sedangkan Ruh ilahi adalah unsur ruhani manusia. Keduanya berbeda tapi tak terpisahkan ketika manusia hidup.

Dua hal tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki dua kemungkinan yakni manusia yang dapat meraih derajat yang tinggi dan juga dapat mejerumuskan diri pada derajat yang serendah-rendahnya. Dengan kata lain manusia di satu pihak manusia dapat secara sadar mampu mengarahkan dirinya secara sadar menuju derajat ruhani yang luhur, tetapi lain pihak dapat mengumbar dorongan-dorongan jasmani yang serba rendah.

Disinilah letaknya kehendak bebas, manusia diberi kebebasan untuk memilih mendenkatkan diri ke kutub ruh Illahi atau ke arah kutub tanah, dan kebebasan atau freedom of will ini merupakan karateristik menusia yang tidak ditemukan pada makhluk lain, serta merupakan anugerah Tuhan yang khusus diberikan kepada manusia. Inilah keunggulan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya, ia memiliki kebeasan untuk menentukan jalan hidup yang ditempuhnya, lepas dari baik buruknya jalan hidup itu. Bahkan dalam beragama pun manusia diberi kebebasan apakah ia akan mengikuti jalan yang benar atau tidak (Surat Al-Baqoroh:256).

Dalam kajian psikologi humanistik freedom of will ini tidak dapat dilepaskan dengan tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil. Dengan demikian rasa tanggung jawab merupakan hal yang senantiasa dituntut dari manusia serta merupakanjuga salah satu karateristik eksistensi manusia. Dalam hal ini setiap orang harus bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnyadan memikul akibat perbuatannya itu, dalam istilah jawa disebut dengan ngunduh wohing pakarti

8 Replies to “Dua unsur pada manusia dan potensinya”

  1. Assalamu’alaikum Wr. Wb.
    Untuk merasakan dua unsur tsb. diperlukan laku atau praktek sehingga didapatkan suatu pemahaman ,yakni pemahaman yang betul-betul utuh bukan pemahaman hasil dari pemikiran kita.
    kalau pengertian Ruh dan jiwa masih sebatas teori dan persepsi selamanya kita tidak bisa mengetahui potensinya . Itulah satu kesadaran ruh yang dimiliki oleh Rosulullah dan sahabat-sahabatnya untuk menghadap,bertemu,berdialog dengan Allah SWT. Kalau kita menghadap ke Allah dengan kesadaran ruh itulah yang dinamakan nyambung, dalam bahasa agamanya disebut ihsan . Masalahnya sekarang maukah kita mangamalkan atau mempraktekan satu potensi yang telah dianugerahkan Allah kepada kita,atau sekedar kita hafalkan arti atau definisinya saja?

  2. betul & cocok sekali dengan mas mushofig,
    tapi bagaimana caranya, dan mengamalkan (laku) apa yg paling efektif untuk mencapai kesadaran ruh itu. ngaji sana sini udah, shalat juga sudah bertarikat atau apa ya mas …
    hatur nuwun

  3. Assalamu’alaikum Wr.Wb.
    Buat mas Ajib Wicaksono dan sahabatku seperjalanan menuju Allah semoga rahmat dan hidayah Allah selalu menyertai kita .
    Untuk mencapai kesadaran ruh itu memang diperlukan kesungguhan ,lha wong namanya perjalanan ya harus diniati dulu dengan sungguh-sungguh ( kalau dalam bahasa agamanya disebut jahadu ),dan obyek perjalanan kita hanya Allah.
    Cara yang saya lakukan nggak rumit-rumit amat mas ,sederhana aja kok dan insya Allah sama ap-apa yang dilakukan oleh rekan-rekan patrapis yang lain (halaqoh -halaqoh shalat centre). Terlebih dahulu sucikanlah diri dengan berwudhu, bila mungkin ,carilah tempat atau ruangan yang terbebas dari gangguan ini penting sekali untuk awal latihan agar bathin kita merasa aman dan tenang. Kemudian lakukan dengan duduk atau bisa juga kita lakukan dengan berdiri(saran saya lakukan dulu dengan duduk) ,duduklah yang rileks dan kendorkan otot-otot dan syaraf jangan sampai ada syaraf yang tegang walau kerutan antara dua mata kita.kemudian sadari “Aku”adalah yang hakiki,yang tidak pernah tidur,tidak mati ,bersifat abadi,selalu sadar dan tahu bilamana kita berbohong, tidak pernah mengalami kesedihan dan kekhawatiran .”Aku “adalah ruh suci yang ditugaskan untuk mengatur tubuh manusia yang terbuat dari tanah ,mengolah pikirannya,perasaannya agar sesuai kehendak-kehendak Ilahi.sang”Aku”inilah yang harus kembali pada asalnya.sadarkan sang “Aku” ,hubungkan dengan Zat Yang Maha Mutlak.Hadirlah dihadapanNya sebagaimana kesaksian “Aku” dialam ‘azali.Setelah kesadaran itu mulai muncul ucapkan basmalah dan dua kalimat syahadat serta sampaikan sholawat untuk rosulullah Muhammad SAW kemudian panggilah Allah terus menerus dengan santun dan penuh harapan agar ruh kita dituntun kehadiratNya.Ya Allah…..Ya Allah…..Ya Allah…..Ya Allaaah…..Ya Allaaaaaah…….bila perlu mohonlah pada Allah agar hati kita dibuka oleh Allah sehingga kita dengan mudah menerima pengajaran -pengajaran dari Allah. Panggillah Allah terus menerus sampai ada respon dari Allah yang biasanya tubuh kita digetarkan, dada kita dilapangkan, hati kita ditenangkan,hal tsb. jangan dilawan ikuti saja gerak Allah dan kuatkan terus niat kita ke Allah sambil terus panggil Allah.
    Lakukan latihan tsb. dengan intens sampai kita dapatkan kesadaran ruh itu utuh bukan kesadaran yang digagas oleh pikiran atau otak kita.Biasanya dzikir kita menjadi didzikirkan .
    “Dan barang siapa bersungguh-sungguh datang kepadaKu maka Aku tunjukkan jalanKu”(Al Ankabut,29:69)
    Demikian mas tips laku yang sering saya lakukan baik sendiri maupun latihan bersama teman-teman baik dengan duduk atau berdiri(patrap gerak).Dan Alhamdulillah luar biasa hasilnya bagi saya sebagai sarana pembentukan mental berketuhanan dan hidup yang serba Tuhan (Ihsan).
    Mohon koreksi dari rekan-rekan patrapis yang lain,bilamana yang saya sampaikan kurang lengkap ,karena saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan dan saya tak lepas dari khilaf dan salah semoga Allah mengampuni kesalahan serta kekhilafan kita Aamiin Ya Robbal “alamin.
    Buat mas Setiyo matursuwun atas tumpangannya mohon ma’af lahir dan bathin.Mas Ajib…. selamat berlatih ya mudah-mudahan Allah memudahkan perjalanan anda.

  4. terima kasih tak terhingga saya haturkan untuk mas Mushofig telah memberi penerangan dg tulus ikhlas dan sangat jelas, simpel, aplikatif, dan hasilnya alhamdulillah mulai terasa.

    Juga mohon maaf & terima kasih untuk Pak Setiyo, saya diijinkan nongkrong dirumah panjenengan ngobrol2 sama mas Mushofiq.

    Salam dan maturnuwun

  5. Banyak pencerahan-pencerahan. Banyak yang sedang mencari ke Yang Maha Tunggal meskipun lewat cara yg berbeda tp dengan muara yang sama. Ada juga yang lewat duduk diam saja…cukup mendiamkan diri tubuh ini. Buang semua pikiran, isi dengan ALLAH di hati dan selanjutnya ikuti saja….ini juga sebuah wacana…..

Leave a Reply to ajib wicaksono Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.