Etika belajar khusyu

ada satu etika ketika kita belajar khusyu yaitu tidak boleh menilai ketidak khusyuan orang lain. sebab masalah khusyu adalah masalah hidayah dari Allah SWT jadi misalnya kita sudah mendapatkan kekhusyuan itu maka kita tidak boleh menilai orang lain. Khusyu layaknya rejeki tidak boleh di sombongkan dengan menganggap diri lebih baik dari pada orang lain.

tulisan ini sekedar mengingatkan saja kepada kawan kawan dan khususnya bagi saya sendiri untuk tidak menilai sholat orang lain. Ilmu khusyu yang sudah kita terima dan rasakan bukan menjadi alat pembeda sholat kita dengan sholatnya orang lain.

ada satu saran untuk menghindari penilaian kepada orang lain. ketika berada di masjid tundukkan pandangan jangan melihat sholat orang lain. ……..mungkin pembaca lainnya ada yang memiliki tips silahkan tulis di komen …

CategoriesUncategorized

3 Replies to “Etika belajar khusyu”

  1. Assalamu’alaikum wr.wb.
    Terimakasih Pak Ustad.! Memang Khusyu’ itu yang bisa merasakan orang ybs yang mendapat kekhusyukan dari Allah dan Allah-lah yang mengetahui sampai dimana kekhusyukan orang tersebut untuk konsisten nyambung ke Allah. Jadi sangat tidak boleh orang yang merasa mendapat kekhusyukan dalam sholat untuk menilai kekhusyukan slolatnya orang lain, dan Saya percaya orang yang sudah mendapat kekhusukan sholat dari Allah, maka orang itu tidak ada sedikitpun atau tidak punya keinginan akan menilai orang lain apapun bentuk penilain itu kepada orang lain, yang ada adalah ketawadukan, rendah hati ,sangat menghargai orang lain dan sifat baik lainnya dan dia cerdas , waspada serta bijaksana karena terbimbing dari kekhusyukan yang telah diberikan oleh Allah kepada orang tersebut.
    Maaf agak panjang niih.. Pak Ustad .! .semuga sehat dan dalam lindungan Allah swt
    Amii..n Wasalamu ‘alaikum wr.wb.

  2. kalau melihat sholat orang lain, informasi ini diolah otak/ pikiran dan trus dibikin persepsi oleh otak / pikiran, sehingga sholat kita tidak ingat Allah ( wa aqimishsholaata lidzikrii – Thoha 14) atau ingat Allah cuma sedikit , maka kita bisa termasuk orang munafik 4:142 . Kok maunya kita dipecundangi oleh kelakuan persepsi otak/ pikiran yang selalu berusaha mengalihkan perhatian kita dari Allah. Kalau hal ini terjadi , teguhkan pendirian , kuatkan dzikir/silatun ke Allah , jangan digubris kelakuan persepsi otak/pikiran . Kira kira gitu

Leave a Reply to Setiyo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.