kutu buku tanda kebodohan

selama ini penggalakkan kutu buku menjadi sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan berikuti rentetan perpus dan lain sebagainya. baca buku sih bagus bagus saja tapi kalau sampai mengalahkan kamauan untuk meneliti dan menulis wah kita akan selalu jadi umat yang selalu ketinggalan.
buku dibuat oleh orang yang meneliti (itu kalau hasil penelitian, lebih parah lagi kalau hasil kopi paste) nah kalau kita membaca buku berarti kita mempelajari dari hasil penelitian orang lain.. berarti kita akan selalu ketinggalan dan ketinggalan.
untuk itu dunia pendidikan ini seharusnya yang dikuasai oleh siswa adalah pembangkitan intuisi untuk meneliti dan mengamati. dari sinilah nantinya akan membentuk manusia yang produktif. produktif dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
kita ini selalu di pecundangi oleh ilmuwan barat dimana setiap meneliti harus berdasarkan penelitian yang sudah ada, daftar pustaka di buat berderet deret…. jadi semakin banyak daftar pustaka semakin nge top…. , coba sekarang kita lihat sigmund freud, adler, maslow dan lain lain.. beliau ilmuwan sejati karena mendasarkan ilmunya pada pengalamannya bukan pada dasar teori yang sudah ada. sehingga ilmunya orisinil dan dipakai sekarang (yang seharusnya harus ditinggalkan)
ilmu berkembang seiring dengan perubahan jaman.. nah ini yang menguasai adalah orang yang selalu update ilmunya yang berdasar pada perubahan jaman tersebut bukan pada buku yang baru terbit.
nah kutu buku harus segera kita tinggalkan, islam tidak mengajarkan untuk kutu buku, tapi islam mengajarkan untuk mengamati, meneliti, melihat, berpikir terhadap alam semesta.
cara berpikir kita harus melewati buku yang sudah ada bukan merujuk buku tersebut atau buku tersebut menjadi patokan.
kita sadar bahwa buku itu adalah hasil penelitian… orang cerdas adalah orang yang meneliti sendiri kemudian membukukan atau menuliskannya. orang mau baca terserah nggak terserah… bikin buku bagi seorang yang cerdas tidak untuk laris larisan atau komoditi perdagangan tapi untuk catatan bahwa telah dilakukan pengamatan atau penelitian.. dan yakin bahwa apa yang diteliti sebentar lagi akan berubah.. dan berubah.

9 Replies to “kutu buku tanda kebodohan”

  1. Iya,, betul..kita perlu inovasi dan kreasi..
    Mengamati hal-hal di sekitar kita dengan leboh peka terhadap kehidupan dan alam..

    Tapi membaca ataupun menjadi kutu buku, bukanlah hal yang tidak perlu.. Positifnya, orang yang banyak memiliki referensi bacaan dan ilmu akan memiliki pola pikir yang lebih luas dan berkembang ketimbang orang yang tidak mau atau sedikit membaca.
    Bagaimana semua bahan penelitian bisa kita pelajari sendiri, karna kepekaan setiap orang itu tidak sama besar..kecuali kita dapati lewat buku. Jadi tahap2 nya lebih cepat, ketika kita bereksperimen langsung, kita sudah punya gambaran. Bahkan penelitian kita dapat menjadi bantahan bagi penelitian yang telah ada yang kita baca..
    Selain itu dengan banyak membaca teori-teori yang telah ada, kita pun semakin terpacu.
    Munkin, yang kurang tepat bukan masalah kutu buku itu, tapi bagaimana pendidikan formal dapat membentuk kita lebih inovatif dan kreatif dengan kegiatan praktek dan penelitian.

    Terima Kasih atas tulisannya…=)

    1. ya, ada tingkatan… pertama orang yang tidak mau membaca baik itu membaca buku atau membaca alam semesta (iqro) tingkatan kedua, orang yang hanya membaca buku saja… (ini lumayan) ada tambah wawasan.. meski sudah tidak up date, yang ketiga adalah orang yang mau membaca alam semesta (iqro).. yg nantinya bisa bikin buku….

  2. setuju banget….bahkan saya sekarang sedang menyusun sebuah buku sederhana hasil dari pengamatan dan refleksi diri 🙂 doain aja semoga segera terbit karena tujuan utama saya hanyalah memberi manfaat bagi orang lain.

  3. Setuju mas Pur, semoga rahmat dan hidayah Allah SWT selalu dilimpahkan pd qt smua. Semoga “strom” dari Allah SWT (pinjam istilahnya Ibu Marwah Daud) semakin bertambah besar khususnya pd mas Pur dan juga pd qt smua. Amin.

  4. Sayangnya dunia akademis belum membebaskan skirpsi/thesis/desertasi ditulis tanpa rujukan/referensi dari buku-buku yang sudah ada ya… Jadi ya tetap harus banyak baca buku, kumpulin buku terkait. Pikiran ‘sendiri’ (walaupun hasil membaca buku) belum dapat dihargai…. salah-salah dicekal dan dituduh njiplak…. wirang….lah.

  5. Wah…bagus juga, Mas! Sepertinya, meng-kutubuku-kan orang itu ya ke sana maksudnya. Membuat orang kemudian mau berkarya. Kalo membaca buku saja enggan, bisa-bisa kalopun ia ternyata menulis, e malah ngga bisa meraba apa yang perlu disampaikan dari tulisannya itu…

  6. w kutu buku juga si meski g parah parah amat. suju am pernyataan anda (tp w mungkin lbh cocok dsb kutu chatting s) yup kreatif bkn karya

Leave a Reply to maswi Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.