Maqom spiritual siapa yang tahu?

ada ungkapan bahwa yang mengetahui wali adalah wali. sayapun agak meragukan pernyataan ini, apa iya jika dia wali bisa mengetahui seseorang lainnya wali? keadaan spiritual tidak pernah sama dari hari ke hari bisa naik dan bisa turun.  yang membuat saya sangat tidak setuju ketika seorang yang “merasa walli” memberikan judge kepada orang lain bahwa dia belum sampai, dia belum paham, dia baru tingkatan ini dan itu. Perilaku orang yang merasa wali ini tentunya bukan menunjukkan kewaliannya (jika benar dia wali) tapi justru menunjukkan ke egoisannya yang tinggi, seolah dirinyalah yang paling wali, paling sufi.

seorang menjadi wali atau bukan, tidak ada hubungannya dengan kemampuannya berceramah agama, kesaktian, atau lainnya. karena  masalah wali ini adalah masalah beliau dengan Tuhan, jadi hanya dia dan Allah sajalah yang tahu. Misalnya saya memiliki kekasih orang lain pasti tidak tahu mana kekasih saya. Karena kasih sayang saya hanya saya dan orang yang saya kasihi saja yang tahu.

lagian, seorang wali itu tidak seperti pelantikan gelar profesor … tidak ada pelantikan, tidak ada wisuda. jadi dari mana kita tahu bahwa dirinya adalah seorang wali.

Maka kita wajib berhati hati dengan orang orang yang secara implisit menyatakan bahwa dirinya adalah wali dan mengetahui orang lain wali atau tidak.

Kita dalam belajar spriitual tidak boleh silau dengan kesaktian, sabda pandito ratu, kemampuan menyembuhkan dan lain lain…. karena itu bukan ukuran kewalian.  kalau mau menggunakan ukuran yang lebih mendekati tingkat kewalian itu adalah akhlaknya misalnya tidak mau memperbincangkan kejelekan orang lain, tidak mau bersumpah sumpah… demi Allah demi rasulullah….. tidak mau memamerkan kemampuan yang dimilikinya… tapi inipun bukan suatu yang pasti juga.

Maqom spiritual atau maqom kewalian tidak ada yang tahu, karena tidak tahu bersikaplah yang wajar kepada guru atau kyai kita jangan over manutan. bersikaplah hormat tapi jangan sampai kita taklid buta … ingat ini adalah hijab. kita tidak tahu maqom beliau dan beliaupun juga tidak tahu maqom kita.

 

1 thought on “Maqom spiritual siapa yang tahu?”

  1. Ashabina Hadza

    Alhamdulillah, tak rasak rasakke ,memang harus begitu, masak wali harus bilang saya wali..? akhlaqnyalah yg bisa menunjukkan ke-waliannya. Semoga Allah berkenan kepada hamba-hambaNya yg justru tidak enunjukkan ke ‘wali’annya.
    kalimat : bersikaplah hormat tapi jangan sampai kita taklid buta manutan. adalah kehati-hatian kita, tapi bisa juga (kesombongan) kita. nerhati-hatilah.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Scroll to Top