Ada pilihan yang seharusnya tidak harus dipilih kalau dua dua nya bisa kita lakukan, namun saat ini nampaknya sulit. Jamaah sholat khusyu biasanya dihadapkan pada pilihan ingin sholat berjamaah dengan pahala 27 kebaikan, atau sholat dengan khusyu. jelas ini pilihan yang sulit. kenapa sih kok kalau jamaah sulit untuk khusyu, tapi kalau sholat sendiri kok sholatnya bisa lebih khusyu. ….
monggo silahkan di tanggapi…
Sukar untuk buat pilihan. Kalau solat berjamaah rasa seperti tidak bersolat ( terlampau cepat), tetapi kalau solat sendirian ada terasanya seperti bersolat.
demikianlah Pak Rodzi, tapi insya allah dengan terue menerus kita belajar khusyu insya allah bisa berjamaah dengan khusyu
lebih mantap bisa jaah tapi khusyuk……monggo enggal2 budayakan sholat khusuk…
jangan terpesona dengan 27 derajat, utamakan tujuannya dulu
lebih baik makan singkong beneran daripada makan roti tapi ngimpi, jamaah sholat di masjid/surau itu memang dapat 27 derajat tapi ngimpi, karena habis sholat nggak dapat apa-apa selain janji pahala mbesuk di akhirat.
apa singkong nya menikmati sholat di rumah mas?
kalau njeng Rasul gak nyuruh kita selalu berjamaah, mungkin kita akan selalu shalat sendiri. Kalau pun imam gerakannya cepat, asal selama itu kita ihlas menyerahkan diri kepada Allah (hanifan muslimah), taat pada aturan untuk mengikuti imam semata karena Allah (ihlas), insya Allah, kita selalu nyambung dengan Allah.
Selanjutnya, iringi dengan shalat rawatib sendiri, sekhusyu mungkin. Insya Allah itu cukup menutupi kekurang kusyu’an pada saat jama’ah.
Yake loh ya….
menutupi maksudnya bagaimana pak, apa tidak khusyu tidak apa apa begitu….
ya bukan to Pak…
maksud saya…in case, kalau2 pas shalat jamaahnya gak khusyu karena imamnya terlalu cepat. sebisa mungkin sih semua shalat harus khusyu.
oh ya pak…. sebisa mungkin ya pak…..
saatnya dakwah shalat khusyu’ menyasar ke para ustadz/kyai/ulama. umumnya kan mereka itu yang jadi imam di masjid/mushalla. nek kena sirahe, buntute katut…mangga….
yake loh ya…