memisahkan jasad dan Ruh

Hijr ayat 29, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya (jasad) dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh (milik)-Ku maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud”

 

Pertama kita harus memahami mana yang jasad dan mana yang Ruh, emnggunakan apa kita memahaminya? menggunakan jiwa. jiwa bisa menyadari oh ini jasad.. ohh ini Ruh. nah ketika kita sudah paham dalam sholat dua hal ini harus kita tempat kan sesuai porsinya. dan jelas ketika kita sholat, karena niat nya sudah lillahi taala maka berarti kita mengikuti Ruh bukan mengikuti jasad… jasad sudah kita program untuk mengikuti syariat di dalam sholat yaitu membaca dan bergerak sholat.

terbangnya jiwa bersama Ruh untuk kembali kepada Allah biasanya memakan waktu yang agak lama, maka perlu jasad untuk bersabar… dimana hal ini kita lakukan dengan tumakninah. keterpisahan ini sebenarnya mirip ketika kita hendak tidur dimana jasad ditinggalkan Ruh

” Allah yang mengambil roh manusia pada saat kematian mereka,dan yang belum mati dalam tidurnya. Allah menahan roh orang yang telah ditetapkan ajal kematiannya, dan melepaskan yang lain (ke badannya) sampai waktu yang ditentukan.” (QS. Az Zumar:42)

dalam sholat pun demikian, jadi tidak perlu khawatir untuk tidak kembali, seperti tidur kita juga tidak pernah khawatir untuk tidak bangun lagi… kata Ust Abu .. kalau kita khawatir tidak hidup lagi setalah tidur kita maka kita tidak akan tidur. keterpisahan dalam tidur kita lakukan dengan sikap relaks sikap pasrah dan rela nah persis ketika kita hendak melakukan sholat yaitu dengan pasrah dan rela (baca al baqoroh ayat 46) .

untuk itu kita harus banyak belajar lagi tentang sholat, karena belajar memisahkan jasad dan Ruh ini memakan waktu yang lama perlu adanya keistiqomahan sehingga pelan pelan kita dipahamkan Allah.

CategoriesUncategorized

5 Replies to “memisahkan jasad dan Ruh”

  1. Mohon maaf ini kepahaman saya, boleh berbeda (39:18 39:23 45:23)

    Kalau kita mau konsisten di bahasa arabnya (mohon dibaca arabnya) di surat Al Hijr (15:29) bhs arabnya RUH artinya RUH. Tapi di surat Az Zumar (39:42), bhs arabnya ANFUS (An Nafs) panjenengan artikan RUH juga.
    Di 32:9 RUH panjengan artikan apa coba ?? terus Allah menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati diartikan apa?

    Kemudian ayat2 dibawah ini An Nafs panjengan artikan RUH apa JIWA
    Maka Allah ilhamkan pada (91:7-10), petunjuk ke (32:13), dibalas (39:70), yang sempit (9:118) yg masuk surga (89:27-30) masuk neraka (75:2) yang tahu apa yg dikerjakan (81:4) (82:52).

    Manusia terdiri 3 unsur
    Jasad : di surat 23:12-14 (dr saripati tanah, mani, darah, daging, tulang, daging disebut jasad.
    Ruh : di surat 32:9. Cirinya ada 4 (bergerak, nafas, hangat, tumbuh)
    Jiwa : di surat 32:9 (pendengaran, penglihatan, hati) lebih kompletnya panca indra + hati dan pikiran. Atau bahasa keren orang menyebut An Nafs
    NYAWA : gabungan ruh dan jiwa

    Gabungan Ruh dan Jiwa disebut Nyawa. Maka orang mati (29:57) diambil nyawanya ato diambil ruh dan jiwanya, sedang orang tidur hanya diambil jiwanya. (39:42), tapi ruhnya masih ada.

    Beda MAYIT dan PENJAGA MAYIT YANG LAGI TIDUR yaitu
    Si mayit tidak gerak, Tidak nafas, tidak hangat, dan tidak tumbuh karena tidak punya nyawa (ruh dan jiwa),
    Tapi penjaga MAYIT tetap gerak, nafas, hangat dan tumbuh karena masih ada ruhnnya, tetapi tidak bisa MENDENGAR, MERASA, MELIHAT, BERFIKIR karena JIWA nya sedang tidak ada.
    Inilah beda JASAD, RUH, JIWA, dan NYAWA.

    Kalau jantung kita berdetak , bernafas, tetep hangat ketika kita tidak sadar (tidur/pingsan) atau ketika kita sadar (tidak tidur/tdk pingsan), apa yg bekerja ? Mungkin dijawab Allah. Betul tapi gimana caranya, itulah Allah menciptakan ruh yang ditiupkan yang akan tetep bekerja walaupun jiwanya diambil. (ketika tidur)

    Kalau jiwa dan ruh pergi jadinya mati. Tapi kalau jiwanya yg pergi mungkin saja tapi gak sadar.

    La kalau sholat, emang nabi kalau sholat nggak sadar??? Nggak ada ruh nanti nggak bisa gerak ??? atau nggak ada jiwa… loh nanti pas salah diingatin makmumnya nggak tahu… wong jiwanya nggak ada berarti sedang tidur/pingsan…

    Khusyuk itu di 2:45-46 itu kan baru meyakini AKAN ketemu Tuhan, emang sudah ketemu Tuhan???
    Kalau panjenengan sholat ketemu Tuhan, saya mau tanya wujud Tuhan kayak apa?? Kan katanya ketemu.

    Mohon maaf hanya sekedar sharing, tapi mohon diupload spy bisa didiskusikan.

  2. assalaamu’alaikum

    nyuwun sewu, aku yang newbie dalam dunia shalat khusyu tertarik banget dengan diskusi ini. Keduanya Insya Allah diberi kelebihan ilmu yang mumpuni, moga sharenya bermanfaat bagi semua pembacanya.
    Sudah agak lama mempelajari shalat khusyu versi al mukarram Ustadz Abu Sangkan, meski keputus-putus belajarnya…yang paling sulit dari shalat khusyu itu bagi aku adalah menyadari bahwa “ini loh yang lagi shalat…ngadep Allah ini adalah ruh…bukan yang lain…bukan nafs…bukan jasad…” Ini bagian yang sangat sulit aku lakukan.
    Sang Ruh atau “sang aku” sulit sekali aku temukan keakuannya dalam praktek shalat ini. Saking sulitnya, sering kali muncul pertanyaan, apa aku bodo tenan…atau emang teori tentang ruhnya yang keliru.
    Tapi anehnya (…sedihnya kale) ko ada toh orang yang bisa shalat dengan keyakinan bahwa yang shalat itu adalah sang ruh..bukan yang lain.
    Pernah juga liat2 di webnya shalat center, ternyata keluhan aku juga dirasaan ma orang lain, dan mendapat petunjuk dari pengelola web, bahwa jangan dipikirin ruh atau nafs atau apa pun ketika shalat…yang paling pentiing adalah pasrah…pasrah…
    Satu lagi kebingungan aku, aku mencoba untuk “ga mikir” karena katanya ga usah pake mikir yang penting pasrah…toh ketika kita mo tidur kita ga pake mikir…yang jadi kesulitan aku adalah seringnya muncul pertanyaan dalam diriku sendiri, kalo ga pake mikir lantas gimana aku bisa ngucapin rangkaian bacaan shalat…fatihah…surat pendek …bacaan ruku dst…semuanya itu aku rasakan dilahirkan lewat proses berfikir. Aku pikir aku ga bisa shalat tanpa mikir …gitu loh…
    Jadi…tolonglah wahai hamba Allah yang sudah mencapai titik pertemuan ruh dengan Allah…tolong ajarin..ajakin aku yang merindu.
    Mengenai pertanyaan ustadz Anto “Kalau panjenengan sholat ketemu Tuhan saya mau tanya wujud Tuhan kayak apa?? Kan katanya ketemu”, rasanya pertanyaan yang kurang pas…karena Ustadz Setiyo tentunya tidak bertemu secara fisik…tetapi lebih pada “pertemuan spiritual” pertemuan sang ruh dengan Allah..jadi ga perlu rasanya ditanyakan, kaya apa sih Tuhan yang sampeyan temui ketika shalat. Lagian satu pertanyaan buat ustadz Anto, kalo shalat ga ketemu Tuhan, lantas kita ketemu sapa dong? apa ga ketemu sapa2…karena ustadz berpendapat bahwa shalat itu “baru akan ketemu” jadi pas shalat kita melayang ga ketemu sapa2…
    Satu lagi ustadz Anto, dalam salah satu hadits (jangan tanya riwayat sapa ya…or shahih or dhaif) bahwa ada dialog antara Allah dengan hambaNya yang shalat, utamanya ketika membaca Al Fatihah…nah…ini piye ustadz, kalo misalnya shalat kita ga ketemu sapa2…lantas yang berdialog dalam shalat seperti kata hadits itu sapa ya…? mohon penjelasan loh…dari kedua ustadzku ini….makasih…

    1. ketemu nggak ketemu yang penting selama sholat kita sadar sedang menghadap Allah. sederhana saja ya

  3. subhanallah…..
    bukankah sholat mi’rajnya seorang mukmin… dalam rangka berkomunikasi dengan sang khalik, sehingga dengan pemikiran bahwa sang kholik maha suci haruslah dihampiri dengan sesuatu yang ‘suci’…….. yang suci dalam diri kita konon adalah ruh….. maka banyak faham hakikatnya shalat adalah perjalanan ruhani mendekatkan diri sebenarnya menuju sang khlalik. Masalahnya apakah kita sudah mengenal ruh kita sehingga mampu membimbing menuju sang khalik ?…….. kalau anda setuju dengan faham ini …. kenalilah dulu ruh anda
    Para ulama salaf memandang shalat sebagai ibadah yang sempurna karena didalamnya terjalin keragaman bentuk ibadah : ibadah hati, ibadah pikiran, ibadah badan, ibadah lisan. Tidak dikatakan sempurna shalatnya ketika hati blm benar meng’iya’kan ibadah hanya karena allah, tidak sempurna shalatnya ketika akal pikiran dan hati kita masih tertuju bukan untuk shalat, tidak sempurna ketika gerakan-gerakan sholat dan lisan kita belum sempurna seperti yang dilakukan nabi seperti yang diterangkan dalam kajian fiqih….. so…… sbgi orang amam…… berupaya untuk menjaga itu semua dengan selalu berserah diri, mengakui segala kelemahan diri dengan pengharapan semoga Allah memberikan ampunan, pemahaman serta penerimaan……. smoga kita sudah tergolong orang yang khusuk….. Ha ha ha….. sok tahu. Astagfirullah semoga Allah memaafkan dan mengampuni. Wassalam.

  4. maaf numpang urun rembug, kalau menurut aku jiwa itu ibarat kapten kapal terbang,pikiran itu pilotnya,jasad itu kapal terbangnya dan ruh itu sistem navigasinya supaya tidak salah arah.kapten kapal bisa memerintahkan pilot untuk mengendalikan kapal terbang,dan minta tolong kepada sistem navigasi supaya terbang di jalan yang benar.Kapten kapal terbang bertanggung jawab penuh dan akan dimintai pertanggung jawaban.sekali lagi maaf tidak ilmiah banget

Leave a Reply to ki tapak Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.