mendalami bi ismi Allah (1)

perbuatan manusia atau perbuatan Allah? demikian kira kira penegasan Allah dalam bismillah… yaitu mengatasnamakan semua perbuatan adalah Allah. kalimat ini merupakan afirmasi dari rancunya atau malah kesombongan kita yang mengaku bahwa perbuatan ini dari aku. dengan mengatasnamakan semua perbuatan dari Allah berarti kita membiarkan Allah untuk bertindak dalam diri kita. inilah pengakuan terdalam dari seorang hamba yang memang tidak bi sa apa apa.
allah mengalir dalam semua perbuatan manusia, masalahnya tinggal kita mau mengakui apa tidak bahwa perbuatan itu berasal dari Allah.
saya yang sedang mengetik ini dan pikiran saya mengalir hingga berbentuk tulisan ini merupakan pekerjaan Allah yang mengalir dalam otak dan tangan saya. pernyataan saya ini tidak sombong bahkan saya menghormati sepenuhnya bahwa Allahlah sang Penguasa Mutlak atas diri saya.
saya tidak peduli lagi apakah jabariyah atau qodariyah…. saya hormat dan mengakui Allah lah yang bergerak dan berpikir.
kembali kepada bismillah. setiap perbuatan yang kira kerjakan kita awali dengan membaca bismillah ini hal ini tidak berhenti kepada kata atau kalmat bismillah saja tapi kalimat ini sebagai penyadaran kepada kita tentang Allah lah yang berbuat bukan kita dalam bahasa NLP kata bismillah ini menjadi “anchor” untuk menuju pada kesadaran mutlak yaitu Allah taala.

CategoriesUncategorized

6 Replies to “mendalami bi ismi Allah (1)”

  1. Ada pertanyaan pak…kalau saya merasa bila perbuatan itu baik n benar itu datangnya dari Alloh taapi jika tidak itu datangnya dari saya dg nafsu amarah saya..apa pendapat saya benar?

  2. Maaf sebelumnya, banyak tulisan2 bapak yang sangat menarik dan menambah pemahaman saya, tapi untuk yang ini mungkin saya terlalu bebal sehingga kurang atau belum atau gak bisa memahami.
    Perbuatan manusia atau Allah….
    1. Ada perbuatan jahat/jelek ada perbuatan baik, tapi itu semua terkadang terlalu subyektif meskipun mungkin ada acuannya. Perbuatan yang kita lakukan dengan sadar berarti melalui otak kita. Kita adalah manusia yang dilengkapi dengan nafsu dan tergantung kita untuk memilih, tapi kita tetaplah manusia, kita hanya berharap pilihan kita sesuai dengan kehendak Allah. Kalu perbuatan Allah pastilah tidak salah dan tidak melalui otak kita, pasrah

    2. Nabi Muhammad saw adalah manusia paling dekat dengan Allah, beliau tetap sering bermusyawarah dan setahu saya beliau tidak pernah berkata seperti yang dikatakan Syeh Siti Jenar atau saya yang belum tahu.

    Mohon lebih dijelaskan.

    1. terimakasih pak Zain Kiswari, terimakasih juga telah beri kommen, Pak Kis maaf saya agak kesulitan untuk menjawab yang nomor satu, mohon lebih diperjelas yang bapak tanyakan apa.. kalau yang kedua saya akan mencoba maaf kalau salah.
      Musyawarahnya rasulullah merupakan perintah Allah pak, jadi beliau menjalankan musyawarah itu karena memang di perintah Allah bukan karena rasulullah tetap manusia yang diberi keistimewaan… syeh siti jenar ajarannya bukan yang di ucapkan pak tapi apa yang beliau terima selama mendekat ke Allah…. kitapun insya Allah jika mendekat dengan totalitas dan dengan kesungguhan akan melewati tahap tahap seperti yang dirasakan syeh siti jenar, kalau Bapak pegangannya kepada apa yang diucapkan …. bahwa apa yang diucapkan syeh siti jenar tidak pernah diucapkan rasulullah …. ya susah juga … tapi kalau apa yang dirasakan saya kira rasulullah pun mengalami hal yang sama… bahkan mungkin lebih tinggi tingkatan tentunya….pernah rasulullah itu ragu ketika akan memanah musuh … lalu ayat turun wahai Muhamamad bukan engkau yang melempar tapi Aku (allah), nah dalam keadaan ini ketika rasulullah melempar panah bukan rasulullah yang memanah tapi Allah… berarti musuh yang terkena anak panah bukan rasulullah yang membunuh tapi Allah.

  3. Assalamu’alaikum war.wab. Sebelumnya terima kasih atas tangapannya dan banyak mohon maaf

    1. Pada poin ini intinya pada di kalimat “Saya yang mengetik ini dan pikiran saya yang mengalir hingga berbentuk tulisan ini merupakan pekerjaan Allah yang mengalir dalam otak dan tangan saya” Pertanyaannya adalah bagaimana jika tulisannya ternyata adalah salah atau tidak sesuai dengan ajaran Islam? apa kemungkinan itu mustahil?

    2. Sungguh saya ingin sekali merasakan apa yang bapak rasakan ketika mencapai khusuk. Dalam kontek Syeh Siti Jenar (saya hanya ingat sepotong-sepotong) saat beliau mengatakan “Ana al Hak” adalah ketika ada orang bertamu, yang ingin bertemu Beliau (Syeh Siti Jenar), beliau mengatakan bahwa Syeh Siti Jenar tidak ada yang ada adalah Allah, inilah yang saya maksud nabi tidak pernah mengatakan. Nabi adalah nabi dan tetap manusia sedangkan Allah ya Allah Sang Kholik. Menurut saya, maaf, khusuk bukan berarti manunggaling kawula lan gusti tetapi dialog antara orang yang menerima khusuk dan Allah, sehingga orang tersebut bisa merasakan nikmatnya atau suasana dialog tersebut. Mohon dijabarkan
    Wassalamu’laikum war.wab.

    1. waalaikumnsalam, salah dan benar adalah dari Allah pak, syetan pun atas ijin Allah. tapi kalau kita selalu ingat kepada ALlah maka Allah selalu memberikan jalan hidayahnya, jadi rasanya tidak mungkin kita berserah kepada Allah kemudian Allah memberikan jalan yang tidak benar. ketika saya menyadari bahwa ALlah lahyang sedang mengetik. ini adalah pengakuan murni dari seorang hamba yang memang tidak bisa apa apa, yang saya minta hanyalah petunjuk dan tuntunannya.
      untuk pertanyaan kedua saya berdoa semoga Bapak dapat merasakan dengan apa yang saya rasakan, sebab ini wilayah rasa yang nyata nyata saya rasakan, bukan menunjukkan bahwa hal ini berada pada level atas namun masalah kenyataan dan keadaan kejiwaan. sekarang kita tidak perlu gunakan istilah menunggaling kawula gusti pak, namun kita cerita pengalaman saja… karena istilah menunggaling kawula gusti sudah terlanjur negatif dipikiran kita, dan pikiran ini akan membuat blocking mental tersendiri … baik pak saya akan tulis tentang blocking mental menaunggaling kawulo gusti ini…..

  4. assalamualaikum.
    sebenarnya isim allah sangat mendasar sangat sangat mendasari akan segala galanya… sehingga sangat mendasarnya hingga lenyap,,,,
    ini adalah titik nol… dan ini juga adalah titik puncak..
    tak bisa di cerna dengan akal, karna ini bukan ranah kuasa logika… dan tak perlu di perdebatkan…. kalau belum bisa menerima, lebih baik jangan di permasalahkan..
    diem aja… nyantai…
    dan kepada kita yg mengetahui akan hal ini… kiranya jangan di publikasikan.., karna inibukan konsumsi umum, bisa menimbulkan selisih faham dan keyakinan… lebih berbahay lagi kesalahan persepsi tentang “perbuatan”
    memahami hal ini tak bisa dari satu arah pemahaman, harusd menyadari akan keseluruhannya tapi nitu tak mungkin hanya di lakukan dengan mantengin layar komputer..

    allah… allah… lahaula walaquwwata illa billah..

Leave a Reply to Setiyo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.