mengikuti Hawa nafsu, Akal atau Ruh

saya akan fokus kepada apakah kita mengikuti akal kita atau ruh kita dalam bertindak. sebagian kita mungkin masih beranggapan bahwa antara akal dan ruh tidak ada bedanya. JELAS ada bedanya antara akal dan ruh. coba kalau kita lihat cerita nabi musa dan nabi khidir. Siapa yang mengikuti akal dan siapa pula yang mengikuti Ruh. Sekarang mari kita bermain main untuk membahas ini. akal diberikan Allah untuk berfikir, sedangkan Allah memberikan Ruh untuk diikuti. dari sini kita jelas bahwa kalau kita mengikuti akal maka kita akan berfikir atau melakukan aktivitas berfikir. sedangkan kalau kita mengikuti Ruh maka kita tinggal mengikuti saja (kadang tidak sejalan dengan akal, apalagi hawa nafsu).

 

 

 

 

 

saya akan memberikan contoh sederhana. ada seorang ustad, setelah beliau selesai memberikan ceramah

1. Level hawa nafsu :beliau sangat mengharapkan setelah ceramah mendapatkan imbalan berupa uang.

2. Level Akal : Menolak pemberian amplop setelah dia memberikan ceramah, dengan alasan agar dia ihlas dan agar dianggap orang lain ihlas. Ustad ini mengikuti akalnya, karena dengan menolak uang pemberian tersebut dirinya dianggap orang yang “ihlas”.

3.  Level Ruh : dia menerima uang dengan bersyukur kepada Allah dan berterimakasih kepada semua jamaah yang telah memberikan uang tersebut kepada dirinya. Ustad pada level ini adalah level tertinggi karena ustad ini berani menghancurkan egonya dengan menerima uang setelah dia selesai memberikan ceramah. Pada level ini orang sudah tidak mempedulikan lagi ego nya, mau di ejek dihina “ustad bayaran”, atau apalah , ustad ini tetap tidak goyah. Penghancuran egonya dengan menerima uang inilah yang menyebabkan dia memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah.

mengikuti Ruh tidak akan dapat diikuti oleh orang yang terlalu mengandalkan ego dan akalnya. demikian pula mengikuti akal tidak akan dapat diikuti oleh orang yang terlalu mengikuti hawa nafsunya.

orang yang mengikuti ruh sudah tidak menggunakan lagi ego defense, dia membiarkan saja ego nya diserang di olok olok… dia tidak mempedulikannya. Dia menjadi orang yang apa adanya. dan apa yang dilakukannya kadang membuat orang terkaget kaget, sebab apa yang dilakukannya kadang tidak sesuai dengan akal pikiran manusia.

nabi khidir pun melakukan perusakan yang oleh akal pikir tidak masuk akal.

dalam kontek ini, yang bisa disalahkan adalah mereka yang mengikuti hawa nafsunya, sedangkan orang yang mengikuti akal sah sah saja… cuma nanti karena keterbatasan akal dia akan mudah terjebak kepada sesuatu yang tidak logis.

CategoriesUncategorized

2 Replies to “mengikuti Hawa nafsu, Akal atau Ruh”

  1. ust..dengan ilustrasi ditas bila dicontohkan pada kasus yang lain
    misalnya dalam bentuk proyek, walaupun kita tidak mengharapkan/meminta secara langsung, tapi diberi imbalan oleh kontraktor karena dianggap kita sudah memberikan pekerjaan dan itu (maaf) sudah jadi kebiasaan yang agak memaksa.., apakah itu dianggap benar ust?
    bukankah hal itu sama dengan penceramah yang menerima imbalan uang karena dianggap udah memberikan tausiyah..
    seperti kata lagu “HASIL KORUPSI DIANGGAP REJEKI”

  2. aqal itu penjelmaan dari ruh. karena ruh waktu di tiupkan telah membawa aqal( aqal fitrah/ suci) diwaktu dihadapkan ke alam nyata aqal tadi berubah manjadi nafsu. ada yang nafsu mutmainnah, ada yg nafsu walamah ada nafsu amarah.itulah diturunkan Allah Al quran supaya aqal tadi tetap pada posisinya dalam keadaan fitrah. karena dengan keadaan fitrah maka aqal tadi mampu memandang, mendengar,memikirkan ayat ayat Allah

Leave a Reply to radit Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.