narsis dan makrifat

siapakah yang disebut dengan diri, Dialah yang maha Agung, kalau siapa kah aku maka itu adalah saya setiyo purwanto ini. nah yang kita temui adalah Diri yang agung bukan saya setiyo purwanto. barang siapa yang mengenal siapa Diri ini maka akan mengenal Tuhannya. ini sangat jelas sekali bahwa Diri lah yang akan mengenal Dirinya sendiri. manusia seperti saya : setiyo purwanto ini sangat tidak bisa atau sangat tidak mungkin untuk mengenal Tuhan, jadi sampai kapan pun setiyo purwanto mencari Tuhannya tidak akan menemui. seperti nabi Musa yang ingin mengenal dan menemui Allah akhirnya beliau Pingsan. Narsis mengenal Diri ini sangat penting dalam belajar makrifat. kesalahan belajar makrifat paling banyak dilakukan adalah makrifatullah dengan menggunakan saya bukan menggunakan Diri. Bermakrifat dengan menggunakan aku jelas tidak mungkin karena aku adalah ego, antara ego dan Tuhan adalah bertolak belakang.

seorang yang belajar makrifat harus narsis, karena Diri ada disini tidak dimana mana, tinggal kita buka hijab keegoan kita maka Diri akan mampu mengenal Tuhannya.

Dalam aplikasinya narsis ini harus kita gunakan agar kita mampu menggunakan kemakrifatan sebagai sarana menyelesaikan berbagai permasalahan hidup. Karena Diri ada di sini maka yang berkarya yang bekerja, yang beraktivitas adalah sesuatu yang Agung, (nah berani ndak kita menyatakan seperti ini, bagi yang ragu ragu langsung stop saja disini).dalam perjalanan makrifat sesuatu yang agung itu ada dalam Diri bahkan Diri itu sendiri, inilah yang saya sebut dengan narsis. Agung kan diri karena Dia adalah yang Agung. dalam menyelesaikan masalah dan dalam menghadapi masalah ke Agungan inilah yang digunakan. Jadi Diri Allah lah yang selalu memberikan pertolongan dan membantu dan menyelesaikan masalah, bukan aku yang menyelesaikan tapi Diri Allah.

Baiklah sampai disini mudah mudahan kita tercerahkan bahwa Diri dan aku adalah sesuatu yang berbeda. Narsis bukan pada aku tapi pada Diri.

CategoriesUncategorized

5 Replies to “narsis dan makrifat”

  1. Alhamdullilah,
    Syukur ,Alhamdullilah.Terima kasih ya Allah.Sangat tercerah dalam pemahaman tentang hal ini. Ribuan terima kasih ya Ustaz.

  2. Alhamdulillah.. Narsis itu rasa bangga…. dan harusnya bukan narsis pada sang aku…. kerana nanti akan mewujudkan atau menguatkan lagi rasa ego. Narsis yang benar harus pada Diri yang akan terjelma setelah tidak berasa ada.

    Seandainya kita pergi lebih lanjut dan lebih dalam… Allah itu tidak memerlukan kita menyembahnya di dalam solat kerana Allah tidak memerlukan apa-apa dari makhlukNya. Ketika yang bersolat adalah Diri…. maka benarlah Allah suka memuji “diriNya” sendiri. Lalu solat itu harus datang dengan “tidak berasa ada” dan barulah Diri akan memuji “diriNya sendiri”. Wallahualam.

Leave a Reply to Setiyo Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.