setelah tasbih apakah tahmid atau takbir ?

Yang pasti dalam tasbih kita grounding, yaitu meniadakan kemampuan diri menjadi benar benar tidak mampu dan mengandalkan Allah. nah kalau sudah pada proses peniadaan maka kita bisa melakukan tahmid yaiut bersyukur atau takbir atau mengagungkan ALlah.

Tahmid dan takbir hasilnya akan berbeda. Kalau tahmid maka kita akan mendapatkan kebahagiaan secara perasaan, dan secara apa yang sudah kita dapatkan akan bertambah dan bertambah sedangkan jika kita takbir maka kita akan mendapatkan solusi solusi yang tidak masuk nalar kadang, jadi untuk mendapatkan miracle maka kita gunakan takbir.

kita bisa menggunakan keduanya mana saja kita mau, tapi ingat syaratnya adalah kita harus grounding. Ketika kita sudah grounding maka tinggal kita melihat apa yang ingin kita dapatkan apakah solusi ghoib atau bertambahnya nikmat dari Allah. sah sah saja kita menggunakan 2 hal ini untuk tujuan hidup kita karena memang dalam al quran hal tersebut sudah disebutkan.

 

Setelah dzikir nafas, ya.. 3T

whats next after dzikir nafas, setellah kita belajar dzikir nafas yang kita dapatkan adalah sadar Allah, dan setelah sadar Allah kita meyakini Allah menyadari Allah dalam sifat dan perbuatannya, maka dibutuhkan sikap yang benar dalam menerima sifat dan perbuatan Allah tersebut. Sikap yang benar dalam menyadari perbuatan Allah itu terformulakan dalam konsep 3T yaitu tasbih tahmid dan takbir.

kita lihat bagan diatas setelah kita belajar dzikir nafas kita belajar 3T, ya kenapa agar energi besar yang ada di sadar Allah tidak terakumulasikan menjadi energi yang besar yang dapat membahayakan, energi itu harus tersalur dalam sikap 3T. yang pertama adalah tasbih yaitu menerima perbuatan Allah, kemudian tahmid, adalah berterimakasih kepada Allah dan yang terakhir adalah mengagungkan Allah dalam segala sisi kehidupan.

Dengan konsep 3T ini energi spiritual dapat bermanfaat secara maksimal dalam diri kita dan orang lain.

Peristiwa Isra antara mimpi dan nyata, antara logis dan tidak logis

ada yang berpendapat bahwa peristiwa isra adalah nyata bersama jasad, tapi ada yang berpendapat bahwa itu adalah mimpir Rasulullah. Kalau saya berpendapat bahwa peristiwa Rasulullah bukanlan mimpi dan bukanlah peristiwa yang diikuti oleh jasad. Peristiwa isra adalah peristiwa Ruhaniah, ini sangat nyata dalam tataran Ruhaniah tapi menjadi tidak nyata ketika dihadapkan pada kenyataan jasadiah. jadi peristiwa ini sangat Ruhaniah sekali bukan jasadiah, dan ditengah tengah antara jasad dan Ruh adalah nafs atau diri, maka di hadis tentang peristiwa isra miraj, rasulullah masih ada identitas diri (nafs) yaitu  Muhammad Rasulullah. Kalau seandainya tidak ada identitas maka bisa masuk ke ruhaniah, tapi hadis hadis menyebutkan Rasulullah (yang bukan jasad) melakukan perjalanan isra.

Ruh siapapun tidak memiliki identitas karena yang berindentitas hanyalah jiwa atau diri atau nafs.