Kita harus bisa membedakan mana sikap berguru dan mana sikap berterimakasih kepada guru, jangan sampai “gebyah uyah” yaitu menyamakan kalau tidak berguru lagi lalu tidak berterimakasih, atau Berguru = terimakasih. karena kalau berguru itu itu adalah menyandarkan pengajaran kepada guru (spiritual) bukan kepada Allah, dan kalau terimakasih itu adalah sikap tawadlu, sikap matur nuwun, dan sikap memohon ridlonya….
kalau kita bisa membedakan dan menjalankan keduanya ini maka kita termasuk menjadi murid yang berhasil. tapi jika tidak ada rasa terimakasih kepada guru (meski sudah tidak berguru) maka itu termasuk menjadi murid yang gagal. Tulisan saya sebelumnya tidak pernah menyebutka bahwa saya meng kufuri guru saya, justru saya berterimakasih sudah dididik untuk lurus ke Allah, ini ilmu yang sangat tinggi dan sangat berat untuk dilakukan karena mau tidak mau saya harus meninggalkan guru saya untuk lurus kepada Allah. Secara spiritual saya memang meninggalkan guru saya tapi secara sosial beliau tetap saya hormati dan saya sampaikan sikap terimakasih. al fatihah untuk rasulullah dan guru guru saya, al fatihah….