ramadhan hari ke 25 : bukan kita tapi Allah

sebuah kesadaran yang harus ada tiap mukmin, orang yang beriman seharusnya mengimani bahwa bukan kita tapi Allah, apapun itu. sebuah totalitas penghambaan yang sempurna. seperti Nabi Musa yang berani menghancurkan dirinya demi bertemu dengan Allah. benar saja tubuhnya lenyap dalam kesadaran yang hanyalah Allah. kita tahu bahwa tubuh ini bukanlah kita… kita adalah nafs yang sebenarnya bukanlah siapa siapa, seperti bayi yang juga tidak tahu dirinya siapa. sebuah kesadaran sempurna adalah kesadaran pengembalian dan pem fana an diri, berganti menjadi esensinya esensi yaitu allah sang maha mutlak, yang tidak ada sekutu, tidak ada pesaing, dan tidak ada tandingan termasuk yang mengaku menjadi diri atau aku yang sering dilakukan oleh nafs.

nafs adalah ketiadaan yang sering menjelma menjadi aku, bahkan aku ini menjadi pesaing utama dari Allah, betapa kurang ajarnya nafs ini, dari yang tidak ada menjadi sosok yang mengaku menjadi aku dan kurang ajar lagi menjadi pesaing utama dari Allah… seperti firaun.

lemahnya umat islam ini karena meninggalkan kesadaran keTuhanan ini, umat islam ini tidak akan jaya dengan ilmu, tidak akan jaya dengan jumlah bacaan quran dan hadis, tidak akan jaya dengan banyak masjid dan jumlah pondok pesantren, Islam akan jaya jika setiap umat islam terutama yang mengaku beriman benar benar mengakui Allah sang maha mutlak.

coba kita bayangkan jika setiap muslim berada pada kesadaran “wujud Allah” maka tidak perlu ada usaha menyatukan umat dengan sendirinya akan bersatu, tidak perlu ada usaha untuk berjaya pasti berjaya, tidak perlu usaha memperkaya islam pasti akan kaya, ….. dan masih banyak lagi.

sampai kapan kita umat islam ini terus menerus menjadi pesaingnya Allah, kita merasa hebat dengan ilmu kita yang sudah bertahun tahun belajar di sekolah….ataupun pondok pesantren… kita merasa kaya dengan bersedekah namun masih bangga bahwa dia lah yang memberikan sedekah itu bukan Allah, …….

katanya ihlas itu sulit….. ya jelas sulit karena kita masih saja menjadi pesaingnya Allah… sampai kapan kita bisa ihlas…. kita ini tidak tahu kapan diri ini akan dipanggil Allah, jika kita tidak sesegera mungkin menyadari eksistensi allah yang sebenarnya dan masih mengaku aku maka dikhawatirkan suatu saat dipanggil Allah kita akan kesulitan untuk mengihlaskan kematian kita, jika ini terjadi maka mati menjadi sesuatu yang menyakitkan.

Kita yang belum mampu pada wilayah “bukan kita tapi Allah” sebaiknya mulai sekarang belajar, dan mempraktekannya dalam kehidupan. kita akan membuktikan nanti bahwa luar biasa…. jika kita bisa berada pada wilayah ini.

CategoriesUncategorized

11 Replies to “ramadhan hari ke 25 : bukan kita tapi Allah”

  1. Assalamu’alaikum wr.wb.

    APakah makna dari “bukan kita tapi Allah” itu sama dengan “Bersatu dengan Allah”?
    Bukan saya tapi Allah?
    atau ana al haq?

    Saya masih kurang paham… mengenai makna ini…

    yang saya pahami bahwa semua Realitas ini adalah perwujudan DiriNya….
    Semua Realitas ini adalah Allah..

    Mohon penjelasannya yang lebih simple dan sederhana..
    agar saya bisa memahami tanpa salah persepsi..

    Terimakasih…
    Wasalam.

  2. Pak rudi

    Secara mudahnya….segala apa yang berlaku dalam alam fana ini adalah atas kehendak Allah SWT. Kita ini diwakilkan oleh Allah SWT dan sebenarnya wakil ini sekadar ilusi kerja-kerja Allah SWT.

    Jika Allah SWT tidak mahu mewakilkan kita pun, pasti kerja atau kehendak Allah SWT itu pasti terlaksana juga.

    cth: Ketika kita membuat kerusi, semuanya itu atas kehendak dan gerakan Allah SWT. Allah SWT menggerakkan kita. Bukan kita bergerak dengan sendiri. Mana mungkin kita mampu bergerak sendiri.

    Jika kita tiada pun dan Allah SWT tetap ingin wujudkan kerusi itu, pasti kerusi itu wujud tanpa wakil.

    Begitu juga dengan memberi sedekah. Bukan kita yang memberikan sedekah secara abadi…tetapi Allah SWT yang menggerakkan kita…memberi kita rezeki lalu menggerakkan kita untuk ke mana harus diberi rezeki itu sebagai sedekah. Namun tiada kita pun…proses sedekah itu tentu sahaja mudah bagi Allah SWT untuk melaksanakan.

    Maka sebenarnya yang wujud secara mutlak itu adalah Allah SWT. Yang lain ini hanyalah fana.

  3. kalau membaca alinea ke 4 berarti anda sendiri belum mencapai kesadaran “wujud ALLAH”karena anda masih berusaha memberikan “sesuatu” pada pembaca ini berarti anda merasa memiliki “sesuatu”, karena tanpa anda berikan pun mereka pasti mendapatkan(menurut pendapat anda pada artikel tsb) mohon maaf karena keterbatan pandangan saya(pinjaman dr ALLAH)shg berpendapat demikian tolong jangan dianggap spam

    1. kalau bingung di pass saja pak, belum waktunya ….. kalau diteruskan malah jadi masalah nanti….

  4. Maaf Ustadz, bagaimana dgn org yg berbuat jahat atau bejat apa itu berlaku juga ? bukankah lebih baik seperti Umar.ra diujung tulisannya -jika benar dari Allah, jika salah dari Umar- ?

    1. ya itu bahasa Sayyidina umar untuk merendahkan diri kepada Allah, tapi hakikatnya adalah semua perbuatan Allah SWT

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.