syariat dan makrifat tidak bisa dipisah

ibadah harus menggabungkan antara syariat dan makrifat. orang sholat tanpa syariat tidak diterima karena tidak sesuai aturan, orang sholat tidak makrifat juga tidak diterima karena sholatnya tidak menghadap Allah, sholatnya tidak sadar akan Allah. jadi belajar makrifat dan syariat harus bersama sama jangan syariat dulu baru kemudian makrifat, jangan, harus beriringan.
setiap ibadah ada rukunnya dan harus jelas tujuan ibadah itu yaitu karena allah. maka syariat dan makrifat harus disatukan. orang yang fanatik syariat saja (orang orang syariat) maka sholatnya kering, hatinya keras membatu, dan susah menerima kenikmatan sholat…. demikian pula orang yang maniak makrifat dengan meninggalkan syariat maka hatinya juga sombong , hatinya Angkuh dan merasa dirinya paling benar paling tinggi.
penggabungan antara syariat dan makrifat dalam ibadah akan menjadikan manusia yang sempurna seperti rasulullah

CategoriesUncategorized

8 Replies to “syariat dan makrifat tidak bisa dipisah”

  1. Alhamdulillah satu artikel yang ringkas, padat dan begitu jelas serta terang maksudnya. Terima kasih…

  2. ada orang memberi tahu saya

    dalam pengajian makrifat,,

    yang dimaksudkan dengan syariat itu adalah
    jasad (dan ruh),, makanya jasad dan allah tidak boleh
    dipisahkan,,

    allah u a’lam

  3. Ada sebuah dalil yang menyatakan bahwa “Awaluddiini ma’ri fatullohi ta’alaa“
    yang alih bahasanya “awalnya agama adalah marifat pada Alllah ta’ala”

    Dari dalil tersebut bisa kita tarik benang merahnya dengan urutan Iman , Tauhid, Ma’rifat, Islam.
    Seperti halnya Nabi Besar kita Muhammad SAW, beliau telah teruji serta amat sempurna dalam kimanannya dan ketauhidannya sehingga beliau bisa marifat dengan jasadnya sekaligus (Peristiwa Isro Mi’raj) Dan istimewanya lagi hanya Nabi Muhammad lah satu2 nya Nabi Rosul yang ma’rifat.

    Dalam mengejar hakekat Muhammad (Nur Muhammad) & Allah, harus melalui tingkatan
    Syariat , Toreqat, Hakekat, Ma’rifat.

    Oleh karena kita seorang muslim maka sudah sepantasnya kita mencontoh Nabi besar kita Muhammad untuk bisa ma’rifataulloh, walau berat dan berliku.

    Mungkin itu saja yang bisa eyang ungkapkan, maaf bila ada kata2 yang salah. dan apabila Guru yang mursyid mohon bimbingannya karena saya masih dangkal.

    trims buat mas Setiyo Purwanto

    wassalam

  4. Assalamualaikum salam kenal, sy pernah ikut halaqoh shalat khusyu bersama anda beberapa tahun yg lalu. beberapa hari lalu sy sempat berdebat dengan teman yg mengaku sbg golongan makrifat. mereka mengatakan shalat bisa dilakukan sewaktu2 tanpa ikatan waktu. kata mereka ruh mereka bisa “bertemu” langsung dgn yg maha kuasa, bahkan sy sempat dihadpkan pd sesepuh mereka di jatim ttg ilmu ini, sy tahu ini ajaran yang keliru scr syariat, tp menariknya pembicaraan mereka mengenai ruh sama penjelasannya dgn ustad abu sangkan.adakah kajian khusus mengenai ilmu ini?. terima kasih

  5. Assalamualaikum, buat mas Dana Setiawan mungkin eyang bisa sharing.

    Seperti dalam tulisan eyang tempo hari bahwa nabi Muhammad sebelum Isro Mi’raj ( turunya shalat lima waktu) adalah Insan yang telah ma’rifat.
    Eyang bertanya : selama 40 th, bagaimana tatacaranya, kapan waktunya, berapa rakaatnya, shalat yang dilakukan nabi Muhammad srebelum Isro Mi’raj?

    Bila semua menjalankan tareqat (yang di katakan eyang tadi diatas ttg Nabi) maka syiar islam tidak ada, bahkan Islam tidak akan berkembang.
    Untuk itulah Allah menurunkan perintah shalat 5 waktu untuk membedakan umat islam dari umat yang lainnya

    Untuk mengejar ma’rifatulloh bisa di pelajari melalui jalan tareqat, walau syariat, tareqat, hakekat dan Marifat’ tidak bisa dipisahkan tetapi kalau ma’rifat (untuk selanjutnya disebut tareqat / perjalanan) dipandang dari kacamata ilmu syareat terlihat ganjil, aneh, bahkan orang bisa mengatakan aliran sesat.

    Ma’rifat merupakan hasil akhir dari proses yang di kaji melalui perjalanan tareqat untuk mencari hakekat Muhammad dan Allah, setelah mengetahui hakekat Allah insya Allah manusia akan memasuki perjalanan ma’rifat. dan syariat adalah tetap dasar utama. Itu gambaran secara umumnya. Alangkah bijakasana apabila tidak mengaku sebagai orang yang ma’ rifat. karena marifat akan terlihat dalam prilakunya sehari2.

    Itu hanya gambaran secara umum saja.

    Dan untuk mencapai perjalanan Ma’ rifat bisa mengikuti pengajian tareqat Sattariyah, Qodariah, Naksabandiyah, Haqmaliyah atau lainya.

    Walau berbeda tata caranya tetapi tujuannya adalah untuk mencara hakekat Muhammad & Allah.

    Maaf bila ada kata 2 eyang yang kurang pas

    Wassalam

  6. tatkala kita masuk ilmu ketauhidan/kemakrifatan..saya merasa sholat yg sy lakukan terasa ampang…sehingga sholat ini bagaikan main2saja atausekedar menggugurkan kewajiban.sebenarnya bagaimana laku kita tatkala masuk dalam dunia ketauhidan ini?dan apakah dengan dzikir qolbiyah / nafas-nufus dapat menjadi kifarat sholat syar’i kita?

Leave a Reply to Eyang Jangkung Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.