dilema seorang Dai: mengikuti Allah apa hawa nafsu

Dengan gelar dai seseorang akan terprogram bahwa dirinya harus berdakwah dan berdakwah, dirinya tidak sadar bahwa dakwah adalah perintah Allah dan suatu saat Allah akan menghentikan tugas dia menjadi Dai, dengan tujuan tujuan tertentu dari Allah bisa saja Allah akan mengangkat derajat dai tersebut … kita lihat saja misalnya imam al ghazali beliau berdakwah dan ada waktu tertentu beliau diperintahkan Allah untuk uzlah sekian tahun dan tidak berdakwah sama sekali. Ya itulah contoh bagaimana Allah memerintahkan hambanya untuk berhenti dakwah dan memerintahkannya untuk beruzlah mengasingkan diri.

Seorang dai yang tidak paham dengan perintah Allah ini dia akan memperturutkan hawa nafsunya untuk terus berdakwah, padahal jelas bahwa ada perintah untuk berhenti. Ini pun bagi orang yang tidak paham misalnya seperti seseorang yang membaca tulisan saya ini akan protest dan tidak setuju dengan apa yang saya tuliskan ini, bahwa “dakwah kan perintah Allah bagaimana…. ” yaitu terserah saja untuk tidak setuju. bagi saya, saya lebih percaya kepada Allah yang memerintahkan saya. Kalau kita mengikuti perintah Allah maka enak, karena nanti saatnya berdakwah lagi maka Allah akan memerintahkan .

seorang Dai yang tetap berdakwah meski dia mendapat perintah berhenti , berarti dai tersebut memperturutkan ego dan hawa nafsuya. (nah tulisan saya ini bisa membuat  bingung juga kan). Dai yang memperturutkan hawa nafsunya pasti dakwahnya akan berakibat buruk baik dirinya dan bisa jadi orang lain. Allah memerintahkan berhenti itu bukan berarti tidak ada makna atau tujuan. Allah memerintahkan berhenti itu memang ada tujuannya, tujuan yang lebih luas dan tujuan ini akan diketahui jika kita mengikuti perintah Allah. kalau belum mengikuti dan menjalankan maka kita tidak tahu.

Di dalam diamnya seorang Dai terkandung kekuatan dakwah yang lebih besar, karena energi dai meski dia berhenti berdakwah, energi ini akan mengalir memancar dan berdampak pada masyarakat secara luas, tapi masyarkat tidak tahu bahwa ternyata sumber energi perubahan itu Allah bangkitkan dari diri seorang dai yang berdiam yang patuh kepada Allah.

kadang Allah marah kepada dai yang tidak patuh kepada Allah, maka dipaksanya dai tersebut jatuh yang sebenarnya bukan kesalahan dia…. ada Dai jatuh karena fitnah keuangan, padahal ya bukan salah dia, ada dai yang jatuh karena menikah lagi… padahal ya menikah lagi karena keadaan tertentu di perbolehkan dalam islam. Ada dai yang jatuh karena dibuat sakit kepala sehingga tidak bisa bicara lebih dari 2 jam ….. ya masih banyak lagi… nah itu adalah pelajaran pelajaran bagi dai dai lainnya untuk mempelajari bagaimana berkomunikasi kepada Allah dan belajar ihlas mengikuti perintah Allah.

baik mari kita belajar untuk menjadi hamba yang benar, meski  dai tidak selamanya dai, meski kita seorang ayah tidak selamanya akan menjadi ayah atau orang tua, suatu saat kita akan berpulang kepada Allah dan semua gelar dan tugas akan kita tinggalkan. Kita harus sadar dan belajar untuk bagaimana kembali kepada Allah dengan lurus bagaimana kembali kepada Allah dengan benar. Sebab menjadi dai tidak menjamin khusnul khatimah menjadi orang tua yang baik tidak menjadi khusnul khatimah yang menjamin khusnul khatimah adalah kepasrahan kita untuk lurus dan kembali kepada Allah, semoga kita diberikan jalan untuk kembali khusnul khatimah amiin