Belajar ke Allah Terhalang karena Guru

bagaimana bisa belajar ke Allah terhalang karena guru yang ngajari.  Salah murid atau salah gurunya ? belajar berjalan ke Allah tidak sama dengan belajar pakai otak. Kalau ngaji tajwid, fiqh itu pakai pikiran, tapi kalau belajar berjalan ke Allah itu ya pakai pikiran dan pakai kesadaran. Nah orang belajar ke Allah tapi pakainya pikiran, lha ini.. murid bisa terjebak dengan akal pikirannya sendiri sehingga akal pikiran ini menyebabkan hijab, kok bisa … ok begini… ketika seorang murid itu menggunakan pikiran dalam belajar menuju ke Allah, maka dia akan menggunakan persepsi persepsi dirinya untuk menilai … ya menilai gurunya, menilai ajarannya dan menilai perilaku gurunya. Al hasil dia terjebak pada penilaiannya sendiri.  Padahal gurunya pun sedang berjalan menuju kepada Allah, nggak ada guru makrifat yang katanya sudah sampai, yang katanya sudah sempurna , kalau mati baru sempurna, tapi kalau masih hidup guru makrifat akan terus belajar dan belajar.

Dalam proses belajar berarti sama sama menjadi murid, yaitu muridnya Allah. Namanya murid, si guru tersebut banyak dididik oleh Allah sebagai guru sejati. Dididikan Allah ini yang kadang di luar kebiasaan orang umumnya. nah muridnya si guru makrifat ini, melihatnya gurunya perilakunya aneh perilakunya egois … nah inilah karena kesalahan berpikir murid yang banyak menilai gurunya akhirnya dia terhijab dan berprasangkan buruk terhadap gurunya. Posisi murid seperti ini dia turun pasti, sebab tiudak ada guru yang sudah sempurna dalam berjalan menuju kepada Allah.

Kalau kita belajar kepada seseorang, saya selalu menerapkan konsep khusnudzan kepada guru, sebab ada rahasia yang ada pada guru tersebut yang kadang ditutup Allah dengan perilakunya. Sikap saya ini, awalnya berlebihan sehingga dengan guru guru yang ngajak tidak ke Allahpun saya samakan, sehingga beberapa kali berguru saya merasa di tipu (sebab guru tersebut ngajak tidak lurus ke Allah). Nah sekarang saya sebagai murid memiliki ukuran yang pasti khusnudzan jika guru tersebut hanya mengajarkan untuk lurus ke Allah, tidak ke yang lain seperti kesaktian, rejeki belimpah dan lainnya.

sebagai keimpulan bahwa kita dalam belajar ke Allah harus menggunakan kesadaran dan pikiran hanya dipakai untuk membedakan ini guru ngajak ke Allah ataut tidak.

Penggunaan Metafora yang Membelokkan Arah

pernahkah anda mendengar ungkapan seperti ini, ke Allah itu tidak bisa langsung, karena begini, kita saja kalau mau ketemu presiden tidak bisa langsung harus melalui jalur protokoler …. apa yang terbayang dalam pikiran anda? pasti membenarkan ungkapan tersebut dan anda mengikuti perintah tersebut. Apa yang terjadi pada diri anda adalah bahwa anda sudah berhasil di hipnosis dengan teknik metafora. akibatnya apa, anda akan terhijab dengan orang yang mengaku bisa mengantarkan anda ke Allah entah itu Kyai, mursyid atau habib. dan anda selamanya tidak akan bisa makrifat kepada Allah SWT. 

saya contohkan lagi, pernahkah anda mendengar bahwa untuk mengamalkan dzikir nafas itu harus ada sanad nya misalnya dengan ungkapan bahwa suatu amalan itu harus bersambung seperti benang dimana benar tersebut sampai ke Rasulullah ? kemudian anda patuh dan mengikuti prosesi baiat prosesi pengijazahan dan patuh sekali dengan yang membaiat dan memberi ijazah amalan. berarti anda sudah terkena hipnosis dengan metode metafora. dan lucunya anda menyalahkan orang orang yang belajar dan mengamalkan dzikir nafas dimana belajarnya tanpa baiat dan tanpa ijazah dan tanpa mursyid. 

baik contoh terakhir, nanti di akhirat setiap kyai akan punya bendera dan nanti kita akan ikut bendera kyai siapa nanti. Baik apa dampak metafora ini ? dampak ini adalah anda akan mau di baiat anda akan mau diperintahkan oleh orang itu dengan berbagai amalan bahkan anda mau ditarik bayaran sekian sekian . karena anda sudah terhipnotis dan ketakutan jika tidak taat pada orang tersebut. 

Dan masih banyak lagi teknik metafora untuk membelokkan akidah seseorang ke jalan yang lurus. kalau kita cermati contoh metafora yang pertama , masak iya Allah sama dengan presiden…. kemudian metafora yang kedua masak iya kalau amalan itu sudah ada di quran atau hadis masih harus di baiat lagi ?, dan metafora kedua masak iya ada kyai  pasang bendera nanti akhirat, padahal nanti di akhirat itu orang ngurusi diri sendiri alias nafsi nafsi … 

anda yang membaca tulisan saya ini , mungkin pernah menjadi korban hipnotis dengan metode metafora ini …. baik alhamdulillah sekarang anda sadar dan bisa lepas dari hipnotis tersebut. Sebarkan tulisan ini agar teman teman kita , saudara saudara kita dan sahabat sahabat kita bisa terlepas dari cengkeraman hipnosis ini. Sebab kita prihatin dan merasa kasihan, kepada mereka yang akhirnya lebih bergantung kepada kyai ulama daripada bergantung kepada Allah. Lebih percaya yang menolong kyai atau ulama atau habib dari pada yang menolong Allah SWT. 

metafora adalah teknik kiasan atau ungkapan atau analogi yang  bisa mengembangkan alam bawah sadar orang lain, sehingga bawah sadar itu membawa kepercayaan tertentu. misalnya tadi metafora pertama bahwa menghadap presiden saja harus pakai protokoler demikian pula dengan menghadap Allah. ungkapan ini tentunya akan mengembangkan pikiran bawah sadar bahwa ke Allah harus pakai perantara, harus lewat kyai atau mursyid, kalau mau ke Allah tidak bisa langsung. dan kepercayaan ini menutup apa yang diperintahkan Allah dalam al quran bahwa Allah menghendaki perjumpaan secara langsung dengan hambanya. 

 

shalat khusyu salah kaprah

apa beda toriqoh dengan sholat?  kalau toriqoh ada mursidnya tapi kalau shalat khusyu tidak ada mursyidnya, artinya langsung ke allah, tidak ada penghalang, tidak ada hijab, langsung ke allah. sholat inilah thoriqoh yang diwajibkan oleh allah karena gurunya langsung yaitu allah, bukan orang atau pun yang lainnya. orang mau berjalan ke allah lewat sholat saja lebih praktis ekonomis dan dijamin keselamatannya.

kalau sholat khusyu masih membayangkan guru mursyid baik lewat imajinasi, mapun lewat gambar itu namanya shalat khusyu yang salah kaprah. karena sholat langsung menghadap allah dan langsung diterima allah, tidak melalui wasilah, tidak melalui perantara. jadi jangan melakukan sholat khusu salah kaprah karena bisa merusak nilai sholat itu sendiri.