jiwa memiliki bahasa tersendiri yang berbeda dengan bahasa jasad yaitu bahasa yang bersifat verbal (bacaan shalat) dan nonverbal (gerakan shalat). Bahasa jiwa merupakan bahasa kesadaran yang sudah tidak menggunakan kata huruf atau suara. Bahasa kesadaran yang saya maksud disini adalah bahasa yang hanya bisa di pahami secara kesadaran, hal ini agak sulit saya jelaskan karena memang bahasanya tidak dalam bentuk tulisan dan huruf atau suara. Misalnya ketika kita takbir maka jasad mengangkat tangan dan mengucapkan takbir, sedangkan jiwa berada pada keadaan kesadaran akan keagungan Allah SWT. Kesadaran akan keagungan Allah ini hanya bisa dilakukan oleh jiwa. Jiwa meresap memasuki kesadaran akan keagungan Allah. Disini jiwa mengalami keadaan akan keagungan Allah SWT. Karena kesadaran merupakan keadaan jadi memang harus dialami, tentu berbeda dengan bahasa tubuh yaitu mengucap takbir, atau mengangkat tangan. dapat dilakukan tanpa mengalami keagungan Allah SWT.
Bahasa jiwa ini ada baiknya mendahului bahasa jasad yaitu bacaan dan gerakan shalat. Ingat bahwa setiap perbuatan harus diiringi dengan niat, artinya niat harus mendahului bacaan dan gerakan shalat, jadi sekali lagi bahwa mengalami ini sebagai sebuah wujud niat yang mendahului gerakan. dan niat adalah bahasa jiwa (bukan bacaan niat). saya juga sudah membahas tentang hal ini di buku shalat sadar Allah pada bab 3 sub bab 7 tentang gerak niat ini.