buatlah anak bahagia dengan kehidupannya

Anak perlu bahagia bahkan anak berhak untuk mendapatkan kebahagiaan. stressor anak ada di dua tempat yaitu di rumah dan di sekolah. kalau anak mendapatkan kebahagianya di keduanya maka anak akan berkembang optimal. tapi kalau anak tidak mendapatkan kebahagiaan salah satu atau keduanya maka dia ketika besar nanti akan menjadi orang yang secara mental akan terganggu.

maka pola pendidikan guru dan orang tua di rumah dan sekolah harus berfokus bagaimana membahabagiakan anak. kalau hanya mengejar target setoran pelajaran itu tidak aakn sebanding dengan kerugian psikologi yang dialami anak dan dampaknya keperkembangan tingkat lanjut.

sekolah sekolah yang mengejar gengsi diantara sekolah lain maka itu sudah pertanda tidak sehat untuk anak. Karena anak anak yang memiliki kecerdasan pas pasan dan orang tua yang “tidak mambantu PR anak? maka pasti anak akan mengalami stressor yang berat dan ini sangat tidak baik baik perkembangan psikisnya.

membahgiakan anak adalah langkah pendidikan berbasis kecerdasan emosi, dimana sekolah memiliki visi yang jauh kedepan bahwa penentu keberhasilan siswa adalah bagaimana dia bisa mengontrol emosi dan bagaimana dia bisa bersikap emosi positif terhadap apapun kejadian yang menimpanya.

saya memiliki banyak pengalaman di lingkungan saya, saya mengamati ada beberapa murid saya yang begitu cerdasnya dia namun secara sosial sangat buruk, terlihat dari sikapnya yang individualis dan lebih mementingkan diri sendiri, wal hasil ketika dia sudah bisa menyelesaikan studinya dia di hadapkan pada kerja tim atau tim work di gagal total dan akhirnya di keluarkan dari pekerjaanya.

peringkat nilai, rangking jika tidak disikapi dengan benar akan menjadi boomerang yang dapat membuat siswa ini mengalami gangguan emosi. Rangking atau peringkat nilai tidak perlulah untuk diunggul-unggulkan karena kapasitas siswa berbeda  beda. Islam saja tidak pernah mengunggulkan kecerdasan apalagi rangking di kelas, yang di unggulkan adalah ketakwaannya. jadi sekolah dan orang tua seharusnya fokus kepada bagaimana anak ini dapat menjadi orang yang bertakwa yaitu orang yang mampu mengikuti aturan sekolah dengan baik, mampu mengikuti aturan sosial terlebih aturan agama. Dengan takwa inilah anak akan mendapatkan kebahgiaanya di masa kecilnya atau di masa sekolahnya.

kritik terhadap SDIT SMPIT SMAIT, kalimat it mengacu kepada agama yang nota bene tidak ada unsur spiritualnya, hanya berkisar masalah agama ritualistik saja misalnya menghafal al quran, bacaan  al quran, kemudian hafal hadis, kemudian shalat yang hanya bersifat bacaan dan gerakan saja. Saya tidak pernah menemukan sebuah sekolah berbasis (IT) di awal sekolahnya gurunya membimbing murid muridnya untuk duduk relaks …kemudian mengajak untuk sambung ke Allah… untuk silatun kepada ALlah atau diam sejenak untuk menyadari Allah…. Yang saya temukan adalah paling pol, membaca doa bersama, membaca basmalah membaca hamdalah setelah selesai … dan tidak ada ekspresi keTuhannannya. ya kalau demikian agama hanya menjadi ilmu apa bedanya dengan ilmu matematika ilmu sejarah.. kalau endingnya hanya di hafal saja….. kalau endingnya hanya sebatas ilmu saja… maka wajarlah anak yang di produksi di sekolah ini tidak memiliki spiritualitas seperti yang di ajarkan Rasulullah.

baiklah tanggungjawab kita membahagiakan anak adalah tanggung jawab kita bersama, saya senyum ketika anak saya bacaan qurannya kurang baik namun memiliki semangat untuk belajar memperbaiki bacaan sampai nanti semangat untuk memahami isinya. Saya akan marah jika anak saya bangga dengan bacaannya yang bagus kemudian berhenti tidak mau memahami isinya.

ending kata, marilah kita bahagiakan anak anak kita di masa perkembangannya yang masih sangat rawan, jangan buat anak kita sedih dengan keterbatasannya. samakan dengan kita kalau kita tidak mampu berbahasa inggris kemudian kita di marahi karena selalu gagal berbahasa inggris… demikian pulalah yang terjadi pada anak kita. kalau kita orang tua paling sebentar lagi akan pensiun masa tua, lha anak pengalaman ini kana di bawa sampai di remaja dan dewasa… apa jadinya jika itu terbawa sampai nanti….