Menerima Perbuatan Allah itu lebih dalam dari pada sekedar makrifat

Sering kita mendengar ungkapan bahwa syetan pun juga makrifat, kitapun bertanya tanya bagaimana syetan dapat makrifat?, Kita menyangka mungkin makrifat adalah tingkatan tertinggi dari seorang hamba ? he..he. ternyata tidak, karena apa karena syetan pun juga makrifat. Mau bukti kalau syetan itu makrifat…. cari sendiri….. he he , baik silahkan di googling ayat al quran yang menyebutkan bahwa sebelum syetan dikeluarkan dari surga, syetan pun berdoa kepada dan meminta  kepada Allah, dan doanya tidak sembarang doa, karena permintaan syetan dikabulkan Allah. Berarti dari sini kita sudah belajar bahwa doa dan dikabulkan pun itu masih  bisa dilakukan syetan.. hehe silahkan cari sendiri ya .

Syetan pun makrifat, maka kita ya harus bedalah dengan syetan, …masak sama kita dengan syetan, meski kita makrifat. Makanya banyak golongan umat islam yang anti pati dengan makrifat karena makrifat bisa sama dengan syetan … tapi yang anti pati dengan makrifat lebih parah… sebab dia makrifat saja tidak… he he , puaaaraahhh….

baik kalau makrifat bisa sama dengan syetan terus kalau kita sudah makrifat terus mau apa, what next after ma’rifat… so what…. baik sayyidina Ali menyebutkan bahwa awal dari agama adalah makrifatullah, berarti setelah kita makrifat maka selanjutnya adalah menjalankan agama, agama yang dibawa Rasulullah adalah memperbaiki akhlak. Jadi kalau kita ingin selangkah lebih maju dari pada syetan maka kita harus berahlak kepada Allah.

Nah kalau sudah mengenai ahlak ini maka syetan sudah tertinggal, tapi ingat bahwa ahlak yang di landasi dengan makrifat, bukan ahlak asal asalan. Ahlak yang di landasi makrifat kepada Allah akan memberikan pengaruh yang kuat kepada kita. ada 3 akhlak saja kita kepada Allah, tidak muluk muluk. Dan pasti anda pun senang yang simpel-simpel kan, yang sederhana kan…., Dan itulah yang memang dikehendaki Allah dalam menjalankan agama ini, yaitu sederhana simpel dan mudah dijalankan. apa itu 3 ahlak yang harus ada pada kita setelah makrifat …berikut uraian singkatnya

  1. Menerima Allah baik Dzat nya, Sifatnya dan Af’alnya : kebanyakan kita dan kita harus keluar dari kabanyakan orang ini. Ia bisa menerima Allah sebagai Dzat nya, dan juga bisa menerima  sifat sifatNya, … Namun sangat sedikit kita yang masih belum bisa menerima perbuatan Allah. Contohnya… kenapa islam kalah…. lah kan memang islam kalah itu perbuatan Allah, makanya koreksi dong, kenapa Allah mengalahkan islam di berbagai tempat… di irak, di suriah, di palestina .. dan lainnya … jangan menyalahkan perbuatan Allah, tapi coba tanya ke Allah, kenapa islam dikalahkan. menyalahkan dan bertanya tentu suatu yang berbeda. Kalau menyalahlkan Allah berarti dia tidak terima perbuatan Allah, kalau dia bertanya kepada ALlah, berarti dia menerima perbuatan Allah dan ingin memperbaiki diri.
  2. akhlak yang kedua adalah Syukur, setelah kita menerima maka langkah selanjutnya adalah bersyukur kepada Allah. Bersyukur yang tingkatan paling tinggi adalah bersyukur kepada Allah bukan bersyukur nikmat …. ya  kalau nikmat, kalau tidak? nah pasti tidak bersyukur. Kita bersyukur kepada Allah apapun yang diperbuat Allah.
  3. akhlak ke tiga adalah mengagungkan Allah. akhlak ini tentu saja akan membuat kita fokus hanya kepada Allah. Fokus kebesarannya dan fokus segala atas segala kemampuan Allah terhadap apa yang kita minta. Point ini paling berat bagi yang masih menggunakan khadam khadam, jin jin, jimat-jimat, rajah-rajah, hizb hizb dan sejenisnya. INi adalah pilihan, pilihannya adalah pilih Allah atau tidak sama sekali. menduakan Allah pada ahlak ini sangat dilarang, ingat bahwa Allah maha pencemburu, jangan sekali sekali kita menduakan Nya.

baik dengan 3 akhlak ini level kita akan lebih tinggi dari pada syetan. mudah kan, simpel kan…. islam memang sederhan simpel dan mudah….. selamat menjalankan ketiga akhlak tersebut , semoga dimudahkan amin

duduk jumeneng sebagai waliyullah

sebagian kita menganggap menjadi waliyullah itu sulit atau susah… tapi ada sebgian kecil menjadi waliyullah itu sangat mudah tergantung kitanya.. mau tidak dijadikan kekasih Allah…
duduk jumeneng sebagai waliyullah sebenarnya adalah bagaimana kita memposisikan diri kita untuk sadar ruhani yang tahu, yang suci dan kembali kepada ALlah. posisi ini memang gampang gampang susah.. artinya bila kita terlatih insya ALlah akan mudah tapi jika kita mintanya instan ya sulit…
biasanya kalangan pondok pesantren terutama yang tradisionil.. menganggap wilayah ini sebagai wilayah yang sangat sulit… tapi bagi penganut sangkaniah (murid patrap abu sangkan) wilayah ini mudah asal selalu dilatih dan di latih serta sabar dan istiqomah.
kedudukan jumeneng sebagai waliyullah berada dalam hati bukan pada perilaku yang duduk di kamar tidak keluar keluar, tidak kerja atau semedi dan dzikir di kamar terus menerus. duduk jumeneng dalam hati memiliki perilaku yang aktif dan selalu mengikuti sunnatullah… ya bekerja ya cari duit, ya mengajar ya menuntut ilmu … semua aktivitas dijalankan namun keberadaan kesadarannya berada pada kesadaran tertinggi yaitu kesadaran Ruh….
jatuh bangun jatuh bangun menjadi waliyullah itu hal yang biasa.. kadang dekat kadang jauh itu hal yang wajar.. tapi asal hati kita ini selalu ke Allah dan ihlas ke ALlah (semoga Allah menjadikan demikian) insya ALlah kita akan selalu dilindungi, dirahmati.. kalau pun kita jauh dari ALLah itu merupakan bentuk kasih sayang Allah agar kita mendekat lebih dekat lagi.
semoga kita diangkat menjadi kekasih ALlah (waliyullah) amiin

patrap syarat utama untuk menjadi waliyullah

semua dari kita saya kira kira mencita citakan untuk menjadi waliyulah, dimana kita akan mendapatkan kekeramatan kekeramatan. syarat utama sebenarnya sangat mudah dan sederhana yaitu patrap. namun seringkali kadang patrap hanya ketika latihan saja tidak dipraktekan dalam keseharian, termasuk saya masih belum fulll 100 % bisa menterapkan patrap dalam kehidupan.., patrap tidak untuk di teorikan, untuk apa kita pandai berteori tentang makrifat namun kita tidak mempraktekannya…
lebih baik kita ilmunya sederhana namun menjalankannya dengan konsisten. berapa banyak dari kita yang pandai membahas ilmu makifat tapi tidak makrifat. maka benar saja pepatah jawa yang mengatakan ilmu iku kelakone kanthi laku (ilmu itu akan menjadi ilmu sejati jika kita jalankan) maka ilmu patrap pun demikian.
untuk menjadi waliyullah orang harus patrap dalam kehidupan keseharian. dan memang patrap adalah praktek kehidupan keseharian bukan hanya pas latihan saja.
saya yakin jika kita menjalankan patrap tidak sekedar ilmu patrap namun menjadi satu dengan kehidupan kita insya Allah kita akan menjadi wali….