Masa Pandemi Saatnya Mengajarkan AMANAH kepada Anak

Pandemi dimana belajar dan mengerjakan tugas sekolah di rumah, sangat tepat untuk mengajarkan konsep amanah kepada Anak. Mengingatkan anak untuk mengerjakan tugas, mestinya diganti dengan mengingatkan apa tanggung jawab anak pada hari ini sebagai anak sekolah. Kalimat ayo cepat kerjakan tugasmu, dengan kalimat nak tanggungjawabmu apa pada hari ini . dua kalimat diatas intinya adalah meminta anak untuk mengerjakan tugas, namun kalimat pertama merendahkan anak, sedangkan kalimat kedua terkesan menghargai anak dan tidak merendahkan, justru menaikkan derajat den ego anak. Kalimat “tanggung jawab” pada kalimat kedua memberi kesan semangat kepada anak untuk segera bertindak, sedangkan kalimat yang pertama dengan kalimat perintah akan cenderung menimbulkan penekanan terhadap ego anak dan anak akan melakukan perlawanan untuk melindungi ego anak.  tentunya sebagai orang tua kita tidak ingin permintaan orang tua terhadap anak untuk mengerjakan tugasnya mendapat penolakan dari anak.

Mengajarkan berbagai amanah kepada anak saat pandemi saya kira ini sangat tepat, sebab banyak sekali hal hal sederhana yang bisa digunakan untuk memotivasi anak menjalankan amanah yang ia miliki. amanah kamar tidur, amanah piring sehabis makan, amanah tubuh , amanah sebagai siswa.

konsep amanah, mengajarkan bahwa, apa yang menjadi amanah anak adalah milik anak bukan milik orang tua. Maksudnya adalah bahwa tanggung jawab sebagai siswa adalah untuk anak sendiri bukan orang tua. Seringkali secara tidak sadar orang tua menganggap bahwa tugas anak adalah tugas orang tua, padahal jelas bahwa tugas sekolah anak adalah adalah tugas untuk anak bukan untuk orang tua, namun orang tua karena memiliki amanah anak, orang tua wajib untuk mengingatkan amanah amanah yang dimiliki anak, misalnya dengan mengingatkan tugas tanggung jawab anak terhadap amanahnya.

memotivasi anak dengan konsep amanah akan lebih permanen dan anak  nantinya akan bertanggung jawab dengan tugas tugasnya sendiri.

 

 

kesalahan dalam mendidik anak

saya baru sadar kalau ternyata seringkali saya mendidik anda tanpa melibatkan Allah dalam proses pendidikan saya. wajar saja kalau proses mendidik menjadi semakin rumit dan semakin sulit dan hasilnya juga tidak sebanding dengan perjuangan mendidik anak. saat shalat isya kemarin saya baru sadar .. iya ya kenapa saya meninggalkan Allah dalam proses pendidikan.

akhirnya mulai sekarang saya belajar melibatkan Allah dalam proses pendidikan anak anak saya. Saya percayakan anak anak pada Allah, saya yakinkan Allah akan menjadikan anak anak saya menjadi anak yang baik, apapun yang ada sekarang. saya akan ridhoi semua apa yang diperbuat anak dan terus berprasangka kepada Allah bahwa Allah sedang mendidik anak anak saya.

saya menganggap meninggalkan Allah dalam proses pendidikan adalah kesalahan saya yang sangat fatal. saya ternyata masih menggunakan ego saya sebagai oarng tua sebagai orang yang berkuasa dan sebagai orang tua yang harus dihormati. Ego inilah yang akhirnya mengalahkan Allah untuk tidak mengandalkannya.

setelah saya amati mempercayakan Allah dalam pendidikan anak ini hati ini terasa longgar, perasaan terasa plong ada rasa bahagia yang memancar. kekhawatiran kepada anak tentang masa depannya menjadi hilang berganti dengan rasa bahagia bisa bersama mereka disini dan saat ini. sungguh ini menjadikan mendidik anak menjadi sangat membahagiakan.