kesendirian pasien karantina korona menjelang kematian

Kematian dalam ajaran islam sebaiknya ditemani atau ada saudara  yang ada di dekat dan mendampinigi untuk menuntun ke Allah, tapi tentunya tidak demikian pada pasien dalam karantina. Menjelang kamatiannya dia hanya sendiri tidak ada orang lain dan kesadaran dirinya lah yang menentukan apakah dia kuat dalam kesadaran untuk kembali ke Allah atau risau dengan keadaan kematian yang akan di laluinya. Bahaya juga kalau ketika sakaratul maut atau menjelang kematian memiliki kesadaran akan Allah yang lemah , dia akan mudah di bawa alam alam pikiran bawah sadarnya yang berisi sambutan syetan yang merubah dirinya menjadi saudara yang sudah meninggal atau orang tuanya yang sudah meninggal, atau godaan godaan menawarkan minuman atau kesenangan dengan catatan mengalihkan dia dari Allah.

Seorang pasien korona dalam karantina dalam menjelang kematian, dia harus kuat sadar Allahnya sehingga meski tidak ada yang menuntun tetap bisa untuk selalu sadar Allah. Meski tidak ada yang mengajaknya untuk ke Allah dia bisa dengan sendiri untuk terus selalu ke Allah. Masa masa sulit dan berat ketika sakaratul maut dapat dilaluinya dengan terus sadar Allah.

Pada saat menjelang kematian yang ada tinggal kesadarannya saja dan nafas. Kesadarannya bahkan bisa mengetahui bahwa jasadnya sudah tidak berdaya, dengan berbagai alat medis di tubuhnya, kesadarannya hanya bisa melihat bahwa nafas di tubuhnya masih bergerak dan sebentar lagi akan berhenti. Pada keadaan ini jika tidak siap untuk ke Allah (pelajaran patrap sakaratul maut), maka pasien tersebut akan bingung, dia akan berteriak tapi tidak akan ada yang menolong karena jasadnya sudah tidak berdaya apapun. Tapi bagi seorang pasien korona yang sudah belajar tentang sadar Allah dan memiliki kesiapan untuk kembali pulang kepada Allah , keadaan ini merupakan keadaan yang ditunggu sekian lama, karena saatnya pulang selama lamanya dan dia tahu tujuannya kemana dia harus pulang. Kebahagiaan jiwanya menyambut kematian dalam kesendirin saat karantina seperti tidak mempermasalahkan ada yang menuntun atau tidak, ada yang membacakan surat yasiin di sampingnya ada atau tidak, atau malah dia bebas untuk terus lurus kembali kepada Allah.

Kematian saat di karantina pada pasien korona ini tentunya menjadi pelajaran bagi kita untuk mempersiapkan diri agar kita suatu saat kita mengalami sakaratul maut entah itu dalam kesendirian atau ditemani sanak saudara kita sudah tahu jalannya, yaitu jalan kematian untuk kembali kepada Allah dengan khusnul khatimah.