Jiwa yang Muthmainah

Jiwa jika bisa melepaskan diri dari ego dan menyadari Allah maka dia akan menjadi jiwa yang tenang jiwa yang muthmainah. Menjadi jiwa yang tenang banyak di cari namun tidak melepaskan ke egoannya, bahkan ada yang ingin menjadi jiwa yang tenang namun masih menggunakan ego, dengan hawa nafsunya. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang benar benar menjadi yang sadar dan kemudian sadar Allah dengan cara berserah diri kepada Allah. kemudian jiwa yang berserah tersebut menyadari bahwa alam semesta ini bersyukur kepada Allah, dan menyadari bahwa gerak alam semesta adalah gerak yang di sebabkan oleh kekuatan Allah malikiyaumiddin.

Jiwa yang tenang selalu memohon kepada Allah atas apa yang sedang terjadi karena jiwa yang tenang sangat sadar dengan keadaan dirinya termasuk tubuh yang Allah amanahkan kepadanya. jadi jika pikirannya negatif, jika perasaannya galau maka dia berdoa kepada Allah agar keadaan pikiran dan perasaanya di rubah kepada yang baik.

jiwa yang tenang mengarahkan perilakunya kepada perilaku yang berdasarkan perintah Allah. berdasarkan perintah Allah yang dibacanya melalui tanda tanda yang Allah berikan. Jiwa yang tenang mampu menyadari bahwa alam semesta mengikuti kehendak Allah, geraknya adalah gerak syukur kepada Allah dan semua gerak alam semesta adalah kekuatan Allah, ke dalam perilakunya dalam rangka menjalankan amanah amanah Allah.

Jiwa yang tenang akan memiliki tingkat kesibukan jasad yang tinggi, jasad tidak mau tinggal diam karena Allah selalu memerintah setiap saat, Allah memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Setelah satu tugas selesai di jalankan maka jiwa yang tenang akan segera melakukan kegiatan berikutnya. Sehingga jiwa yang tenang mendapatkan predikat jiwa yang bertakwa yaitu jiwa yang selalu menjalankan perintah Allah SWT.

who am I (4) tentang Ruh

Ruh adalah milik Allah dan kalau kita meninggal Ruh akan diminta kembali kepada Allah. Ruh ini semacam fasilitas yang diberikan kepada kita ketika kita hidup. jalanhidup adalah kembali kepada Allah nah Ruh lah alatnya. jiwa kita harus berpulang kepada Allah untuk bisa pulang harus menggunakankendaraan yang dinamakan dengan ruh. maka sejak sekarang ketika masih hdup kita harus selalu pulang ke Allah atau berserah diri kepada Allah. inilah tujuan hidup yang hakiki yaitu pulang kepada allah. Ruh tidak dapat kita kenali namun Ruh dapat kita sadari sebagai kesadaran tertinggi karena kesadaran inilah kita dapat mengembalikan jiwa kita kepada ALlah sehingga jiwa kita mendapatkan ketenangan dan jiwa yang demikianlah yang akan dipanggil Allah untuk masuk syurga. hai jiwa yang tenang kemarilah kembalilah kepada jalan ibadah dan masuklah dalam surga ku… demikianlah Allah memanggil jiwa atau diri kita karena memiliki ketenangan, dan tidak lain ketenangan jiwa dapat kita peroleh dengan berserah diri kepda ALlah.
Ruh tidak perlu dicari dia akan aktif dan akan bergerak jika jiwa kembali atau mengingat allah. maka ketika kita ingat Allah, Ruh akan aktif dan aktifnya ruh ini akan menggetarkan hati dan tubuh kita.. dalam quran disebutkan orang yang berimana jika disebut asma Allah maka akan bergetar hatinya. dan ini benar benar bergetar tidak di getar getarkan.
nah jika kita ingin lebih paham lagi tentang RUh maka kembalikan jiwa kita lurus kepada Allah insya Allah kita akan mendapatkan ketenangan. aminn

analogi pengendali kuda

alhamdulillah tadi pagi mengisi di darussalam tentang haji dan umrah dengan materi psikologi sholat. langsung saja saya menjelaskan tentang dimensi psikologi dalam sholat yaitu pikiran, rasa, jiwa dan ruh.
masalah pikiran dan perasaan atau rasa dapat dianalogikan dengan kuda yaitu kuda pikiran dan kuda rasa dimana kedua duanya ketika sholat tidak akan bisa diam. dia akan selalu lari ke sana sini mengikuti jiwa. jika jiwa tidak tenang maka pikiran akan lari sesuai dengan alamnya yaitu alam ketidak tenangan. maka dalam sholat orang sulit mengendalikan pikiran dikarenakan yang di kendalikan adalah pikiran padahal pikiran mengikuti jiwa. mkaa untuk sholat yang baik mestinya yang dikendalikan adalah jiwanya bukan pikiran atau perasaannya. dengan jiwa yang tenang maka otomatis pikiran dan perasaan akan tenang. kemudian jika ketika sholat yang menjadi fokus kita adalah jiwa ini bukan pikiran dan rasa. cukup dengan jiwa kita bawa untuk berserah diri maka otomatis pikiran dan hati akan tenang. berserah diri kemana ke ALlah. nah analogi jiwa adalah sang pengendali kuda pikiran dan kuda hati, kusirnya lah.. atau drivernya… nah penumpangnya adalah sang ruh itu tadi dimana fungsi duh ini adalah mengajak kita untuk kembali kepada allah. maka untuk mengendalikan kuda tadi sang kusir harus berserah diri kepada allah melalui ruh sang penumpang tadi. dengan demikian kuda akan tenang karena jiwa tenang karena dikendalikan semuanya oleh Ruh yang suci